Default Title
logo spatial highlights
Mengurangi Laju Pertumbuhan Kendaraan dengan Pembangunan Berbasis TOD

Mengurangi Laju Pertumbuhan Kendaraan dengan Pembangunan Berbasis TOD

Dalam satu dekade terakhir, kota-kota besar di Indonesia mengalami transformasi cepat akibat urbanisasi dan pertumbuhan ekonomi. Namun, perkembangan ini juga membawa konsekuensi peningkatan tajam jumlah kendaraan bermotor dan kepadatan lalu lintas yang kian tidak terkendali.

Jalanan yang dulunya lengang kini berubah menjadi lautan kendaraan setiap pagi dan sore hari. Kota-kota, seperti Jakarta, Surabaya, hingga Medan, menghadapi tekanan besar terhadap kapasitas infrastruktur transportasinya. Hingga Agustus 2024, jumlah kendaraan bermotor di Indonesia mencapai 164 juta unit, dengan sepeda motor mendominasi sebanyak 137 juta unit atau sekitar 83% dari total kendaraan.

Di Jakarta misalnya, jumlah kendaraan pribadi mencapai lebih dari 18,6 juta unit, sementara pengguna angkutan umum hanya sekitar 24%. Hal ini menunjukkan ketergantungan tinggi pada kendaraan pribadi, yang berkontribusi pada kemacetan, polusi udara, dan penurunan kualitas hidup di perkotaan.

Salah satu pendekatan yang mulai dilirik dan diterapkan untuk mengurangi laju pertumbuhan kendaraan adalah pembangunan berbasis TOD. Konsep ini menawarkan cara pandang baru dalam membangun kota yang terhubung, terintegrasi, dan efisien secara spasial, mengurangi ketergantungan pada kendaraan pribadi, dan mendorong penggunaan moda transportasi massal.

Apa Itu TOD?

Transit oriented development (TOD) adalah konsep perencanaan kota yang berfokus pada pengembangan kawasan yang terhubung langsung dengan sistem transportasi massal, seperti stasiun kereta, halte bus, atau terminal angkutan umum. Pendekatan ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan perkotaan yang lebih ramah bagi penghuninya, dengan cara meminimalkan ketergantungan pada kendaraan pribadi, mengurangi kemacetan lalu lintas, serta meningkatkan kualitas udara dan kehidupan di dalam kota. Biasanya, pengembangan kawasan TOD juga mengedepankan desain yang mendorong orang untuk lebih sering berjalan kaki atau bersepeda daripada menggunakan mobil.

Pada dasarnya, konsep TOD bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada kendaraan pribadi. Hal ini dilakukan dengan menciptakan kawasan yang memungkinkan penduduk untuk melakukan berbagai aktivitas, bekerja, berbelanja, atau bersosialisasi, dalam jarak yang dapat dijangkau dengan berjalan kaki atau menggunakan sepeda.

Konsep ini mengarah pada perubahan budaya, di mana penggunaan transportasi massal lebih diprioritaskan daripada membawa mobil pribadi. Ketika transportasi umum menjadi lebih mudah diakses, lebih cepat, dan lebih nyaman, masyarakat akan lebih memilih untuk menggunakannya sebagai moda utama mereka, yang secara langsung dapat mengurangi jumlah kendaraan pribadi yang beroperasi di jalan.

Saatnya Membangun Mindset Baru

Keberhasilan TOD sangat bergantung pada penerimaan dan partisipasi aktif masyarakat. Salah satu alasan utama adalah bahwa konsep TOD bertujuan untuk mengubah pola hidup masyarakat, yang selama ini cenderung bergantung pada kendaraan pribadi, menjadi lebih berorientasi pada transportasi umum dan mode transportasi berkelanjutan lainnya. Masyarakat perlu dipersiapkan untuk menerima perubahan besar ini, dan hal ini hanya bisa tercapai jika mereka merasa terlibat dan mendukung inisiatif tersebut.

Tanpa pemahaman yang jelas tentang keuntungan dan potensi positif TOD, seperti pengurangan kemacetan, kualitas udara yang lebih baik, dan penghematan waktu perjalanan, masyarakat akan cenderung enggan untuk beralih dari kendaraan pribadi ke transportasi massal. Di Indonesia, kebiasaan menggunakan kendaraan pribadi sudah sangat mengakar, dan banyak orang yang belum menyadari dampak negatif dari ketergantungan tersebut terhadap kualitas hidup mereka.

Membangun kesadaran publik dan kampanye akan sangat membantu dalam meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai konsep TOD. Melalui kampanye yang efektif, pemerintah dan pihak terkait dapat menunjukkan bagaimana TOD dapat memperbaiki kualitas hidup mereka, mulai dari memudahkan aksesibilitas transportasi, mengurangi waktu tempuh, hingga menciptakan ruang perkotaan yang lebih hijau dan ramah lingkungan.

Kampanye ini juga perlu mencakup informasi mengenai perubahan pola hidup yang dibutuhkan. Selain itu, harus dipaparkan pula contoh konkret tentang keberhasilan TOD di kota-kota besar lain di dunia.

Peran Aktif Pemerintah

Keberhasilan dalam mengampanyekan TOD kepada publik dan meningkatkan kesadaran masyarakat hanyalah langkah awal dalam proses panjang menuju kota yang lebih berkelanjutan dan terintegrasi. Ketika masyarakat mulai memahami pentingnya mengurangi ketergantungan pada kendaraan pribadi dan mendukung pengembangan berbasis transportasi massal, tanggung jawab selanjutnya berpindah ke pemerintah dan para pemangku kepentingan.

Salah satu hambatan mendasar dalam implementasi TOD di Indonesia adalah lemahnya koordinasi antarlembaga pemerintah, baik vertikal antara pemerintah pusat dan daerah, maupun horizontal antara instansi sektoral, seperti dinas perhubungan, tata ruang, perumahan, dan BUMN. Tanpa koordinasi yang kuat, pengembangan kawasan TOD berpotensi terhambat oleh tumpang tindih kewenangan, perbedaan prioritas kebijakan, hingga ketidakjelasan peran antar-aktor.

Di samping tantangan koordinasi, aspek pendanaan menjadi faktor krusial lainnya dalam mewujudkan TOD. Pengembangan kawasan berbasis TOD tidak hanya mencakup pembangunan fisik transportasi massal, seperti MRT, LRT, atau BRT, tetapi juga mencakup revitalisasi kawasan, pembangunan trotoar, jalur sepeda, ruang terbuka publik, hunian vertikal terjangkau, serta fasilitas umum lainnya yang membuat kawasan tersebut benar-benar hidup dan inklusif.

Seluruh elemen ini membutuhkan investasi yang besar dan berjangka panjang. Sementara itu, ketergantungan pada anggaran pemerintah (APBN/APBD) tidak cukup untuk mendanai seluruh proyek, terutama di tengah keterbatasan fiskal dan banyaknya prioritas pembangunan lainnya. Untuk itu, pemerintah perlu mengembangkan model pendanaan inovatif dan berkelanjutan untuk mendukung TOD, seperti kemitraan pemerintah dan sektor swasta, serta menarik minat investor untuk mendukung pembangunan tersebut.

TOD sebagai Solusi Mengurai Kemacetan

Pembangunan berbasis TOD merupakan langkah strategis untuk menjawab persoalan pelik urbanisasi dan lonjakan jumlah kendaraan bermotor di Indonesia. Dengan mengintegrasikan perencanaan kota dan transportasi publik, TOD mampu mengarahkan pertumbuhan kota secara lebih efisien, manusiawi, dan berkelanjutan. Tidak hanya sekadar menekan laju pertumbuhan kendaraan pribadi, TOD juga menawarkan transformasi menyeluruh terhadap kualitas hidup masyarakat urban melalui ruang-ruang yang lebih terhubung, hijau, dan inklusif.

Kini saatnya, seluruh pemangku kepentingan, mulai dari pemerintah, sektor swasta, hingga warga kota, bersama-sama menanamkan visi kota masa depan yang terintegrasi, inklusif, dan berorientasi pada manusia. Hanya dengan itulah, kita dapat memastikan bahwa kota-kota di Indonesia tidak hanya tumbuh, tetapi benar-benar berkembang.

Sumber: CNN Indonesia, HMGP FG UGM

+
+