Default Title
logo spatial highlights
PBB Dorong Negara-Negara Pasifik untuk Tangani Degradasi Lahan Menggunakan Teknologi Geospasial

PBB Dorong Negara-Negara Pasifik untuk Tangani Degradasi Lahan Menggunakan Teknologi Geospasial

Negara-negara kepulauan kecil di Pasifik (Pacific Small Island Developing States/PSIDS) menghadapi ancaman serius terhadap ketahanan ekologis mereka akibat degradasi lahan. Hal ini diperparah oleh dampak perubahan iklim, keterbatasan lahan, dan minimnya akses terhadap data spasial berkualitas tinggi untuk memantau perubahan lahan secara akurat.

Untuk merespons hal tersebut, Forum Dialog Regional PSIDS digelar pada pekan ini di Suva, Fiji. Forum ini diselenggarakan oleh United Nations University Institute for Environment and Human Security (UNU-EHS) bekerja sama dengan inisiatif unggulan Group on Earth Observations untuk Netralitas Degradasi Lahan (GEO-LDN). Sebanyak 40 perwakilan dari negara-negara Pasifik hadir untuk memperkuat kolaborasi dan membangun kapasitas nasional dalam menangani tantangan degradasi lahan secara bersama-sama.

Salah satu fokus utama dari forum ini adalah pemanfaatan teknologi geospasial sebagai alat strategis dalam pemantauan dan pengelolaan lahan. Oleh karena wilayah PSIDS umumnya belum memiliki akses yang memadai terhadap data spasial resolusi tinggi, forum ini mendorong pendekatan kolaboratif lintas negara untuk berbagi data dan teknologi.

Teknologi pengindraan jauh dan observasi bumi (earth observation/EO) dianggap penting untuk mendukung pengambilan kebijakan berbasis bukti dalam bidang ketahanan pangan, pengelolaan sumber daya alam, dan adaptasi terhadap perubahan iklim. Hal ini sejalan dengan tujuan inisiatif GEO-LDN untuk menciptakan sistem informasi yang inklusif dan dapat diakses oleh negara-negara berkembang.

Dalam pidatonya, Sekretaris Tetap Kementerian Pertanian dan Perairan Fiji Dr. Andrew Tukana menekankan bahwa degradasi lahan bukan hanya persoalan lingkungan, melainkan juga tantangan sosial dan ekonomi yang berdampak langsung pada ketahanan pangan, penghidupan masyarakat, keanekaragaman hayati, dan ketangguhan terhadap bencana. “Ini bukan sekadar isu lingkungan. Ini adalah tantangan sosial, ekonomi, dan budaya yang memengaruhi ketahanan pangan, mata pencaharian, ketangguhan terhadap bencana, dan keanekaragaman hayati,” ujarnya, dikutip dari laman resmi UNU-EHS.

Dengan meningkatnya komitmen politik dan dukungan internasional, forum ini diharapkan menjadi titik awal menuju implementasi prinsip netralitas degradasi lahan, konsep yang bertujuan menyeimbangkan degradasi dan restorasi lahan untuk menjamin keberlanjutan jangka panjang. Melalui sinergi teknologi geospasial dan kerja sama regional, kawasan Pasifik dapat membangun ketahanan ekologis yang lebih kuat di tengah ancaman krisis iklim dan tekanan pembangunan.

Baca juga: Fugro dan Esri Jalin Kolaborasi Strategis untuk Ketahanan Iklim Global

+
+