Default Title
logo spatial highlights
ITS Dorong Interoperabilitas dan Kolaborasi Geospasial Lewat Gelaran GeoICON 2025

ITS Dorong Interoperabilitas dan Kolaborasi Geospasial Lewat Gelaran GeoICON 2025

Pada 23 Juli 2025, Departemen Teknik Geomatika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) resmi menyelenggarakan Geomatics International Conference (GeoICON) 2025. Dengan mengusung tema “Geospatial Technology for Mapping the Future: Enhancing Collaboration and Interoperability in Geospatial”, konferensi ini menekankan urgensi interoperabilitas dalam sistem geospasial. Interoperabilitas dimaknai sebagai kemampuan sistem, perangkat, atau aplikasi yang berbeda-beda untuk saling bertukar dan memanfaatkan informasi secara efisien, suatu aspek vital dalam dunia geospasial yang terus berkembang.

Muhammad Aldila Syariz selaku panitia menegaskan bahwa tujuan utama GeoICON 2025 adalah mendukung program pembangunan berkelanjutan pemerintah Indonesia. Hal ini menjadi krusial mengingat berbagai tantangan nasional, seperti bencana alam, konflik sosial, degradasi lingkungan, hingga perencanaan wilayah darat dan laut yang sering kali terfragmentasi.

Pentingnya Standardisasi dan Penyelarasan Sistem

Salah satu isu utama yang diangkat adalah dorongan terhadap penerapan standar interoperabilitas antarlembaga. Menurut Syariz, masih banyak lembaga yang belum sepenuhnya memahami manfaat penggunaan standar yang seragam. GeoICON hadir sebagai ruang edukasi dan advokasi untuk memperkuat kesadaran akan pentingnya interoperabilitas ini.

Dengan standar yang seragam, pertukaran data menjadi lebih efisien, upaya pemetaan tidak tumpang tindih, dan koordinasi antar-instansi bisa lebih mudah dilakukan. Efek dominonya tentu terasa pada proses perencanaan pembangunan, mitigasi bencana, dan tata ruang yang berbasis data yang lebih akurat dan terkini.

Image 1

Menurut Syariz, acara ini didesain sebagai pijakan strategis bagi para pemangku kebijakan, pelaku industri, dan komunitas geospasial. “Semangat kami adalah menaikkan kembali spirit kolaborasi dan interopabilitas dari banyak lembaga geospasial terkait,” paparnya. Dengan memfokuskan pembahasan pada interoperabilitas dan kolaborasi, konferensi ini menjadi platform untuk mengevaluasi sistem geospasial yang telah ada dan merumuskan langkah perbaikan bersama.

Evaluasi terhadap geoportal nasional juga menjadi bagian penting, termasuk menyadari bahwa meskipun belum sempurna, sistem yang ada bisa dikembangkan lebih lanjut. Melalui semangat bersama, keterbatasan justru dapat menjadi momentum perbaikan sistem geospasial nasional secara menyeluruh.

Salah satu kekuatan utama GeoICON 2025 adalah kehadiran narasumber dari berbagai negara. Ini bukan tanpa alasan. Kehadiran para pakar dari luar negeri bertujuan untuk mendorong diskusi lintas negara mengenai strategi kolaborasi dan interoperabilitas geospasial.

Tiap negara memiliki pendekatan dan tantangan berbeda. “Bisa jadi, implementasi di suatu negara tidak akan bisa berjalan dengan baik di negara lain. Namun, tentunya pasti ada yang bisa dipelajari satu sama lain,” terang Syariz.

Dengan saling berbagi pengalaman, baik keberhasilan maupun hambatan, peserta konferensi dapat memetik pelajaran penting dan menyesuaikannya dengan konteks masing-masing. Hal ini akan memperkaya perspektif sekaligus mempercepat proses inovasi dan adaptasi dalam pengembangan sistem geospasial nasional.

Mewujudkan Masa Depan Melalui Peta yang Terhubung

GeoICON 2025 telah menunjukkan bahwa interoperabilitas dan kolaborasi bukan hanya jargon teknis, melainkan fondasi penting dalam membangun masa depan berbasis data spasial. Baik dari sisi kebijakan, edukasi, maupun teknologi, seluruh aktor, mulai dari pemerintah, akademisi, hingga sektor swasta, perlu bergerak bersama.

Dengan menjadikan geospasial sebagai bagian integral dari perencanaan pembangunan, Indonesia bukan hanya memetakan ruangnya, tetapi juga masa depannya. GeoICON 2025 menjadi bukti bahwa masa depan geospasial Indonesia ada di tangan kolaborasi.

+
+