

ISI Rangkul 2 Organisasi untuk Mengembangkan Digital Twin di DKI Jakarta
Tiga organisasi profesi yang berfokus pada perencanaan dan pemetaan, yaitu Ikatan Surveyor Indonesia (ISI), Ikatan Ahli Perencanaan (IAP), dan Ikatan Arsitek Indonesia (IAI), secara resmi menandatangani nota kesepahaman (MoU) di Jakarta untuk proyek digital twin. Penandatanganan ini menjadi tonggak penting dalam inisiatif pengembangan teknologi digital twin di wilayah DKI Jakarta sebagai proyek percontohan.
Kolaborasi ini bertujuan memperkuat integrasi data spasial, arsitektur kota, serta perencanaan wilayah secara digital guna mendukung pembangunan kota yang lebih cerdas, efisien, dan berkelanjutan. Penandatanganan turut disaksikan oleh tokoh-tokoh strategis, seperti Dewan Pakar ISI Agung Indrajit dan Asisten Deputi Gubernur DKI Jakarta Bidang Tata Ruang, Benni Aguschandra, yang menyatakan bahwa Jakarta siap menjadi kota percontohan integrasi spasial digital nasional.
Kerja sama ini menggabungkan kompetensi tiga profesi inti, ISI sebagai otoritas dalam survei dan pemetaan geospasial; IAP sebagai ahli dalam perencanaan wilayah dan kota; serta IAI sebagai perancang spasial dan arsitektural. Kolaborasi ini tidak hanya berorientasi teknis, tetapi juga strategis, yakni membangun arsitektur data spasial yang terbuka, interoperabel, dan bisa digunakan lintas sektor.
Dalam jangka pendek, target yang dicanangkan antara lain adalah pembangunan struktur data digital twin dasar, integrasi dengan sistem pertanahan (ATR/BPN), serta pilot model untuk kawasan, seperti Ancol, Kuningan, dan Dukuh Atas. Kawasan ini dipilih karena mewakili tantangan utama kota, ancaman banjir pesisir, kepadatan lalu lintas, dan integrasi moda transportasi publik.
Inisiatif ini sejalan dengan dorongan transformasi digital perkotaan yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) DKI Jakarta, serta sejalan dengan kebijakan Smart City Indonesia yang diusung Kementerian Kominfo. Jakarta menjadi tempat ideal untuk pengujian teknologi ini mengingat kompleksitas urbanisasinya dan kebutuhan akan pengambilan keputusan yang presisi dan berbasis data spasial.
Secara geospasial, pendekatan yang digunakan berbasis pada pemodelan 3D kota, sensor lingkungan, dan pemetaan real-time untuk membantu pengambilan keputusan. Sebagai contoh, dengan digital twin, dampak rob di wilayah Ancol dapat dimodelkan dengan skenario kenaikan muka air laut.
Di Kuningan, data transportasi real-time dapat digunakan untuk mengatur manajemen lalu lintas, sedangkan Dukuh Atas dapat diuji sebagai model integrasi transportasi multimoda berbasis perilaku manusia. Teknologi ini juga memungkinkan sinkronisasi dengan building information modeling (BIM) dan geographic information system (GIS) agar dapat digunakan baik untuk pembangunan gedung maupun infrastruktur besar kota.
Oleh karena itu, roadmap yang telah dirancang mencakup fase persiapan infrastruktur data hingga Desember 2025, uji coba implementasi hingga awal 2026, dan perluasan ke Jabodetabek dalam dua tahun ke depan. Langkah ini juga akan mendorong penyusunan Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk digital twin dan data spasial terintegrasi.
Dengan proyek ini, DKI Jakarta tidak hanya mempersiapkan diri sebagai kota digital, tetapi juga sebagai model nasional pembangunan berbasis data dan simulasi. Jika berhasil, pendekatan ini akan menjadi preseden penting bagi kota-kota besar lainnya di Indonesia dalam mengadopsi sistem perkotaan berbasis geospasial.
Inisiatif ini juga mendapat dukungan dari berbagai kementerian teknis dan menjadi prioritas dalam agenda transformasi digital nasional tahun 2025–2029. Kolaborasi antara ISI, IAP, dan IAI membuktikan bahwa sinergi lintas profesi adalah kunci dalam menghadirkan inovasi perkotaan berbasis data yang adaptif terhadap tantangan zaman.
