

Mantan Tentara Inggris Khawatir Data dari Pokemon Go Digunakan untuk Perang
Teknologi di balik Pokemon Go ternyata menyimpan potensi serius di luar dunia hiburan. Niantic, pengembang game ini, baru saja mengumumkan pengembangan Large Geospatial Model (LGM), sebuah model kecerdasan buatan berbasis data spasial yang dikumpulkan dari pemain, yang mampu memetakan dunia nyata secara sangat rinci.
LGM dibangun di atas Visual Positioning System (VPS) milik Niantic, yang menggunakan citra dari pemain Pokemon Go dan Ingress untuk membentuk peta 3D lengkap dengan detail geometri lingkungan serta elemen semantis, seperti tanah, langit, dan pepohonan. Data ini berasal dari kontribusi para pemain yang memindai area publik saat bermain sehingga memberikan perspektif pejalan kaki yang sering kali tidak dapat diakses kendaraan.
Baca juga: Pokemon GO: Bukti Nyata Teknologi Geospasial Bisa Jadi Begitu Menyenangkan
Meskipun Niantic mempromosikan LGM untuk berbagai tujuan positif, seperti augmented reality (AR), robotika, navigasi otonom, dan kolaborasi jarak jauh, potensi penggunaannya untuk kepentingan militer menimbulkan kekhawatiran. Dalam acara Bellingfest pada tahun 2024 yang lalu, Nick Waters, mantan perwira Tentara Inggris sekaligus analis open-source, menyoroti bagaimana LGM bisa sangat bermanfaat untuk operasi militer, khususnya di medan urban.
Ia mempertanyakan apakah Niantic akan mempertimbangkan penjualan teknologi ini kepada pemerintah atau angkatan bersenjata. Untuk menanggapi hal tersebut, Brian McClendon, Senior Vice President Engineering Niantic dan salah satu pencipta Google Earth serta Street View, mengakui bahwa kemungkinan tersebut tidak dapat sepenuhnya dihapuskan. Namun, ia menegaskan bahwa jika tujuan penggunaannya adalah “menambahkan intensitas pada perang”, maka itu akan menjadi masalah serius.
Niantic sendiri belum memberikan penolakan mutlak terhadap kemungkinan kerja sama militer. Perusahaan menyebut LGM masih berada pada tahap awal pengembangan, dan setiap potensi kesepakatan akan mempertimbangkan aspek etika secara matang. Prinsip kehati-hatian, transparansi, dan penilaian moral akan menjadi faktor penting dalam pengambilan keputusan. Sikap ini menunjukkan bahwa perusahaan berada di posisi dilematis antara potensi keuntungan komersial dan risiko penyalahgunaan teknologi.
Meski demikian, di luar kontroversi militer, LGM dinilai memiliki prospek besar untuk kepentingan sipil. Teknologi ini bisa menjadi fondasi “sistem operasi kecerdasan spasial” yang akan mendukung wearable AR, perencanaan kota, logistik, desain ruang, dan pemetaan detail untuk bisnis. Sebagai salah satu pemilik peta 3D tingkat pejalan kaki terluas di dunia, Niantic Spatial melihat LGM sebagai lompatan besar menuju masa depan di mana dunia fisik dan digital makin terhubung secara real-time.
Perkembangan ini membuktikan bahwa data yang awalnya dihasilkan untuk permainan sederhana, seperti Pokémon Go, dapat memiliki implikasi jauh lebih luas dan serius. Dari sekadar bermain game hingga kemungkinan digunakan dalam perang kota, LGM membuka babak baru diskusi tentang etika dan masa depan teknologi spasial.
Baca juga: 4 Kontribusi Pokemon GO terhadap Perkembangan AI Geospasial
