Default Title
logo spatial highlights
RIEGL Luncurkan LiDAR untuk Pemetaan 3D Situs Warisan Dunia UNESCO

RIEGL Luncurkan LiDAR untuk Pemetaan 3D Situs Warisan Dunia UNESCO

Di era ketika teknologi makin menentukan cara manusia memahami ruang dan waktu, upaya merekam warisan budaya dunia tidak lagi cukup dilakukan dengan kamera atau catatan arkeologi semata. Kini, pemetaan berbasis LiDAR hadir sebagai jendela baru untuk melihat detail lanskap bersejarah dengan presisi milimeter, sekaligus menyajikan dimensi spasial yang tak pernah terungkap sebelumnya.

Langkah ini makin relevan setelah RIEGL, perusahaan Amerika yang bergerak di bidang teknologi pemindaian laser, meluncurkan proyek pemetaan 3D di Hallstatt, Austria. Desa yang merupakan Situs Warisan Dunia UNESCO ini telah menyimpan jejak aktivitas manusia selama delapan milenium.

Hallstatt sendiri bukan hanya sebuah desa bersejarah, melainkan ruang hidup yang menghadirkan tantangan geospasial yang kompleks, seperti lembah terjal, gletser yang terus menyusut, tambang garam kuno, hingga vegetasi yang selalu berubah. Kondisi ini menjadikan Hallstatt sebagai "laboratorium alam" yang ideal untuk menguji kemampuan sensor LiDAR. Keberagaman elemen fisik dan budaya di wilayah ini memperlihatkan bagaimana pemetaan 3D dapat menjembatani pemahaman antara kondisi geomorfologi dengan jejak sejarah manusia.

Untuk menjawab kompleksitas tersebut, RIEGL menggabungkan sistem LiDAR udara dan darat. Di danau Hallstatt, RIEGL VQ-840-GE Airborne Bathymetric LiDAR digunakan untuk memetakan topografi bawah air dengan presisi tinggi. Teknologi laser ini memungkinkan pemetaan fitur arkeologis yang tenggelam serta dinamika hidrologi yang sebelumnya sulit diakses. Di sisi darat, RIEGL VZ-4000i25 dan VZ-600i diterapkan untuk mendokumentasikan lanskap pegunungan hingga detail arsitektur desa bersejarah.

Lebih dari sekadar demonstrasi teknis, proyek ini menegaskan peran data geospasial sebagai arsip budaya sekaligus instrumen pengambilan keputusan. Integrasi pemrosesan data yang presisi menghasilkan basis informasi yang dapat dimanfaatkan untuk konservasi, mitigasi risiko bencana, hingga perencanaan pariwisata berkelanjutan. Analisis spasial berbasis LiDAR membuktikan bahwa pelestarian warisan dunia kini membutuhkan pemodelan 3D yang mendetail, berlapis, dan berkelanjutan.

Proyek Hallstatt menunjukkan bahwa LiDAR bukan hanya alat survei, melainkan juga medium pelestarian sejarah manusia. Data yang dihasilkan memperlihatkan bahwa warisan budaya harus dipahami sebagai entitas dinamis yang terekam dalam ruang dan waktu. Dengan pendekatan ini, RIEGL membuktikan bahwa teknologi geospasial dapat menjadi jembatan antara masa lalu dan masa depan, sekaligus memperkuat komitmen global dalam menjaga situs Warisan Dunia UNESCO.

+
+