
 (1).png)
Mobil Dicuri, Pasutri London Lacak Pelaku Pakai AirTag
Apple AirTag, aksesori mungil yang biasanya digunakan untuk melacak barang-barang pribadi, seperti kunci, tas, atau dompet, kini makin menunjukkan potensinya sebagai alat bantu keamanan dalam kasus-kasus yang lebih serius.
Baru-baru ini, sebuah peristiwa di London menarik perhatian publik ketika sepasang suami-istri berhasil menemukan kembali mobil mewah mereka yang dicuri, berkat bantuan AirTag. Kejadian ini tidak hanya menggarisbawahi kecanggihan teknologi pelacakan dari Apple, tetapi juga membuka diskusi baru tentang kesiapan aparat keamanan dalam merespons kejahatan yang didukung teknologi.
Niat Jahat Berhasil Digagalkan oleh Benda Kecil Penuh Manfaat
Insiden ini terjadi pada 3 Juni 2025 di Brook Green, Hammersmith, wilayah barat London. Mobil Jaguar E-Pace senilai £46.000 milik pasangan tersebut raib dari garasi rumah mereka tanpa ada tanda-tanda pembobolan yang jelas. Namun, para pencuri tidak menyadari bahwa mereka juga membawa sebuah perangkat kecil tersembunyi di dalam mobil, sebuah AirTag. AirTag tersebut, yang terhubung dengan aplikasi Find My dari Apple, segera mengirimkan sinyal lokasi mobil tersebut kepada pemiliknya.
Lokasi mobil tercatat berada di kawasan perumahan Chiswick, hanya beberapa kilometer dari tempat awal pencurian. Sang suami langsung menghubungi Metropolitan Police dan memberikan data lokasi secara real-time dengan harapan adanya tindakan cepat. Sayangnya, respons pihak kepolisian sangat mengecewakan. Mereka hanya mencatat laporan tersebut dan menyarankan agar pasangan tersebut menghubungi kembali jika keadaan memburuk. Tidak ada satu pun petugas yang dikirimkan ke lokasi dalam waktu dekat.
Merasa waktu makin kritis dan khawatir mobil akan dipindahkan, pasangan tersebut memutuskan untuk mengambil risiko dan pergi sendiri ke lokasi. Sesampainya di sana, mereka mendapati mobil mereka terparkir di pinggir jalan perumahan. Dengan menggunakan fitur penguncian jarak jauh dari sistem keamanan Jaguar, mereka berhasil membuka dan menghidupkan mobil lalu membawanya kembali dengan selamat. Tindakan ini, meskipun berhasil, jelas penuh risiko karena bisa saja mempertemukan mereka dengan pelaku pencurian secara langsung.
Kasus ini menyita perhatian publik karena menunjukkan efektivitas AirTag dalam pelacakan barang curian, tetapi juga menyoroti lambannya respons aparat dalam menghadapi kasus yang melibatkan teknologi. Baru pada 10 Juni, atau tujuh hari setelah kejadian, polisi mengumumkan bahwa mereka telah bertemu dengan korban untuk keperluan investigasi lanjutan. Dalam pernyataan resminya, Metropolitan Police menyatakan bahwa penyelidikan masih berlangsung, tetapi belum ada perkembangan signifikan yang diumumkan ke publik.
Ruang Abu-Abu Pemanfaatan Teknologi Geospasial?
Dari perspektif geospasial, keberhasilan pelacakan ini sangat bergantung pada sistem crowdsourced positioning milik Apple. Tidak seperti sistem GPS biasa yang mengandalkan sinyal satelit langsung, AirTag bekerja dengan memanfaatkan keberadaan perangkat Apple lain di sekitarnya, baik itu iPhone, iPad, maupun MacBook, yang secara otomatis dan anonim mengirimkan lokasi AirTag ke iCloud.
Sistem ini memungkinkan pelacakan tetap akurat, bahkan ketika perangkat berada di dalam ruang tertutup atau tidak bergerak selama ada perangkat Apple lain di dekatnya. Dalam kasus ini, lokasi padat penduduk, seperti Chiswick, menyediakan banyak titik relay yang membuat sinyal AirTag tetap aktif dan akurat, bahkan hingga tingkat akurasi 10 meter.
Namun, keberhasilan pelacakan ini juga menimbulkan pertanyaan etis dan keamanan. Apple secara eksplisit menyatakan bahwa AirTag tidak dirancang sebagai alat untuk mengejar atau merebut kembali barang curian, justru memperingatkan pengguna untuk tidak melakukan tindakan berisiko.
Dalam beberapa kasus, keberadaan AirTag bahkan disalahgunakan untuk melacak individu tanpa persetujuan sehingga menimbulkan kekhawatiran akan privasi dan keselamatan. Meskipun Apple telah menambahkan fitur notifikasi untuk pengguna yang merasa sedang dilacak tanpa izin, potensi penyalahgunaan tetap menjadi tantangan.
Di sisi lain, kasus ini juga mengungkap bahwa institusi seperti kepolisian belum sepenuhnya siap merespons laporan yang didasarkan pada teknologi pelacakan pribadi. Ketika warga bisa memberikan data lokasi yang presisi dalam hitungan detik, ekspektasi terhadap kecepatan dan ketepatan respons aparat menjadi lebih tinggi.
Namun, prosedur internal yang lambat, keterbatasan personal, serta kekhawatiran terhadap keselamatan petugas membuat banyak laporan berbasis teknologi tidak segera ditindaklanjuti. Oleh karena itu, dibutuhkan adaptasi kebijakan serta pelatihan khusus agar aparat bisa memanfaatkan teknologi ini secara maksimal dan aman, tanpa harus membahayakan warga sipil.
Masa Depan Sistem Keamanan yang Perlu Payung Hukum
Di masa depan, perangkat seperti AirTag bisa menjadi bagian dari sistem keamanan yang lebih komprehensif jika digunakan dengan benar. Integrasi dengan layanan darurat, peningkatan fitur keamanan, dan kerja sama langsung dengan penegak hukum bisa menjadikan perangkat ini lebih dari sekadar pelacak barang, melainkan juga pelindung aset pribadi. Namun, semua itu hanya mungkin jika ekosistem hukum, teknis, dan sosial dapat bersinergi dengan baik.
Kisah pasangan di London ini menjadi bukti bahwa teknologi kecil bisa memberikan dampak besar. AirTag, yang hanya seukuran koin, berhasil mengungguli kecepatan dan efektivitas lembaga keamanan dalam menemukan barang curian. Namun di balik keberhasilan itu, muncul pelajaran penting, teknologi sebaik apapun tetap membutuhkan kebijakan yang cerdas dan respons yang sigap dari pihak berwenang.
Sumber: WCCF Tech, Help Net Security
