

Negara di Afrika Barat Mulai Serius Adopsi Data Geospasial
Di tengah tantangan lintas batas yang terus berkembang, data telah menjadi kekuatan utama abad ini. Di antara berbagai jenis data, geospatial intelligence menempati peran sentral dalam memperkuat keamanan, mendorong pembangunan, dan meningkatkan ketahanan di kawasan Afrika Barat. Dengan memanfaatkannya secara strategis, data dapat mengantisipasi krisis, mencegah konflik, dan merencanakan pembangunan dengan lebih cerdas.
Diketahui bahwa Afrika Barat menghadapi dinamika kompleks, mulai dari bandit bersenjata, terorisme, penculikan, hingga kerusakan lingkungan. Untuk menjawab tantangan-tantangan ini, teknologi geospasial telah diakui sebagai alat transformatif dalam mendukung tata kelola berbasis bukti, pencegahan konflik, serta pembangunan berkelanjutan.
Dalam semangat kolaborasi regional, Economic Community of West African States (ECOWAS) memfasilitasi sebuah lokakarya konsultatif yang menjadi tonggak penting dalam pembangunan Infrastruktur Data Geospasial Regional (Regional Geospatial Data Infrastructure—RGDI). Inisiatif ini dirancang untuk memperkuat sistem peringatan dini, kesiapsiagaan bencana, perencanaan strategis, dan operasi keamanan di seluruh kawasan.
Wakil Presiden Komisi ECOWAS, Damtien L. Tchintchibidja, bersama Pelaksana Tugas Direktur Direktorat Peringatan Dini, Onyinye Onwuka, menegaskan bahwa geospatial intelligence bukan sekadar alat teknis. “Data geospasial merupakan fondasi utama untuk pemantauan keamanan yang efektif, pengelolaan lingkungan, perencanaan infrastruktur, dan pengambilan keputusan strategis,” terangnya.
Namun, ia juga menyoroti tantangan yang masih dihadapi oleh banyak negara anggota ECOWAS. Tantangan tersebut meliputi data yang terfragmentasi, sistem yang tidak kompatibel, dan keterbatasan akses terhadap informasi penting, terutama pada saat-saat kritis.
“Data sering kali tersebar di berbagai tempat, tersimpan dalam format yang tidak saling terhubung, dan justru sulit diakses ketika sangat dibutuhkan, baik untuk respons krisis, perencanaan strategis, maupun pembangunan jangka panjang. Kurangnya koordinasi ini melemahkan kemampuan kita secara kolektif untuk mengambil keputusan yang cepat, tepat, dan efisien demi kesejahteraan masyarakat dan perekonomian kita,” ujarnya.
Lokakarya ini menyatukan para pemangku kepentingan dari berbagai sektor, termasuk pemerintah, akademisi, mitra pembangunan, dan pakar teknis untuk memvalidasi peta jalan menuju harmonisasi dan standardisasi data geospasial di tingkat regional. Diskusi mendalam mencakup kebutuhan sektoral dan tata kelola data untuk bidang keamanan, manajemen bencana, kesehatan, lingkungan, serta pembangunan sosial ekonomi. Selain itu, lokakarya ini menjadi ajang berbagi pengalaman nasional dalam implementasi Infrastruktur Data Spasial (Spatial Data Infrastructure—SDI), dengan kontribusi dari negara-negara, seperti Senegal, Nigeria, dan Cabo Verde.
Salah satu capaian utama dari pertemuan ini adalah disepakatinya kerangka kerja SDI regional yang menjadi dasar penting bagi ketahanan dan kesiapsiagaan yang lebih kuat di Afrika Barat. Para peserta merumuskan strategi pengumpulan, pemutakhiran, serta keberlanjutan data jangka panjang sebagai landasan untuk mengoperasikan RGDI secara efektif.
Seiring meningkatnya kompleksitas ancaman lintas negara, data geospasial kini menjadi komponen tak tergantikan dalam mengidentifikasi, mencegah, dan merespons krisis secara kolektif. Harmonisasi dan integrasi data lintas negara di kawasan ini tidak hanya penting, tetapi juga mendesak. Data geospasial diharapkan juga menjadi fondasi bersama menuju Afrika Barat yang lebih aman secara sosial dan politik.
Sumber: Realnews Magazine, Technology Times
