

Bagaimana Geospasial Menembus Lautan yang Tak Terjamah?
Lautan yang tersembunyi di balik lapisan es Antarktika menyimpan banyak misteri. Para ilmuwan selama bertahun-tahun kesulitan memantau arus, suhu, dan kadar garam di bawah es ini karena lokasinya yang terlalu ekstrem untuk dijangkau kapal atau alat pemantau biasa. Namun kini, mereka menemukan cara yang tak biasa, tetapi efektif, yaitu dengan bantuan anjing laut.
Anjing laut, seperti Weddell seal dan southern elephant seal, menjadi sekutu baru para ilmuwan. Mamalia laut ini mampu menyelam hingga lebih dari 1.000 meter di bawah permukaan laut. Mereka menjelajahi wilayah yang tidak bisa dicapai manusia, dan sekarang, mereka membawa sensor kecil di kepala mereka yang mencatat suhu, kadar garam, kedalaman, bahkan jumlah plankton di dalam laut.
Teknologi di Balik Kepala Anjing Laut
Sensor yang digunakan disebut CTD, alat untuk mengukur suhu (conductivity), kadar garam (salinity), dan kedalaman (depth). Beberapa sensor juga dilengkapi dengan alat untuk mendeteksi klorofil, yang menjadi indikator jumlah plankton di air. Informasi ini penting karena plankton adalah dasar rantai makanan laut dan keberadaannya dipengaruhi oleh arus laut dan suhu.
Sensor ini ditempelkan saat musim kawin, ketika anjing laut naik ke daratan dan lebih mudah didekati. Penempelannya menggunakan lem khusus yang tidak menyakiti hewan dan akan lepas sendiri saat mereka berganti bulu. Dengan teknologi ini, setiap penyelaman anjing laut menjadi sumber data yang sangat berharga.
Sejak dua dekade lalu, ilmuwan dari Prancis memulai program SO-MEMO, memanfaatkan anjing laut sebagai “peneliti laut”. Mereka secara rutin menempatkan sensor pada anjing laut di Kepulauan Kerguelen, dekat Antarktika. Salah satu terobosan besar datang dari penelitian NASA Jet Propulsion Laboratory pada tahun 2019.
Lia Siegelman, ilmuwan dari NASA, bersama timnya memasang sensor pada seekor anjing laut betina. Dalam tiga bulan, anjing laut ini menyelam hampir 7.000 kali dan menempuh jarak lebih dari 5.600 kilometer menyusuri arus laut terbesar di dunia, yaitu Arus Sirkumpolar Antarktika. Data yang dikumpulkan sangat rinci dan terus-menerus sehingga memberikan informasi yang sebelumnya hampir mustahil didapat.
Temuan dari ekspedisi ini mengejutkan. Sebelumnya, ilmuwan percaya bahwa panas laut berpindah dari permukaan ke dalam laut. Namun, data dari anjing laut ini menunjukkan bahwa panas justru bergerak dari dalam laut ke permukaan, terutama di wilayah yang disebut sub-mesoscale fronts, yang merupakan area tempat arus laut dari berbagai arah bertemu dan menciptakan pusaran air kecil. Temuan ini berpotensi mengubah cara kita memahami peran laut dalam mengatur suhu bumi.
Informasi tentang suhu dan arus laut sangat penting dalam studi perubahan iklim. Laut adalah penyerap panas terbesar di planet ini. Jika cara laut menyimpan atau melepaskan panas berubah maka iklim global juga ikut berubah. Dengan data dari anjing laut, ilmuwan bisa membuat model iklim yang lebih akurat dan bisa memprediksi dampak pemanasan global secara lebih tepat.
Selain itu, pemahaman tentang arus laut juga berpengaruh pada ekosistem. Arus membawa nutrisi dari dasar laut ke permukaan. Nutrisi ini dibutuhkan plankton, yang menjadi makanan ikan kecil hingga paus. Jadi, arus laut tak hanya memengaruhi iklim, tetapi juga rantai makanan laut secara keseluruhan.
Revolusi Data Lewat Kolaborasi Alam dan Teknologi
Apa yang dilakukan para ilmuwan ini pada dasarnya adalah memanfaatkan sistem geospasial alami dengan memetakan data berdasarkan lokasi dan waktu. Setiap penyelaman anjing laut menjadi titik data yang bisa dihubungkan dengan peta laut. Ketika ratusan bahkan ribuan titik ini digabungkan, ilmuwan bisa membentuk gambaran rinci tentang kondisi laut di wilayah yang sebelumnya kosong di peta ilmiah.
Metode ini melengkapi data satelit yang hanya bisa melihat permukaan laut. Sementara satelit memberi gambaran umum, anjing laut memberikan informasi rinci dari dalam laut. Kolaborasi antara teknologi dan alam ini menjadi terobosan besar dalam ilmu kelautan modern.
Di masa depan, metode serupa bisa digunakan untuk memantau laut di wilayah lain yang sulit dijangkau, seperti Kutub Utara, Greenland, atau bahkan bagian dalam Samudra Pasifik. Dengan terus memanfaatkan anjing laut sebagai mitra riset, dunia bisa memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang laut dan iklim.
Melalui cara yang sederhana, tetapi brilian ini, anjing laut telah membuka jendela baru ke dalam dunia bawah laut. Mereka tidak hanya menjaga keseimbangan ekosistem, tetapi juga membantu manusia membaca perubahan besar yang sedang terjadi di planet ini.
Sumber: Geographyrealm.com, NOAA Ocean Exploration, NASA