Default Title
logo spatial highlights
Indonesia Jadi Tuan Rumah PAQS Congress 2025, Pemerintah Dorong Penguatan Profesi Quantity Surveyor

Indonesia Jadi Tuan Rumah PAQS Congress 2025, Pemerintah Dorong Penguatan Profesi Quantity Surveyor

Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pekerjaan Umum (PU) menegaskan komitmennya untuk memperkuat profesi quantity surveyor (QS) di tanah air. Salah satu langkah penting dalam upaya ini adalah penyelenggaraan Pacific Association of Quantity Surveyors (PAQS) Congress 2025, sebuah forum internasional bergengsi yang mempertemukan para pakar QS dari berbagai negara.

Setelah sebelumnya digelar di Brunei Darussalam pada 2024, tahun ini Indonesia didapuk sebagai tuan rumah. Jakarta menjadi lokasi perhelatan tersebut pada 22–26 Agustus 2025. Fokus utama kongres adalah penguatan profesi QS sekaligus pemanfaatan teknologi konstruksi modern.

Direktur Jenderal Bina Konstruksi Kementerian PU, Boby Ali Azhari, menegaskan bahwa profesi quantity surveyor memiliki peran yang sangat strategis dalam dunia konstruksi. Menurutnya, tugas seorang QS bukan hanya menghitung volume pekerjaan, tetapi juga mencakup pengelolaan biaya, proses pengadaan, hingga pencegahan sengketa yang kerap muncul di lapangan.

Quantity surveyor itu sangat erat kaitannya dengan bisnis konstruksi. Di negara maju, perannya sudah sangat vital. Namun di Indonesia, profesi ini masih sering dianggap kurang penting. Padahal, standardisasi kompetensi quantity surveyor harus sama di semua level, agar tidak terjadi dispute dalam proyek konstruksi,” ujar Boby usai meresmikan PAQS Congress 2025 di Jakarta, Senin, 25 Agustus 2025.

Ia menambahkan bahwa PAQS Congress 2025 menjadi wadah penting untuk berbagi pengalaman, membahas tren terbaru dalam pengelolaan biaya konstruksi, serta menyelaraskan standar profesi di tingkat internasional. Kehadiran forum ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas tenaga kerja konstruksi Indonesia sehingga mampu bersaing dengan standar global.

Boby menekankan bahwa standardisasi QS masih menjadi tantangan besar. Perbedaan kompetensi antarprofesional bisa menimbulkan persoalan serius dalam pelaksanaan proyek sehingga harmonisasi regulasi serta peningkatan kualitas sumber daya manusia di sektor ini menjadi sangat mendesak.

Transformasi ke BIM

Selain itu, ia juga menyoroti transformasi digital yang mengubah cara kerja QS. Jika sebelumnya banyak proses dilakukan manual, kini teknologi menjadi tulang punggung, termasuk penerapan Building Information Modeling (BIM).

“Kita sudah masuk ke era BIM konstruksi. Dengan sistem ini, seluruh proses mulai dari perencanaan, pembinaan, pelaksanaan hingga perawatan bisa dilakukan dalam satu platform digital. Profesi quantity surveyor harus beradaptasi agar tidak tertinggal,” jelas Boby.

Lebih jauh, ia menegaskan bahwa Kementerian PU, khususnya Ditjen Bina Konstruksi, tidak hanya menjadi fasilitator penyelenggaraan acara, tetapi juga berkomitmen untuk mendorong implementasi hasil-hasil kongres ke dalam kebijakan nasional. “Kementerian PU akan memastikan hasil dari PAQS Congress 2025 bisa diintegrasikan ke dalam kebijakan nasional. Harapannya, profesi quantity surveyor di Indonesia makin diakui dan dapat bersaing di tingkat global,” imbuhnya.

+
+