Default Title
logo spatial highlights
Malaysia Menuju Kota Cerdas lewat Dunia Virtual, Putrajaya dan Penang Bangun Digital Twin

Malaysia Menuju Kota Cerdas lewat Dunia Virtual, Putrajaya dan Penang Bangun Digital Twin

Ketika mendengar istilah smart city atau kota cerdas, banyak orang membayangkan pemandangan kota yang futuristik dipenuhi berbagai alat canggih. Namun, kenyataannya, perjalanan menuju kota cerdas dimulai dari langkah-langkah kecil dan senyap, bukan dari revolusi teknologi yang tiba-tiba. Hal itu yang dilakukan oleh Malaysia.

Hal ini terlihat jelas dalam ajang Smart City Expo Kuala Lumpur (SCEKL) 2025. Berbagai lembaga publik dan swasta memperlihatkan bagaimana kota-kota di Malaysia mulai menerapkan teknologi canggih dengan cara yang praktis dan berkelanjutan.

Beberapa pionir di antaranya adalah Putrajaya, Kuala Lumpur, dan Pulau Pinang (Penang). Tiga wilayah tersebut kini berlomba membangun apa yang disebut sebagai digital twin. Melalui konsep ini, sebuah kota dibuat versi virtualnya dengan menggabungkan data real-time dan data historis sehingga memungkinkan perencanaan dan pengambilan keputusan berbasis informasi yang lebih akurat.

Menurut definisi dari IBM, digital twin adalah representasi virtual dari objek atau sistem nyata. Bayangkan sebuah gedung 3D lengkap dengan seluruh data di dalamnya, mulai dari suhu ruangan, tingkat hunian, hingga catatan kapan terakhir kali sistem listrik atau air diperiksa. Kini, konsep itu diperluas ke skala kota, menciptakan “versi digital” dari lingkungan perkotaan yang dapat digunakan untuk menganalisis berbagai aspek kehidupan warga.

Direktur ICT Perbadanan Putrajaya, Mohd Musabri Shaharom, menjelaskan bahwa sistem digital twin menjadi salah satu inisiatif terbaru kota tersebut. Teknologi ini digunakan untuk melakukan simulasi sebelum rencana pembangunan baru disetujui.

“Sebelum manajemen menyetujui pengembangan baru, kami dapat menyimulasikan dampaknya terhadap area sekitar, termasuk kepadatan penduduk dan lalu lintas. Misalnya, seberapa tinggi bangunan yang bisa dibangun di lahan tertentu, bagaimana pengaruhnya pada area sekitar, atau apa dampaknya jika kita menambah seribu orang di area itu,” ujarnya dalam wawancara di SCEKL 2025, dikutip dari The Star.

Dengan menggabungkan data, seperti rute dan kapasitas bus, tingkat kemacetan, kepadatan bangunan, serta jarak terhadap infrastruktur kota, Putrajaya kini memiliki satu platform terpadu yang memberikan pandangan menyeluruh terhadap kondisi wilayah. Melalui simulasi dan analisis historis, perencana kota bisa mengevaluasi dampak pembangunan secara lebih presisi.

Menariknya, sistem ini akan diintegrasikan dengan Melor, avatar chatbot berbasis kecerdasan buatan (artificial intelligence—AI) yang sedang dikembangkan untuk membantu observatorium perkotaan Putrajaya. Nantinya, Melor akan menyajikan data indikator kota, membandingkan performa wilayah, dan menampilkan dasbor kondisi kota secara real-time.

Putrajaya juga telah menyelesaikan proyek percontohan untuk bus otonom, dengan rencana implementasi lebih luas di masa depan. Tujuannya adalah menjadikan bus listrik otonom (EV) sebagai moda transportasi ramah lingkungan utama di kota tersebut. Sementara itu, Dewan Kota Pulau Pinang (PICC) turut memperkenalkan proyek serupa bernama Virtual Island of Penang (VIP), yang resmi diluncurkan pada 3 Oktober 2025.

Menurut Direktur Perencanaan dan Pembangunan PICC, Mohd Bashir Sulaiman, sistem ini bertujuan mengintegrasikan semua data geospasial, rencana pembangunan kota, serta indikator kota cerdas ke dalam satu platform.

“Saat kami menyetujui pembangunan, kami bisa langsung mengecek apakah sesuai dengan zonasi dan kebijakan ketinggian bangunan. Bahkan, rancangan gedung bisa dimasukkan dalam model 3D untuk melihat apakah cocok dengan lingkungan sekitarnya atau tidak. Membangun gedung modern di kawasan bersejarah tentu tidak pantas,” jelasnya.

Menariknya, digital twin Penang tidak hanya digunakan untuk urusan pembangunan atau lalu lintas. Sistem ini juga bekerja sama dengan Polisi Diraja Malaysia (PDRM) untuk memetakan titik rawan kejahatan dan kecelakaan. Dengan begitu, pemerintah daerah dapat mengambil langkah pencegahan, seperti memasang CCTV tambahan atau memperbaiki infrastruktur di area berisiko tinggi.

“Kalau arus lalu lintas di suatu area terlalu padat atau sering terjadi kecelakaan, kami bisa segera menyesuaikan tata jalan atau meningkatkan kualitas infrastrukturnya,” kata Mohd Bashir.

Menurut Mohd Bashir, meski kamera pengawas bukan hal baru, kini teknologi AI mulai diterapkan untuk meringankan kerja manusia. Alih-alih petugas harus terus memantau layar, sistem AI dapat mengenali pelanggaran, seperti pembuangan sampah ilegal atau parkir sembarangan, dan memberi notifikasi otomatis kepada petugas. Semua ini tentu bergantung pada internet of things (IoT) dan infrastruktur jaringan yang kuat.

+
+