

Sintelau TNI AU Adakan Latihan Geospasial Intelijen untuk Tingkatkan Kapasitas Prajurit
TNI Angkatan Udara melalui Staf Intelijen (Sintelau) mengadakan Pelatihan Geospasial Intelijen Tahun Anggaran 2025. Kegiatan ini resmi dibuka oleh Wakil Asisten Intelijen Kepala Staf Angkatan Udara (Waasintel Kasau), Marsma TNI Ir. Yudy Mandega R., M.Tr.(Han)., IPM., mewakili Asintel Kasau Marsda TNI M. Untung Suropati, S.E. Pelatihan berlangsung di Dissurpotrudau, Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, pada Senin, 28 Juli 2025.
Pelatihan tersebut diikuti oleh 15 personel dari berbagai satuan kerja TNI AU. Peserta akan dibekali beragam pengetahuan teknis, mulai dari kemampuan membaca peta dan tata letak, pengenalan serta pengolahan citra udara dan satelit, pemanfaatan perangkat lunak sistem informasi geografis (SIG), analisis medan, interpretasi taktis, hingga penggunaan perangkat GPS.
Dalam sambutan tertulis yang dibacakan oleh Waasintel Kasau, Asintel Kasau menyampaikan bahwa pelatihan ini merupakan langkah strategis dalam meningkatkan kapasitas personel Intelijen Udara (Intelud). Pelatihan ini difokuskan pada kemampuan menganalisis data berbasis spasial untuk mendukung operasi yang lebih presisi dan efektif.
Kegiatan ini juga sejalan dengan visi TNI AU AMPUH (adaptif, modern, profesional, unggul, dan humanis) yang terus digaungkan oleh Kepala Staf Angkatan Udara, Marsekal TNI M. Tonny Harjono, S.E., M.M. Melalui pelatihan ini, diharapkan lahir prajurit intelijen yang tidak hanya unggul secara teknis, tetapi juga adaptif terhadap perkembangan teknologi serta mampu menghadapi dinamika medan tugas modern dengan profesionalisme tinggi.
Pentingnya Prajurit Kuasai Geospasial
Penguasaan geospasial intelijen kini menjadi kompetensi yang sangat penting bagi prajurit, khususnya di lingkungan TNI Angkatan Udara. Dalam era operasi militer modern yang sarat dengan teknologi, informasi spasial yang akurat dan terintegrasi berperan besar dalam menentukan keberhasilan misi. Dengan kemampuan ini, seorang prajurit tidak hanya mampu membaca peta, tetapi juga dapat menganalisis karakteristik wilayah secara lebih mendalam.
Kemampuan tersebut sangat membantu dalam perencanaan operasi dan mobilisasi pasukan. Melalui pemanfaatan peta digital, citra satelit, dan perangkat lunak SIG, jalur logistik, titik pendaratan yang aman, serta area rawan dapat diidentifikasi lebih cepat dan tepat. Hal ini tentu mengurangi risiko kesalahan strategi dan memperbesar peluang keberhasilan misi.
Di samping itu, penguasaan geospasial intelijen juga penting dalam mendukung operasi gabungan lintas matra maupun antarinstansi. Data spasial yang terintegrasi dan seragam menjadi landasan utama dalam koordinasi dan penyelarasan strategi di berbagai tingkatan. Hal ini menjadikan prajurit yang menguasai aspek geospasial sebagai bagian penting dari sistem pertahanan yang modern dan kolaboratif.
Kemampuan ini juga menunjukkan kesiapan prajurit dalam beradaptasi dengan perkembangan teknologi pertahanan. Dalam sistem perang modern yang melibatkan drone, sensor, satelit, hingga kecerdasan buatan, data spasial menjadi dasar utama dalam pengoperasian berbagai alat tersebut. Oleh karena itu, prajurit yang terampil dalam pengolahan dan analisis data spasial akan lebih siap memanfaatkan kemajuan teknologi untuk mendukung tugas di lapangan.
Salah satu contoh nyata pentingnya geospasial intelijen adalah saat TNI AU terlibat dalam misi pencarian dan penyelamatan (SAR) pesawat AirAsia QZ8501 yang jatuh di perairan Selat Karimata pada Desember 2014. Dalam operasi tersebut, data spasial dari citra satelit, pantauan radar, dan koordinat terakhir pesawat digunakan secara intensif untuk memperkirakan lokasi puing-puing dan mempersempit area pencarian di tengah kondisi cuaca dan gelombang laut yang sulit diprediksi.
