

Game The Legend of Zelda Terbukti Mampu Tingkatkan Kemampuan Spasial
Video game, di era modern ini, makin banyak dikaji sebagai alat potensial dalam pengembangan keterampilan kognitif, termasuk kemampuan spasial. Salah satu game yang menonjol dalam aspek ini adalah The Legend of Zelda: Breath of the Wild (BotW).
Dalam game ini, pemain berperan sebagai Link yang harus menjelajah dunia Hyrule, dengan memanfaatkan navigasi peta, menandai lokasi penting, serta memahami orientasi medan dan landmark secara visual. Mekanisme dunia terbuka dan simulasi fisika realistis menjadikan game ini sebagai sarana yang efektif untuk melatih keterampilan spasial sekaligus pemahaman ruang dalam konteks tiga dimensi.
Penelitian berjudul "Exploring the Influence of Video Games on Self-Reported Spatial Abilities Among University Students" menyatakan bahwa pemain game, terutama yang bermain game 3D open-world, menunjukkan tingkat kemampuan spasial lebih tinggi dibandingkan non-gamer. Dalam studi tersebut, 65% responden gamer melaporkan peningkatan pemahaman spasial. Selain itu, penggunaan perspektif dinamis dalam game Zelda, yang mengharuskan pemain mengubah sudut pandang dan menyesuaikan orientasi ruang, terbukti berkontribusi pada peningkatan pemrosesan spasial.
Lalu, apa yang ditawarkan oleh waralaba video game andalan Nintendo yang telah berusia 40 tahun ini sehingga mampu meningkatkan pemahaman spasial pemainnya?
Melatih Pemahaman Navigasi dan Peta
Salah satu fitur gameplay yang ditawarkan oleh BotW adalah navigasi yang tidak hanya bergantung pada keberuntungan atau intuisi, tetapi juga membutuhkan pemahaman spasial yang terstruktur. Pemain dituntut menggunakan dan memanfaatkan peta interaktif yang menyajikan topografi, landmark penting, serta jalur strategis untuk menyelesaikan permainan.
Orientasi visual terhadap bentuk medan, bangunan, dan elevasi pun menjadi bagian penting dari pengalaman bermain. Kegiatan ini membentuk keterampilan geospasial dasar, seperti pembacaan koordinat, perhitungan jarak, dan pemetaan relasi spasial, yang juga merupakan komponen kunci dalam sistem informasi geografis (SIG) dan navigasi dunia nyata.
Selain itu, game ini juga dipenuhi dengan tantangan shrine dan puzzle dengan elemen fisika yang kental dan tersebar di seluruh penjuru Hyrule. Dalam menyelesaikan setiap shrine, pemain dituntut untuk memperkirakan lintasan objek, seperti bola logam, panah, dan batu, memahami hukum fisika virtual, seperti gravitasi dan momentum, serta melakukan manipulasi spasial terhadap objek melalui rotasi, pergeseran, dan tumpukan.
Semua elemen ini mencerminkan latihan rotasi mental yang umum digunakan dalam pengukuran kemampuan spasial di bidang psikologi kognitif. Proses berpikir ini sangat relevan dengan keterampilan yang digunakan dalam bidang geodesi, arsitektur, hingga perencanaan tata ruang.
Kemampuan spasial mencakup beberapa sub-komponen utama, yaitu persepsi spasial, visualisasi spasial, mental rotation (rotasi mental objek), dan memori spasial. Breath of the Wild mengaktifkan seluruh aspek ini. Pemain harus beradaptasi dengan perspektif jalan saat mendaki tebing atau menuruni lembah, menyusun objek dalam puzzle menggunakan rotasi mental, dan mengingat lokasi shrine serta landmark penting dalam eksplorasi. Interaksi berkelanjutan ini melatih otak dalam membentuk dan mengingat representasi spasial internal.
Bukan hanya Menyelamatkan Putri, melainkan juga Melatih Kepekaan Spasial
Breath of the Wild, yang secara gameplay menonjol dengan fitur open-world serta integrasi simulasi fisika yang mendalam, mendorong pemain dapat memanfaatkan elemen, seperti angin, api, air, magnet, dan bahan peledak, untuk memecahkan masalah secara kreatif. Sistem automap dan penanda manual membantu pemain menyusun dan mengingat peta spasial dengan aktif. Desain game yang non-linear dengan eksplorasi yang luas ini, tidak hanya memberikan kebebasan pada pemain, tetapi juga mendorong perkembangan pemahaman spasial secara organik.
Dengan mekanisme navigasi, pemecahan puzzle, orientasi medan, dan memori spasial yang kompleks, game ini mampu meningkatkan kemampuan spasial pemain secara signifikan. Literatur akademik mendukung klaim bahwa video game eksploratif dapat memperkuat fungsi otak terkait orientasi ruang dan bahkan mendukung performa akademik.
Oleh karena itu, game seperti ini patut dipertimbangkan sebagai bagian dari pendekatan pembelajaran baru, terutama di bidang geospasial dan STEM. Dengan pengembangan yang tepat, integrasi game dalam pendidikan bisa menjadi lompatan besar menuju sistem pembelajaran yang lebih menyenangkan, inklusif, dan efektif.
Sumber: MDPI
