Default Title
logo spatial highlights
Mengapa Google Maps Bisa Arahkan Pengendara Motor ke Tol Bocimi? Ini 5 Penyebabnya

Mengapa Google Maps Bisa Arahkan Pengendara Motor ke Tol Bocimi? Ini 5 Penyebabnya

Seorang pengendara sepeda motor berinisial RA membuat heboh pengguna jalan setelah melintas di ruas Tol Bogor–Ciawi–Sukabumi (Bocimi) pada Kamis, 9 Oktober 2025 sekitar pukul 13.45 WIB. Peristiwa itu dilaporkan oleh petugas jaga di Gerbang Tol (GT) Parungkuda kepada anggota Kamtib 243B yang sedang bertugas di lapangan.

Kepala Induk PJR Tol BORR dan Bocimi, Kompol Suwito, membenarkan kejadian tersebut. Ia menjelaskan, saat personel Kamtib 243B tengah membantu penanganan kendaraan hambatan di KM 70A, pihaknya menerima laporan dari petugas Solopati GT Parungkuda mengenai adanya sepeda motor yang melintas di jalur masuk tol dengan kecepatan tinggi.

“Ditemukan oleh security, pengendara tersebut datang dari arah arteri Parungkuda. Ia melaju ke jalan tol cukup kencang dan sempat diteriaki oleh petugas keamanan di gerbang,” ujar Kompol Suwito kepada Sukabumiupdate.com, Jumat, 10 Oktober 2025.

Image 1

Petugas Kamtib 243B kemudian berhasil menghentikan pengendara tersebut di KM 70B. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa pelaku yang berinisial RA mengendarai sepeda motor Honda PCX berwarna hitam dengan nomor polisi F 2235 UBN.

Menurut Suwito, RA mengaku tidak mengetahui bahwa jalur yang diarahkan oleh aplikasi Google Maps merupakan akses menuju jalan tol. “Alasan pengendara sepeda motor tersebut mengikuti petunjuk dari Google Maps,” katanya.

Mengapa Google Maps Bisa Salah Menunjukkan Arah?

Fenomena salah arah akibat aplikasi navigasi seperti Google Maps bukan hal baru, dan sering kali berakar pada kompleksitas sistem peta digital yang terus diperbarui secara otomatis. Ada beberapa faktor utama yang menyebabkan hal tersebut terjadi.

  1. Ketidaksinkronan antara data digital dan kondisi lapangan.

Google Maps mengandalkan data dari berbagai sumber, mulai dari citra satelit, sensor kendaraan, kontribusi pengguna (user reports), hingga data resmi dari pemerintah daerah. Namun, pembaruan infrastruktur seperti pembukaan akses tol baru, perubahan jalur arteri, atau pemasangan rambu pembatas kendaraan sering kali belum segera tercermin dalam sistem digital. Akibatnya, sistem bisa membaca jalan tol sebagai jalur umum.

  1. Mode kendaraan yang tidak diatur dengan benar.

Aplikasi Google Maps menyediakan opsi mode perjalanan, seperti “mobil”, “motor”, “berjalan kaki”, atau “sepeda”. Bila pengguna tidak memilih mode “motor”, sistem secara otomatis akan memberikan rute tercepat untuk kendaraan roda empat. Apabila algoritma mengutamakan waktu tempuh, bukan jenis kendaraan, pengendara motor bisa diarahkan ke jalan tol tanpa peringatan tambahan.

  1. Kurangnya data geospasial spesifik untuk pembatasan kendaraan.

Tidak semua ruas jalan di Indonesia dilengkapi metadata geospasial yang mencakup batasan kendaraan. Misalnya, sistem mungkin tahu bahwa jalan tersebut adalah jalan raya, tetapi tidak mengetahui bahwa segmen tertentu hanya boleh dilalui mobil. Keterbatasan detail ini sering terjadi di daerah baru, jalan akses proyek, atau wilayah pinggiran kota.

  1. Faktor akurasi GPS dan sinyal jaringan.

Kesalahan posisi (location drift) juga bisa menjadi penyebab. Di wilayah berbukit atau padat bangunan, sinyal GPS dapat memantul (multipath error) sehingga membuat sistem mengira kendaraan berada di jalur yang berbeda. Perbedaan beberapa meter saja bisa menyebabkan Google Maps salah membaca posisi dari jalan arteri ke jalan tol yang berdekatan.

  1. Algoritma prioritas rute yang berbasis waktu, bukan konteks.

Google Maps menggunakan algoritma optimasi yang memprioritaskan kecepatan tempuh, kemacetan, dan efisiensi bahan bakar. Namun, sistem belum sepenuhnya mampu memahami konteks hukum lalu lintas, seperti larangan motor di tol. Jika jalur tol terdeteksi lebih cepat dan secara spasial berdekatan dengan rute tujuan, sistem tetap bisa merekomendasikan jalan tersebut sebagai opsi utama.

Kasus seperti ini menunjukkan pentingnya pengguna untuk menyesuaikan mode kendaraan sebelum memulai perjalanan. Selain itu, pembaruan data geospasial secara berkala oleh pihak terkait sangat diperlukan agar sistem navigasi digital semakin akurat dan aman.

+
+