

Gangguan GPS Meningkat, 14 Perusahaan Amerika Desak Trump Bertindak
Sejak Rusia melancarkan invasi penuh ke Ukraina pada 2022, gangguan sinyal GPS makin sering terjadi, terutama di negara-negara yang berbatasan langsung dengan Rusia. Gangguan ini bahkan meluas ke jalur udara internasional dan rute pelayaran utama dunia. Banyak pilot pesawat dan awak kapal melaporkan posisi yang tidak akurat, bahkan kehilangan sinyal sama sekali. Hal ini menunjukkan bahwa teknologi GPS yang selama ini menjadi “peta digital” global ternyata bisa berubah menjadi titik lemah yang mengancam keselamatan banyak orang.
GPS selama ini dianggap netral, hanya sebagai alat bantu navigasi dan waktu. Namun kenyataannya, karena perannya sangat vital dalam transportasi, logistik, hingga komunikasi, GPS kini menjadi sasaran dalam konflik modern. Negara yang hanya bergantung pada GPS menghadapi risiko besar bila ada serangan jamming (pengacauan sinyal) atau spoofing (pemalsuan sinyal). Inilah sebabnya beberapa negara berusaha mengembangkan sistem navigasi alternatif, seperti BeiDou (Tiongkok) atau Galileo (Eropa). Persaingan ini menunjukkan bahwa ruang angkasa dan satelit bukan lagi urusan teknologi semata, melainkan juga bagian dari perebutan pengaruh geopolitik.
Melihat meningkatnya ancaman, 14 asosiasi industri besar, termasuk GPS Innovation Alliance (GPSIA), Airlines for America, dan U.S. Chamber of Commerce, bersatu menyuarakan keprihatinan. GPS World melaporkan bahwa mereka mengirim surat kepada Menteri Pertahanan Pete Hegseth dan Menteri Transportasi Sean Duffy, menegaskan bahwa gangguan GPS tidak hanya berbahaya bagi militer, tetapi juga bagi ekonomi sipil. Data menunjukkan, pada 2024, sektor penerbangan menyumbang 5% PDB AS atau sekitar USD 1,45 triliun, sementara pelabuhan dan maritim menyumbang hampir 10% atau USD 2,9 triliun. Lisa Dyer dari GPSIA menandaskan bahwa GPS adalah salah satu inovasi paling penting yang menopang keamanan nasional dan perdagangan dunia.
Meski GPS dikenal sangat andal dengan tingkat ketersediaan 99,99% sejak 1993, sistem ini tetap punya kelemahan. Banyak satelit yang sudah melewati usia desain, modernisasi sistem darat yang tertunda, hingga ketiadaan fitur anti-spoofing membuatnya rawan disalahgunakan. Dari sisi geospasial, kondisi ini bisa berakibat fatal. Rantai logistik global, baik lewat udara maupun laut, bisa terganggu jika GPS gagal memberikan data yang akurat.
Koalisi industri mendesak pemerintahan Trump mengambil langkah cepat. Rekomendasi mereka mencakup mempercepat peluncuran satelit GPS baru dengan teknologi anti-jamming, memperkuat penegakan hukum terhadap perangkat pengacau sinyal ilegal, menyederhanakan aturan agar teknologi tahan gangguan cepat dipakai, serta melakukan diplomasi tegas untuk menghentikan jamming di luar zona konflik.
Kasus ini menunjukkan bahwa GPS bukan sekadar teknologi navigasi, melainkan fondasi penting bagi keamanan dan ekonomi global. Modernisasi sistem dan kerja sama internasional menjadi kunci agar GPS tetap andal di tengah situasi geopolitik yang penuh ketegangan. Dengan langkah yang tepat, Amerika Serikat bukan hanya menjaga sistem navigasi yang vital, melainkan juga meneguhkan perannya dalam menjaga stabilitas ruang global.
