Default Title
logo spatial highlights
17 Oktober Diperingati sebagai Hari Informasi Geospasial, Begini Sejarahnya

17 Oktober Diperingati sebagai Hari Informasi Geospasial, Begini Sejarahnya

Setiap tanggal 17 Oktober, Indonesia memperingati Hari Informasi Geospasial (HIG). Peringatan ini menjadi sebuah momentum yang menegaskan pentingnya peran data dan peta dalam kehidupan modern. Peringatan ini menjadi wujud kesadaran nasional bahwa pembangunan berkelanjutan harus berpijak pada data lokasi yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.

Informasi geospasial mencakup seluruh data yang berkaitan dengan lokasi, bentuk, dan fenomena di permukaan bumi. Ia menjadi dasar bagi berbagai kebijakan publik — mulai dari perencanaan tata ruang, mitigasi bencana, transportasi, pengelolaan sumber daya alam, hingga pembangunan kota cerdas. Dengan kata lain, di balik setiap keputusan pembangunan yang tepat, hampir selalu ada data geospasial yang bekerja secara senyap, tetapi krusial.

Peringatan Hari Informasi Geospasial berakar pada sejarah panjang lembaga pemetaan nasional Indonesia. Berdasarkan keterangan dari akun resmi X Badan Informasi Geospasial (BIG), Tanggal 17 Oktober 1969 menjadi momen berdirinya lembaga yang kala itu dikenal sebagai Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal).

Lembaga ini kemudian berevolusi menjadi Badan Informasi Geospasial. Saat ini, BIG menjadi institusi negara yang bertanggung jawab menyelenggarakan, mengoordinasikan, dan mengawasi pengelolaan data serta informasi geospasial di seluruh Indonesia.

Pemilihan tanggal tersebut sebagai Hari Informasi Geospasial bukan tanpa alasan. Ia menandai komitmen negara terhadap kedaulatan data spasial, sekaligus penghormatan terhadap peran para ahli pemetaan dan teknologi geospasial yang telah meletakkan dasar pembangunan berbasis peta selama lebih dari lima dekade.

Peringatan HIG bukan hanya perayaan teknis bagi para profesional pemetaan, tetapi juga ajakan bagi publik untuk memahami bahwa peta bukan sekadar gambar di kertas atau layar digital. Di balik setiap peta tersimpan lapisan informasi yang dapat menentukan arah kebijakan, prioritas pembangunan, hingga keselamatan warga.

Dalam banyak hal, peta menjadi alat untuk menata negeri dengan lebih bijak. Ketika bencana alam terjadi, data spasial membantu tim tanggap darurat menentukan jalur evakuasi dan lokasi pengungsian. Saat petani membutuhkan informasi cuaca dan kesuburan tanah, teknologi geospasial memberikan panduan akurat untuk bercocok tanam.

Meski perkembangan teknologi geospasial di Indonesia terus maju, pekerjaan besar masih menanti. Belum semua daerah memiliki tenaga ahli yang memadai. Data antarlembaga belum sepenuhnya terintegrasi, dan pembaruan data di lapangan kadang tertinggal dari kecepatan perubahan wilayah itu sendiri. Namun, peluang juga terbuka lebar.

Kemajuan teknologi drone, satelit resolusi tinggi, big data, dan kecerdasan buatan (AI) membuat pemetaan kini jauh lebih cepat dan presisi. BIG pun terus berinovasi agar data geospasial tak hanya menjadi alat teknis, melainkan juga fondasi bagi transparansi, partisipasi publik, dan pembangunan yang berkeadilan.

Setiap ruas jalan, setiap garis pantai, semuanya menyimpan informasi. Informasi yang membentuk cerita tentang negeri kita. Hari ini, kita merayakan Hari Informasi Geospasial 2025, momentum untuk menyadari bahwa peta bukan sekadar gambar, tapi panduan menuju masa depan Indonesia yang lebih terarah dan berdaulat.

+
+