

GIS Merevolusi Cara Kerja Pemeliharaan Sungai The Rivers Trust
Sistem informasi geografis (geographic information system—GIS) kini menjadi salah satu alat penting bagi The River Trust dalam upaya mereka menjaga kelestarian sungai di Inggris Raya. The River Trust merupakan sebuah organisasi lingkungan hidup yang berfokus pada perlindungan, pemulihan, dan pengelolaan berkelanjutan sungai serta daerah aliran sungai. Organisasi ini merupakan bagian dari gerakan amal berbasis komunitas yang bekerja sama dengan lebih dari 60 River Trusts lokal.
Dahulu, The Rivers Trust masih menggunakan alat-alat sederhana untuk membuat rencana pengelolaan sungai. Mereka masih menggunakan metode konvensional, seperti memotret lanskap dan mencetaknya lalu menempelkannya secara manual ke dalam dokumen. Seiring waktu, perkembangan teknologi seperti GIS mulai diadopsi. GIS memiliki kemampuan untuk mengumpulkan, mengelola, dan menganalisis data spasial yang sangat memudahkan pekerjaan The Rivers Trust.
GIS pertama kali digunakan di kawasan yang kini dikenal sebagai West Country Rivers Trust, dengan memanfaatkan foto udara untuk menelusuri kondisi lapangan secara lebih detail. Dari sinilah, lahir berbagai konsep awal dalam pemahaman manajemen sumber daya air dan analisis berbasis daerah aliran sungai. Konsep-konsep tersebut membantu mengidentifikasi permasalahan di sungai dan mencari solusinya.
Gagasan GIS Sudah dari Lama?
Sebagian pakar berpendapat bahwa gagasan GIS sebenarnya sudah ada jauh sebelum komputer diciptakan, meski istilahnya belum dikenal. Bukti-bukti sejarah menunjukkan bahwa peta kuno telah menggambarkan aliran air maupun sungai yang kering. Di Jepang, tinggi gelombang tsunami direkam dalam prasasti batu. Indikator spasial seperti itu mencerminkan kesadaran manusia sejak lama akan pentingnya air bagi kehidupan.
Salah satu contoh yang kerap disebut sebagai GIS paling awal adalah Peta Papirus Turin dari Mesir Kuno. Sementara, bentuk analisis spasial modern yang terkenal adalah peta sebaran kolera tahun 1854 karya John Snow, yang memperlihatkan hubungan antara lokasi pompa air dengan persebaran wabah penyakit.
Sepanjang sejarah, informasi mengenai air telah didokumentasikan dalam berbagai media, mulai dari kertas, batu, kain, hingga kini dalam bentuk data yang ada dalam cloud. Namun, perkembangan media tersebut pada dasarnya menggunakan prinsip yang sama, yaitu air adalah kehidupan dan setiap alat dapat dimanfaatkan untuk mengumpulkan data penting demi memahami kondisi sungai dan penanganannya secara lebih baik.

The Rivers Trust Bentuk Tim Khusus
Saat ini, The Rivers Trust memiliki tim teknis khusus yang bekerja di balik layar untuk mengolah data spasial. Mereka memanfaatkan beragam sumber, mulai dari citra satelit, drone, smartphone, hingga monitoring kualitas air. Tujuan utama mereka adalah demokratisasi data, yaitu membuka akses data bagi publik. Salah satu wujudnya adalah publikasi Sewage Map, peta interaktif yang menunjukkan titik-titik pembuangan limbah ke sungai.
Selain itu, para analis GIS The Rivers Trust juga mengembangkan platform citizen science, yang memungkinkan masyarakat ikut serta mengumpulkan data kesehatan sungai dalam format standar. Upaya ini tidak hanya memperkuat basis bukti ilmiah, tetapi juga membantu membangun gambaran yang lebih jelas mengenai kondisi sungai secara menyeluruh.
Meski demikian, mendapatkan potret akurat tentang kesehatan sungai bukan perkara mudah. Pemahaman yang utuh hanya bisa dicapai dengan memanfaatkan seluruh data yang ada, sembari mendorong metode pemantauan yang lebih baik di masa depan. Upaya ini dapat dilakukan melalui pengambilan sampel kualitas air secara lebih sering, pemanfaatan kecerdasan buatan, penghargaan terhadap pengetahuan lokal ataupun kearifan masyarakat adat, serta pemberdayaan komunitas dalam pengumpulan data mandiri.
Baca juga: Foto Udara Tunjukkan Penyusutan Debit Air Sungai Batanghari, Apa Implikasinya?
