Default Title
logo spatial highlights
Manfaatkan Teknologi Geospasial, Penelitian Terbaru Ungkap 138 Gunung Berapi Tersembunyi di Bawah Lapisan Es Antarktika

Manfaatkan Teknologi Geospasial, Penelitian Terbaru Ungkap 138 Gunung Berapi Tersembunyi di Bawah Lapisan Es Antarktika

Di balik hamparan putih yang membeku dan tampak tenang, Antarktika Barat menyimpan rahasia geologi yang baru mulai terungkap berkat kemajuan teknologi pengindraan jauh. Selama ini, wilayah tersebut dikenal sebagai lanskap beku yang statis dan tak berpenghuni. Namun, penelitian terbaru mengubah pandangan itu. Dalam kurun waktu 2017 hingga 2024, para ilmuwan dari University of Edinburgh berhasil menemukan jaringan vulkanik tersembunyi yang sangat besar di bawah lapisan es Antarktika Barat.

Dengan menggunakan teknologi radar penembus es atau ice-penetrating radar, mereka menemukan 138 gunung berapi subglasial, di mana 91 di antaranya belum pernah teridentifikasi sebelumnya. Temuan ini menegaskan bahwa West Antarctic Rift System berpotensi menjadi kawasan dengan kepadatan gunung berapi tertinggi di dunia, bahkan melampaui wilayah vulkanik aktif di Afrika Timur dengan jajaran gunung berapi seperti Kilimanjaro dan Nyiragongo.

Secara geospasial, penelitian ini menandai kemajuan besar dalam upaya memahami morfologi bumi yang tersembunyi di bawah lapisan es. Tim peneliti memanfaatkan kombinasi data radar penembus es, model elevasi dasar lapisan es, dan analisis morfometri digital untuk mengenali struktur berbentuk kerucut khas gunung berapi.

Dilansir dari ScienceAlert, berdasarkan basis data Bedmap 2, para ilmuwan memetakan tonjolan-tonjolan batuan basaltik yang menembus lapisan es di sepanjang jalur rekahan seluas 3.500 kilometer, membentang dari Ross Ice Shelf hingga Semenanjung Antarktika Barat. Analisis spasial ini mengungkap pola sebaran vulkanik yang saling terhubung oleh sistem rekahan aktif, menegaskan bahwa Antarktika Barat merupakan wilayah geodinamik yang masih hidup di bawah tekanan lapisan es tebalnya.

Dari perspektif kebumian, implikasi temuan ini sangat penting. Berdasarkan laporan World Ocean Review, aktivitas vulkanik di bawah lapisan es dapat menyebabkan pencairan es dari bawah permukaan, mempercepat aliran massa es menuju laut, dan akhirnya memicu kenaikan permukaan air laut global. Selain itu, para peneliti juga menyoroti kemungkinan bahwa berkurangnya tekanan akibat mencairnya lapisan es dapat memicu kembali aktivitas vulkanik yang semula dorman. Fenomena semacam ini telah tercatat dalam sejarah geologi pasca-Zaman Es terakhir, ketika pencairan es besar-besaran memicu kembali aktivitas vulkanik di sejumlah wilayah bumi.

Dengan demikian, Antarktika Barat tidak lagi dapat dipandang hanya sebagai bentang es yang beku dan sunyi, melainkan laboratorium alami untuk memahami interaksi antara panas bumi dan perubahan iklim. Melalui pendekatan geospasial yang menggabungkan pengindraan jauh, pemodelan digital, dan analisis struktur bawah permukaan, para ilmuwan kini mampu menyingkap denyut panas bumi yang tersembunyi di bawah lapisan glasial. Di balik ketenangan yang tampak di permukaan, Antarktika Barat menyimpan kekuatan laten yang mampu mengubah dinamika planet ini, sebuah pengingat bahwa hubungan antara es dan api di kutub selatan merupakan bagian penting dari keseimbangan bumi yang rapuh.

+
+