

Kabupaten Berau Manfaatkan Teknologi Geospasial untuk Pengelolaan Perikanan
Indonesia dikenal sebagai negara maritim dengan kekayaan sumber daya perikanan yang melimpah, tersebar dari pesisir hingga perairan darat, seperti sungai, rawa, dan danau. Namun, potensi besar ini kerap dihadapkan pada persoalan klasik, yaitu tumpang tindih wilayah tangkap, konflik antarnelayan, serta eksploitasi berlebihan. Situasi tersebut membuat tata kelola perikanan di banyak daerah masih rentan dan kurang berkelanjutan.
Di tengah tantangan nasional itu, Kabupaten Berau tampil dengan langkah inovatif. Melalui Dinas Perikanan (Diskan), mereka meluncurkan Strategi Pengelolaan Penangkapan Ikan di Perairan Umum (Si PATIN) yang mengusung konsep berbasis geospasial. Program ini bukan sekadar kebijakan administratif, melainkan juga strategi jangka panjang untuk menata aktivitas perikanan di wilayah perairan umum, seperti sungai, rawa, dan danau. Harapannya, tata kelola berbasis teknologi ini mampu menjaga kelestarian ekosistem sekaligus memberikan kepastian hukum dan kenyamanan bagi para nelayan.
Dilansir dari Nomor Satu Kaltim, Sekretaris Diskan Berau Yunda Zuliarsih menyebutkan bahwa kini Berau belum memiliki peta geospasial rinci terkait sebaran daerah tangkap. Kekosongan data inilah yang menjadi pemicu utama konflik antarnelayan.
“Selama ini, kita belum memiliki data berbasis geospasial yang menetapkan zonasi tangkap di perairan umum. Akibatnya, nelayan tidak punya pegangan jelas sehingga sering terjadi persinggungan di lapangan,” ungkap Yunda. Dari perspektif analisis geospasial, ketiadaan peta spasial membuat manajemen ruang tidak terkendali sehingga aktivitas nelayan sering tumpang tindih dan rawan menimbulkan konflik horizontal.
Baca juga: Pakar IPB Tekankan Tata Kelola Perikanan Berbasis Keadilan Spasial
Arah Baru Pengelolaan Perikanan Berbasis Geospasial
Melalui Si PATIN, pemerintah daerah berupaya menetapkan batas yang jelas mengenai area tangkap. Dengan adanya peta zonasi digital, nelayan dapat menentukan lokasi operasi secara aman tanpa khawatir melanggar hak kelompok lain. Yunda menegaskan bahwa aksi perubahan ini diharapkan menjadi solusi permanen.
Nantinya, nelayan akan memiliki kepastian wilayah tangkap yang aman, legal, dan tentunya memberi rasa tenang saat mencari ikan. Kehadiran data spasial menunjukkan bahwa ia bukan hanya dokumen teknis, melainkan juga instrumen penting untuk mengurangi konflik, mengefisienkan produksi, sekaligus menjaga keberlanjutan sumber daya.
Selain mereduksi potensi konflik, penataan zonasi berbasis geospasial juga membawa dampak ekonomi. Dengan wilayah tangkap yang terorganisasi, distribusi sumber daya akan lebih merata dan produktivitas perikanan berpotensi meningkat. Kesejahteraan nelayan pun terdorong karena mereka bekerja dalam sistem yang lebih tertib, aman, dan berkelanjutan. Dalam konteks analisis spasial, sistem ini menjadi instrumen perencanaan pembangunan ekonomi yang berpihak pada keseimbangan antara kebutuhan manusia dan daya dukung ekosistem.
Baca juga: Bagaimana Teknologi Geospasial Merevolusi Pengelolaan Perikanan
Si PATIN menjadi bukti bahwa tata kelola berbasis teknologi mampu menjawab tantangan klasik perikanan, mulai dari konflik antarnelayan hingga eksploitasi berlebihan. Dengan pendekatan ini, keberlanjutan ekosistem dapat lebih terjaga sekaligus memberikan kepastian hukum bagi nelayan agar dapat beroperasi dengan rasa aman.
Inovasi yang dijalankan Berau juga membuka peluang untuk dijadikan model nasional. Banyak daerah di Indonesia menghadapi persoalan serupa, ketiadaan data spasial yang akurat, tumpang tindih wilayah tangkap, hingga minimnya aturan zonasi.
Dengan menerapkan strategi serupa, pemerintah daerah lain dapat menetapkan zonasi perairan secara transparan dan berbasis data sehingga konflik dapat ditekan, produktivitas meningkat, dan kesejahteraan nelayan ikut terdorong. Lebih jauh, jika pendekatan ini diterapkan secara masif, ia dapat menjadi fondasi bagi tata kelola perikanan nasional yang lebih adil, efisien, dan berorientasi pada keberlanjutan sumber daya untuk generasi mendatang.
