

Ungkap Lokasi Perdana Menteri Swedia, Privasi Keamanan Strava Dipertanyakan?
Jam tangan pintar dan aplikasi kebugaran kini bukan hanya alat pelacak aktivitas fisik, melainkan juga menjadi celah serius dalam sistem keamanan nasional. Sebuah insiden di Swedia mengungkap bagaimana data yang tampaknya sepele, seperti rute joging atau catatan kebugaran, dapat mengekspos informasi sensitif tentang kepala pemerintahan. Perdana Menteri Swedia, Ulf Kristersson, diduga menjadi korban kebocoran data lokasi setelah pengawal pribadinya secara rutin membagikan aktivitas olahraga mereka di platform Strava, tanpa menyadari risiko besar yang mengintai di balik setiap unggahan.
Laporan Dagens Nyheter menemukan lebih dari 1.400 aktivitas joging dan bersepeda oleh tujuh anggota tim pengamanan, 35 di antaranya secara langsung mengindikasikan rute dan alamat pribadi sang PM. Terungkap pula aktivitas-aktivitas mereka mengungkap pola patroli, perjalanan diplomatik, hingga keluarga kerajaan Swedia.
Tidak hanya aktivitas domestik, Strava juga mencatat pergerakan selama kunjungan internasional, seperti saat Kristersson berada di Bodo, Norwegia dalam pertemuan dengan Perdana Menteri Norwegia dan Presiden Finlandia. Lokasi privat seperti Harpsund dan perjalanan keluarga ke Aland pada Oktober 2024 turut terbuka secara publik melalui jejak GPS yang dibagikan secara tidak sadar oleh para pengawalnya.
Menanggapi insiden ini, Badan Keamanan Swedia (Sakerhetspolisen/SAPO) segera meluncurkan investigasi internal. Protokol digital pengamanan diperketat, dan SÄPO memperingatkan bahwa insiden ini bukan hanya soal kelalaian individu, melainkan juga bisa merusak kepercayaan publik terhadap integritas sistem keamanan negara.
Sejarah Strava dan Ancaman Keamanan Nasional
Kasus yang menimpa Swedia bukanlah yang pertama terkait kebocoran data dari Strava. Pada tahun 2018, platform ini menjadi sorotan global ketika peta panas aktivitas pengguna tanpa sengaja membocorkan lokasi sejumlah pangkalan militer Amerika Serikat serta aset nuklir milik Prancis.
Laporan Watches of Espionage mencatat bahwa kegagalan pengguna untuk mengatur privasi dengan benar telah menyebabkan berulangnya insiden yang sama di berbagai negara. Pada 2024, Le Monde melaporkan bahwa aktivitas pengawalan Presiden Emmanuel Macron dan Presiden Joe Biden terekam melalui platform serupa. Bahkan menurut La Presse, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau juga terdampak.
Situasi makin memburuk saat di tahun 2023 muncul dugaan bahwa kematian seorang mantan komandan kapal selam Rusia turut dipengaruhi oleh data GPS dari jam Garmin yang terhubung ke Strava. Insiden-insiden ini menunjukkan bahwa aplikasi pelacak kebugaran bukan sekadar teknologi gaya hidup, melainkan bisa menjadi alat yang secara tak langsung mengancam keamanan nasional.
Kelalaian Pengguna atau Kegagalan Sistem?
Jam tangan pintar memang tidak sepenuhnya rentan secara teknis, tetapi memperluas permukaan serangan digital secara signifikan. Selain melacak lokasi, perangkat ini mengumpulkan data biometrik, seperti denyut jantung, pola tidur, dan gerakan mikro tangan, yang semuanya dapat dimanfaatkan untuk serangan siber tingkat lanjut, termasuk pembacaan pola aktivitas hingga pengungkapan kata sandi.
Risiko bertambah besar karena fitur mikrofon yang selalu aktif dan dekat dengan tubuh pengguna, serta pemrosesan data oleh aplikasi pihak ketiga yang tak selalu aman. Sebaliknya, jam tangan analog tidak terhubung ke sistem digital apa pun sehingga lebih aman digunakan dalam konteks perlindungan tokoh penting negara karena tidak meninggalkan jejak digital.
Namun, insiden kebocoran data yang menimpa Perdana Menteri Swedia memperlihatkan bahwa persoalannya bukan sekadar pada teknologi, melainkan juga pada kelalaian pengguna dan kelemahan sistem pelatihan keamanan digital. Strava sebagai platform memiliki pengaturan privasi yang cukup lengkap, namun jika tidak digunakan secara bijak, fungsinya menjadi sia-sia. Pengungkapan rute pribadi, lokasi kediaman, dan pola perjalanan resmi bukan karena kegagalan sistem Strava, melainkan kelalaian individu yang tidak menyadari implikasi dari data yang mereka unggah.
Dalam sistem keamanan modern, setiap perangkat digital bisa menjadi mata rantai terlemah. Tanpa literasi digital dan disiplin penggunaan yang ketat, teknologi yang dirancang untuk kesehatan justru bisa menjadi alat pengintaian. Di sinilah pentingnya kebijakan digital nasional yang tegas, menyeluruh, dan terus diperbarui.
Sumber: The Guardian, Watches of Espionage