Default Title
logo spatial highlights
5 Terobosan Geospasial yang Menjawab Tantangan Perkotaan di Masa Depan

5 Terobosan Geospasial yang Menjawab Tantangan Perkotaan di Masa Depan

Dalam era urbanisasi yang melaju pesat, perencanaan kota (urban planning) tidak lagi cukup hanya mengandalkan pendekatan konvensional berbasis tata ruang 2D. Kota-kota masa kini menuntut efisiensi spasial, ketahanan terhadap bencana, hingga keberlanjutan lingkungan. Di sinilah teknologi geospasial memainkan peran penting, menawarkan presisi, kedalaman data, serta cakupan spasial dan temporal yang luas. Lima aspek berikut menunjukkan bagaimana geospasial menjadi fondasi strategis dalam perencanaan kota masa depan.

  1. Membangun Basis Data Spasial 3D untuk Pengelolaan Ruang Vertikal

Salah satu tantangan utama kota modern adalah keterbatasan lahan. Kota-kota, seperti Jakarta, Mumbai, hingga Lagos, mengalami tekanan pertumbuhan penduduk yang mengarah pada ekspansi vertikal. Penelitian oleh Xiaoping Liu, dkk. dari Sun Yat-Sen University yang menghasilkan dataset Global Urban Space in 3D (GUS-3D) pada resolusi 500 meter menunjukkan bahwa 3D urban growth kini menjadi norma baru setelah tahun 2000. Data ini mengungkapkan ketimpangan ruang per kapita secara vertikal, dengan negara-negara seperti India dan Afrika Selatan hanya memiliki seperempat dari rata-rata global.

GUS-3D memberikan lensa baru dalam perencanaan kota, dari yang sebelumnya sekadar zonasi horizontal, menjadi analisis spasial tiga dimensi yang lebih adil, efisien, dan akomodatif. Data ini tidak hanya menggambarkan land use, tetapi juga volume use, memungkinkan perancang kota membuat kebijakan berbasis volume bangunan, kerapatan penduduk vertikal, dan akses terhadap cahaya alami ataupun sirkulasi udara.

  1. Mendeteksi Risiko Bencana Lewat Sistem Pemantauan

Perencanaan kota tidak boleh dilepaskan dari aspek mitigasi bencana. Di wilayah dengan kerentanan gempa tinggi, seperti Indonesia, Jepang, dan Amerika Serikat, teknologi geospasial berkontribusi secara signifikan dalam pemantauan deformasi tanah secara real-time.

Perangkat lunak GSeisRT yang dikembangkan oleh Jianghui Geng, dkk. dari Wuhan University telah terbukti mampu mendeteksi pergeseran horizontal akibat gempa dengan presisi hingga 4 mm hanya dalam hitungan menit. Teknologi ini menggunakan sistem GNSS multi-konstelasi yang memungkinkan peringatan dini secara lebih presisi. GSeisRT telah digunakan di negara-negara rawan gempa, termasuk Indonesia, untuk menangkap aktivitas gempa besar, seperti M7,3 di Tiongkok dan M7,4 di Meksiko.

Dengan data tersebut, pemerintah kota dapat merencanakan zona evakuasi, menetapkan regulasi pembangunan di atas zona sesar aktif, serta menyesuaikan sistem infrastruktur dengan tingkat risiko geologi. Perencanaan kota tak lagi hanya soal estetika dan fungsi, tetapi juga kesiapsiagaan menghadapi bencana.

  1. Mengoptimalisasi Tata Guna Lahan dengan Citra Hiperspektral

Remote sensing telah lama digunakan untuk pemetaan lahan, tetapi perkembangan citra hiperspektral (hyperspectral imaging) menawarkan resolusi klasifikasi yang jauh lebih tinggi. Teknologi ini memungkinkan identifikasi jenis permukaan bumi secara akurat, mulai dari jenis vegetasi, bahan bangunan, hingga tingkat kelembaban tanah.

Pengembangan alat airborne multimodular imaging spectrometer (AMMIS) oleh tim dari Chinese Academy of Sciences dan Finnish Geospatial Research Institute memungkinkan pencitraan dengan resolusi spasial dan spektral tinggi dalam cakupan medan yang luas. Hal ini bermanfaat dalam mendeteksi zona kumuh, wilayah rawan banjir, hingga potensi pencemaran air dan tanah, yang merupakan aspek krusial dalam perencanaan kota yang berkelanjutan.

Dengan citra hiperspektral, pemerintah kota dapat melakukan inventarisasi lahan secara berkala dan menghindari zonasi yang tidak tepat. Jadi, pemerintah dapat mendorong kebijakan tata kota berbasis data lingkungan yang akurat.

  1. Navigasi dan Transportasi Cerdas Berbasis Lokasi

Kemacetan lalu lintas dan sistem transportasi publik yang tidak efisien menjadi masalah klasik di kota besar. Solusinya? Penentuan posisi presisi tinggi. Teknologi ini menjadi tulang punggung bagi pengembangan transportasi cerdas (smart mobility), seperti kendaraan otonom, manajemen lalu lintas berbasis data real-time, hingga sistem navigasi kota berbasis augmented reality (AR).

Sayangnya, sistem referensi saat ini, seperti ITRF2020, masih memiliki keterbatasan akurasi, yakni sekitar 1 cm. Untuk memenuhi kebutuhan perkotaan yang lebih dinamis, diperlukan sistem referensi global dengan akurasi milimeter. Penelitian oleh Zhao Li dan Weiping Jiang menyoroti perlunya model distribusi massa permukaan bumi yang lebih presisi, termasuk dampak dari lapisan es, curah hujan ekstrem, hingga aktivitas manusia terhadap stabilitas posisi satelit.

Bagi kota, presisi posisi seperti ini memungkinkan pembuatan sistem peta dinamis. Di samping itu, teknologi ini sangat membantu dalam pemantauan lalu lintas secara akurat serta penyesuaian waktu sinyal lampu lalu lintas berdasarkan prediksi kepadatan kendaraan secara real-time.

  1. Integrasi Data Geospasial dan Lingkungan

Perencanaan kota masa depan tidak bisa berdiri sendiri. Kota harus menjadi bagian dari sistem bumi yang lebih luas. Perubahan iklim, kenaikan permukaan laut, serta redistribusi massa atmosfer dan laut harus menjadi pertimbangan utama dalam setiap kebijakan urbanisasi.

Teknologi radar sintetis berbasis satelit (SAR) kini dapat digunakan untuk memetakan deformasi tanah dan fluktuasi kelembaban dengan resolusi spasial tinggi. Penelitian oleh Yifei Ji, dkk. dari National University of Defense Technology menunjukkan bahwa L-band SAR dapat mendeteksi gangguan ionosfer dengan resolusi azimut di bawah 100 m. Teknologi ini juga membantu meningkatkan akurasi sistem navigasi satelit di wilayah ekuator yang sering mengalami gangguan ionosfer, seperti Indonesia.

Melalui data tersebut, kota pesisir dapat membuat perencanaan jangka panjang yang lebih akurat terhadap risiko banjir rob, intrusi air laut, hingga perubahan garis pantai. Dengan begitu, pembangunan kota tetap berada dalam kerangka keberlanjutan ekosistem global.

Menuju Perencanaan Kota Berbasis Data

Teknologi geospasial telah berkembang dari sekadar alat pemetaan menjadi sistem kecerdasan spasial (spatial intelligence) yang mampu mengintegrasikan data lingkungan, sosial, dan ekonomi secara menyeluruh. Dalam konteks perencanaan kota, teknologi ini menjawab kebutuhan zaman akan ruang yang efisien, tangguh, dan adil.

Seiring kota-kota berlomba menuju visi smart city, geospasial bukan lagi pelengkap, melainkan elemen kunci. Dengan memanfaatkan data dari permukaan bumi hingga orbit satelit, perencanaan kota dapat mengambil keputusan berbasis fakta, bukan asumsi. Seperti yang ditunjukkan oleh berbagai penelitian terbaru, masa depan kota cerdas akan dibangun di atas fondasi data spasial yang presisi dan terbuka untuk semua.

Sumber: Mirage News

+
+