Default Title
logo spatial highlights
Manfaatkan Google Maps, Akun Relawan Ini Berhasil Petakan Heat Map Demo Jakarta 28–29 Agustus 2025

Manfaatkan Google Maps, Akun Relawan Ini Berhasil Petakan Heat Map Demo Jakarta 28–29 Agustus 2025

Pada 28 Agustus 2025, Jakarta kembali menjadi pusat perhatian ketika aksi demo besar digelar oleh Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI). Ribuan buruh dari Jabodetabek berkumpul di depan Gedung DPR RI, sementara di puluhan provinsi lain, aksi serentak turut terjadi. Menurut laporan Katadata, jumlah massa yang hadir di Jakarta mencapai sekitar 10 ribu orang sehingga menyebabkan kawasan sekitarnya padat dan rawan kemacetan. Dalam situasi penuh dinamika seperti ini, kecepatan dan ketepatan informasi menjadi kebutuhan yang mendesak bagi masyarakat luas.

Di tengah keramaian tersebut, muncul sebuah inisiatif unik dari akun relawan, Bareng Warga. Alih-alih hanya mengandalkan kabar dari media sosial yang sering kali simpang siur, mereka memanfaatkan Google Maps secara kreatif. Bukan sekadar peta navigasi, Google Maps dijadikan alat pemetaan risiko dalam bentuk heat map. Tujuannya sederhana, tetapi begitu krusial, yaitu untuk membantu warga menghindari titik berbahaya dan memilih jalur yang lebih aman.

Image 1

Secara mandiri, Bareng Warga menandai wilayah-wilayah yang menjadi konsentrasi massa, seperti Senayan Park, Palmerah, Pejompongan, Penjernihan, Bendungan Hilir (Benhil), dan Tanah Abang. Area-area ini diberi kode warna berbeda, merah untuk zona bahaya yang sebaiknya dihindari, dan kuning untuk area waspada.

Keunggulan lain dari praktik ini terletak pada aspek temporal accuracy. Bareng Warga secara konsisten memperbarui peta dari 28 Agustus 2025 pukul 18.00 hingga 29 Agustus pukul 09.22 dengan menyesuaikan perkembangan di lapangan. Mereka bahkan mengingatkan agar informasi dianggap kedaluwarsa jika sudah lebih dari 15 menit, sebuah langkah yang menunjukkan kesadaran akan pentingnya data real-time dalam konteks peristiwa dinamis seperti demonstrasi.

Memitigasi Ruang Publik Lewat Pemetaan Partisipatif

Pendekatan ini mencerminkan konsep geospasial citizen-driven, yaitu pemetaan partisipatif yang lahir dari inisiatif warga tanpa harus menunggu instruksi lembaga resmi. Meski terlihat sederhana, langkah ini memberikan dampak nyata bagi keselamatan banyak orang, terutama dalam menghadapi situasi darurat di ruang publik. Dengan memanfaatkan teknologi yang sudah akrab di tangan masyarakat, seperti Google Maps, warga bisa berkolaborasi secara spontan untuk menciptakan peta yang hidup, terus diperbarui, dan langsung bermanfaat. Inilah bukti bahwa kekuatan geospasial tidak hanya berada di tangan ahli, tetapi juga bisa digerakkan komunitas untuk membantu sesama secara cepat, tepat, dan nyata.

Keberadaan peta partisipatif ini juga menegaskan nilai pentingnya dari sisi sosial. Masyarakat merasa lebih tenang karena memiliki rujukan spasial yang jelas untuk merencanakan perjalanan atau menghindari risiko benturan dengan massa. Dengan kata lain, peta bukan sekadar representasi ruang, melainkan juga instrumen yang mampu menciptakan rasa aman bersama. Praktik ini memperlihatkan bahwa teknologi geospasial tidak lagi eksklusif untuk lembaga resmi atau perusahaan besar, tetapi bisa digunakan warga biasa untuk tujuan kemanusiaan yang lebih luas.

Aksi Bareng Warga membuktikan bahwa pemetaan partisipatif berbasis geospasial benar-benar efektif sebagai benteng informasi sekaligus instrumen mitigasi risiko di ruang publik. Inisiatif ini menjadi contoh konkret bagaimana teknologi, ketika dipadukan dengan solidaritas sosial, dapat memperkuat kesiapsiagaan sekaligus menjaga keselamatan komunitas perkotaan. Lebih dari itu, ia memberi inspirasi bahwa ruang publik bisa dikelola bersama, dengan warga sebagai aktor utama yang memanfaatkan teknologi untuk menghadapi tantangan ruang yang ada di sekitarnya

+
+