Default Title
logo spatial highlights
Cities: Skylines—Ketika Video Game Menjadi Alat Belajar dan Perencanaan Kota Berbasis Geospasial

Cities: Skylines—Ketika Video Game Menjadi Alat Belajar dan Perencanaan Kota Berbasis Geospasial

Di tengah makin kompleksnya persoalan perkotaan, kemacetan, polusi, permukiman padat, hingga layanan publik yang timpang, Cities: Skylines hadir bukan hanya sebagai media hiburan, melainkan juga sebagai alat bantu pembelajaran yang membuka wawasan tentang bagaimana kota dirancang dan dikelola. Game simulasi ini menempatkan pemain sebagai “wali kota digital” yang harus membangun, mengatur, dan memelihara sebuah kota dari nol.

Namun, yang membuat Cities: Skylines menonjol adalah kemampuannya menyisipkan unsur-unsur geospasial dalam gameplay-nya: dari zonasi lahan, jaringan transportasi, pemetaan utilitas, hingga pengelolaan lingkungan berbasis spasial. Game ini bukan sekadar permainan membangun kota yang indah, melainkan tentang bagaimana membuat kota bekerja secara efisien melalui pemahaman atas ruang dan data.

Mengelola Kota Lewat Video Game

Inti dari Cities: Skylines terletak pada fitur zonasi. Pemain diberi kewenangan untuk menentukan zona permukiman, kawasan industri, area komersial, dan fasilitas umum. Penempatan zona yang tidak tepat bisa menimbulkan berbagai konsekuensi: polusi di permukiman, kemacetan di pusat bisnis, atau kesenjangan layanan publik. Hal ini secara langsung memperkenalkan konsep perencanaan tata ruang yang penting dalam dunia nyata—bagaimana fungsi lahan dan distribusi aktivitas memengaruhi kualitas hidup warga kota.

Konsep ini bukan hanya gimmick permainan. Dalam laporan dari University of Sheffield, penggunaan Cities: Skylines terbukti mampu membantu mahasiswa perencanaan kota memahami dampak nyata dari keputusan spasial, seperti pengaruh zonasi terhadap persebaran penduduk dan kegiatan ekonomi. Game ini memberi pengalaman langsung tentang bagaimana sebuah keputusan kecil di atas peta bisa berdampak besar pada dinamika kota secara keseluruhan.

Tidak kalah penting adalah sistem transportasi dan utilitas. Cities: Skylines menghadirkan simulasi lalu lintas yang kompleks, di mana kendaraan bergerak berdasarkan perilaku rute tercepat dan efisien. Pemain dituntut berpikir seperti seorang ahli transportasi: apakah membangun tol layang akan mengurangi kemacetan? Apakah membangun jalur metro akan menghubungkan zona residensial ke pusat bisnis? Fitur “traffic info view” dalam game ini berfungsi layaknya peta tematik dalam GIS, yang memperlihatkan titik-titik kemacetan dan kepadatan jalur kendaraan, mendorong pemain untuk melakukan analisis spasial sebelum mengambil kebijakan.

Hal yang sama berlaku untuk distribusi listrik, air, dan pengelolaan limbah. Pemain tidak hanya membangun, tetapi harus mempertimbangkan capaian spasial layanan tersebut. Jika saluran limbah ditempatkan terlalu dekat dengan sumber air, polusi akan menyebar dan menurunkan kualitas hidup warga. Dalam ekspansi Green Cities, pendekatan keberlanjutan makin diperkuat: pemain diajak membangun taman kota, energi terbarukan, hingga menerapkan kebijakan lingkungan. Semua keputusan tersebut dapat dilihat dampaknya secara spasial melalui visualisasi langsung, menciptakan pemahaman bahwa setiap kebijakan ruang memiliki konsekuensi nyata.

Ketika Data Geospasial Masuk ke Dalam Game

Keunggulan Cities: Skylines tidak berhenti di situ. Berkat dukungan komunitas, muncul berbagai modifikasi (mod) yang memperkaya pengalaman bermain. Salah satu mod paling revolusioner adalah GeoSkylines, yang memungkinkan pemain mengimpor data dari OpenStreetMap secara langsung ke dalam game. Dengan mod ini, pemain bisa membangun ulang kota-kota nyata, seperti Jakarta atau Bandung, dengan jaringan jalan, kontur tanah, dan batas administratif yang sesuai kondisi geografis aslinya.

Mod ini membuka kemungkinan baru bagi perencanaan kota digital berbasis data geospasial. Beberapa universitas di Eropa bahkan telah menggunakan Cities: Skylines yang dimodifikasi sebagai alat bantu pembelajaran SIG dan urban planning. Pemerintah kota Stockholm pernah mengadaptasi game ini untuk simulasi partisipatif, mengundang warga untuk mencoba berbagai skenario tata ruang kota mereka dan memberikan masukan. Pendekatan yang dikenal sebagai participatory planning ini terbukti lebih inklusif dan komunikatif dibanding peta teknis konvensional.

Menatap Masa Depan Kota Lewat Simulasi

Cities: Skylines membuktikan bahwa video game dapat berperan sebagai alat edukasi dan eksplorasi kebijakan spasial yang kuat. Dengan menggabungkan data geospasial, visualisasi 3D, dan prinsip interaktif, game ini menjadi laboratorium virtual bagi para perencana, pelajar, dan warga untuk belajar memahami bagaimana kota bekerja. Ketika digunakan secara tepat, dengan dukungan data akurat dan bimbingan ahli, game ini berpotensi besar menjadi bagian dari proses desain kota yang lebih inklusif, cerdas, dan berkelanjutan.

Di era urbanisasi yang makin cepat, upaya membangun kota tidak cukup hanya mengandalkan cetak biru teknis. Diperlukan pula pendekatan yang komunikatif dan partisipatif, dan Cities: Skylines telah menunjukkan bahwa teknologi permainan bisa menjadi salah satu jawabannya.

Sumber: Khan & Zhao, PCGamesN

+
+