Petakan Ruang Digital, Mahasiswa UNILA Kembangkan Gate System untuk Berantas Judi Online

Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi) bahkan menilai inovasi ini sejalan dengan misi negara dalam memberantas judi online. Dilansir dari TechnologyIndonesia.id, Direktur Jenderal Pengawasan Ruang Digital Kemkomdigi Alexander Sabar menegaskan bahwa sejak Oktober 2024 hingga September 2025 pihaknya sudah menangani lebih dari 2,17 juta konten judi, mayoritas berupa situs dan IP.

Jika geospasial selama ini digunakan untuk memetakan ruang fisik, GATE System menghadirkan analogi baru, yaitu memetakan ruang digital. Sistem ini bekerja layaknya pemetaan spasial, di mana domain dan URL diposisikan sebagai “titik koordinat” yang diacak. Dengan teknik SEO tracing, sistem mengidentifikasi kata kunci khas judi online untuk memetakan wilayah rawan. Setelah itu, analisis visual dan semantik dilakukan, ibarat overlay layer peta, untuk memastikan situs benar-benar terkait dengan aktivitas judol. Perspektif ini menunjukkan bahwa konsep geospasial tidak hanya relevan bagi ruang nyata, tetapi juga dapat diterapkan untuk membaca pola persebaran ancaman di ruang maya.

GATE System mengandalkan SSR Method yang terdiri atas tiga tahap. Pertama, screening dilakukan dengan mengombinasikan algoritma YOLO dan keyword filtering agar situs tidak lolos dari deteksi. Kedua, secure difokuskan pada pengambilan data rekening penerima transaksi menggunakan web driver Selenium yang diarahkan secara otomatis berdasarkan bounding box YOLO. Ketiga, report mengotomatisasi pencatatan informasi penting, seperti nama pemilik rekening, nomor, dan URL, yang selanjutnya dilaporkan ke otoritas berwenang. Metode ini mengingatkan pada survei spasial, di mana data lapangan dikumpulkan secara sistematis, lalu disajikan dalam laporan berbasis bukti.

Dalam kacamata opini, inovasi GATE System patut dipandang sebagai upaya menyulam kedaulatan digital bangsa. Sama seperti peta yang menjaga kedaulatan wilayah, GATE System menjaga ruang digital dari infiltrasi praktik ilegal. Namun, tantangan tidak berhenti di sini. Ke depan, sistem ini perlu diperkuat dengan kolaborasi lintas sektor. Jika ruang fisik bisa dijaga dengan geospasial, maka ruang digital juga harus dipetakan dan diawasi secara cerdas. Dengan begitu, ruang maya Indonesia dapat benar-benar menjadi ekosistem yang sehat, aman, dan produktif bagi semua generasi.