

Nepal Belajar dari Indonesia Terkait Integrasi Data Geospasial
Delegasi Kementerian Pengelolaan Lahan, Koperasi, dan Pengentasan Kemiskinan (MoLMCPA) Nepal mengunjungi Badan Informasi Geospasial (BIG) pada Selasa, 12 Agustus 2025, untuk mempelajari modernisasi administrasi pertanahan, integrasi data geospasial, serta strategi monetisasi informasi geospasial (IG). Kunjungan ini merupakan bagian dari program Learning Exchange Visit to Indonesia on the Modernization of the Land Administration Sector yang didukung Bank Dunia melalui inisiatif Digitalization of Nepal’s Land Administration Services (DNLAS).
Rombongan dipimpin oleh Joint Secretary sekaligus juru bicara MoLMCPA, Ganesh Prasad Bhatta, bersama pejabat senior dari Department of Land Management and Archives, Department of Survey, Ministry of Finance Nepal, serta perwakilan Bank Dunia. Dalam pertemuan tersebut, Deputi Bidang Infrastruktur Informasi Geospasial BIG, Ibnu Sofyan, memaparkan potensi besar pasar geospasial di Indonesia. “Kami perkirakan ukuran pasarnya mencapai sekitar 800 miliar dolar AS. Ini membuka peluang industri baru, mulai dari kendaraan otonom hingga sektor asuransi,” ujarnya.
Selain itu, Ibnu menegaskan bahwa BIG memegang tiga peran strategis di Indonesia, yakni sebagai regulator, koordinator, dan eksekutor pembuatan peta dasar. Menurutnya, peran tersebut krusial untuk mendorong integrasi data geospasial lintas sektor sekaligus memastikan ketersediaan peta nasional yang akurat dan terkini.
Ganesh Prasad Bhatta menyampaikan apresiasi atas profesionalisme BIG. “Profesionalisme tidak berbatas. Saat berada di sini, saya merasa seperti berada di rumah sendiri. Namun, Indonesia memiliki skala pekerjaan 15 kali lebih besar dari Nepal, tetapi mampu bergerak cepat membangun peta nasional,” katanya. Ia menilai keberhasilan BIG dalam memonetisasi data geospasial menjadi inspirasi bagi Nepal, terlebih di tengah keterbatasan anggaran.
Bhatta juga menjelaskan bahwa survei topografi Nepal saat ini baru mencakup setengah wilayah pada skala 1:50.000, sementara survei kadaster skala besar baru menjangkau 27 persen wilayah. “Kami sedang memodernisasi, mendigitalisasi, dan melakukan survei ulang. Tantangannya adalah meyakinkan pemerintah untuk menyediakan sumber daya yang cukup,” jelasnya.
Selama kunjungan, delegasi Nepal menerima paparan terkait percepatan penyusunan peta dasar skala besar 1:5.000 nasional, menyaksikan demonstrasi INA-Geoportal (One Map), dan mengikuti tur teknis ke Geospatial Data Centre serta Geodesy Processing Centre. Kunjungan ini diharapkan dapat memperkuat kolaborasi antara Indonesia dan Nepal, tidak hanya dalam penguasaan teknologi, tetapi juga dalam pengembangan industri dan ekosistem geospasial yang berkelanjutan.
