

Foto Udara Tunjukkan Penyusutan Debit Air Sungai Batanghari, Apa Implikasinya?
Dari sudut pandang geospasial, kondisi Sungai Batanghari di Kota Jambi kini dapat ditelaah lebih jelas melalui citra foto udara. Gambar-gambar dari laman ANTARA mengungkap perubahan mencolok pada permukaan sungai yang menyusut drastis akibat musim kemarau berkepanjangan sejak April 2025.
Salah satu titik krusial yang terdampak adalah pintu air Tanggo Rajo di Kasang, Jambi Timur. Diketahui debit air di Tanggo Rajo turun hingga enam meter dari level normal pada Sabtu, 19 Juli 2025. Foto udara menunjukkan garis air yang bergeser signifikan, memperlihatkan area dasar sungai yang sebelumnya tertutup air kini mengering. Bukaan pintu air yang dulunya menjadi indikator batas aman kini tak lebih dari penanda visual bahwa muka air telah jauh melewati titik kritis.

Kondisi ini memberi gambaran menyeluruh tentang dampak penyusutan air terhadap ekosistem dan aktivitas manusia. Nelayan tradisional dan pemancing harian tampak harus mengayuh lebih jauh ke hilir, hingga ke wilayah Mendalo dan Muaro Kumpeh, demi mendapatkan tangkapan. Di pasar-pasar tradisional, gejala krisis juga mulai terasa, pasokan ikan menipis, hingga harga merangkak naik diam-diam.
Sementara itu, aktivitas ketek penyeberangan masih berlangsung. Namun, citra udara memperlihatkan penurunan frekuensi perahu di siang hari, seiring meningkatnya suhu yang membuat warga enggan bepergian.
Deteksi Berbasis Geospasial
Pendekatan geospasial, khususnya melalui pemanfaatan foto udara, memainkan peran penting dalam mendeteksi dan memantau penyusutan debit air sungai, seperti yang terjadi di Sungai Batanghari. Foto udara adalah citra yang diambil dari ketinggian tertentu menggunakan wahana, seperti pesawat ringan, drone, atau satelit, yang kemudian dianalisis untuk mengamati perubahan-perubahan spasial secara visual dan kuantitatif.
Melalui foto udara yang diambil secara berkala, perbandingan antara citra masa kini dan citra sebelumnya dapat menunjukkan penurunan luas genangan air. Penyusutan debit air tampak jelas dengan berbagai wujud. Misalnya, area yang sebelumnya tergenang kini tampak lebih cerah atau berubah warna dalam foto udara, menandakan permukaan yang mengering atau berlumpur.
Dengan teknik pengolahan citra dan sistem informasi geografis (SIG), foto udara dapat diinterpretasikan untuk menghasilkan data kuantitatif. Pendekatan ini memungkinkan pengukuran penurunan muka air sungai hingga satuan meter, seperti yang terpantau di pintu air Tanggo Rajo dengan penurunan sekitar enam meter.
Foto udara juga memungkinkan pemantauan spasial terhadap aktivitas manusia dan dampaknya. Contohnya adalah foto udara mampu mendeteksi penurunan jumlah ketek, pemanjangan jalur nelayan, hingga perubahan pola tambatan perahu.
Sumber: ANTARA, ANTARA FOTO, JambiSATU.id
