

Petakan Kenyamanan Kawasan Karmantul, Mahasiswa UGM Manfaatkan Sistem Informasi Geografis
Sekelompok mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) melakukan inovasi geospasial dalam rangka memetakan tingkat kenyamanan kawasan Yogyakarta-Sleman-Bantul (Karmantul). Inovasi tersebut dipresentasikan dalam acara lomba LOGIN 2025 yang diselenggarakan oleh Keluarga Mahasiswa Teknik Geodesi (KMTG) UGM pada Jumat, 16 Mei 2025 di Departemen Teknik Geodesi, Fakultas Teknik, UGM.
Kelompok GEOSENSE yang terdiri atas Darvpa Nusantara Yogya, Aisyah Ghulam, dan Novia Layla Handi ini berangkat dari persoalan kepadatan penduduk akibat migrasi desa ke kota. Persoalan tersebut menjadi isu krusial karena berdampak pada kualitas lingkungan. Dampak kualitas lingkungan tersebut juga akan berefek domino terhadap kenyamanan kawasan.
Selain itu, GEOSENSE menyoroti sebab musabab mengapa persoalan kepadatan penduduk itu terjadi. Dalam presentasinya, mereka menganggap terbatasnya lapangan kerja di desa menjadi faktor utama migrasi dari desa ke kota sebagai pusat ekonomi. Lebih lanjut, dengan pertumbuhan penduduk yang cepat, kebutuhan hunian yang layak juga makin meningkat.
Tujuan dari pemetaan kawasan ini adalah untuk mengidentifikasi dan menentukan kesesuaian parameter kenyamanan permukiman melalui analisis pola distribusi spasial sebagai dasar pemodelan prediktif ekspansi wilayah permukiman di Karmantul. Selain itu, tujuan dari inovasi ini adalah untuk mengembangkan model prediktif spasial ekspansi permukiman yang mempertimbangkan kenyamanan permukiman serta tekanan spasial di wilayah Karmantul.
Wilayah Ideal untuk Ekspansi Permukiman
Dalam temuannya, GEOSENSE menentukan indikator tingkat kenyamanan permukiman. Adapun indikator tersebut ialah liputan vegetasi, kepadatan permukiman, jarak permukiman terhadap jalan arteri, jarak permukiman terhadap titik industri, dan suhu wilayah.
Selain indikator, GEOSENSE juga memetakan tiga klasifikasi kenyamanan, yaitu sangat nyaman, nyaman, dan tidak nyaman. Berdasarkan temuan mereka, kawasan tidak nyaman cenderung memusat di tengah Kota Yogyakarta. Sementara itu, klasifikasi kawasan nyaman dan sangat nyaman menyebar di daerah tepi-tepi kota. Dari hal tersebut, GEOSENSE mengimplikasikan bahwa kawasan tidak nyaman di kota membuat masyarakat cenderung tinggal di daerah pinggiran yang lebih asri dan damai.
Menurut temuan mereka, hanya ada lima kawasan ekspansi yang paling ideal. Kawasan-kawasan tersebut mencakup Kecamatan Sedayu, Jetis, Dlingo, dan Imogiri. Meski begitu, dalam praktiknya, ekspansi tersebut perlu memperhatikan lebih banyak aspek sebagai bahan pertimbangan. Aspek-aspek tersebut meliputi ketersediaan lahan, land tenure, dan land value.