Default Title
logo spatial highlights
Geopolitik Memanas Sebabkan Harga Emas Meroket, Ini Strategi Menghadapinya

Geopolitik Memanas Sebabkan Harga Emas Meroket, Ini Strategi Menghadapinya

Harga emas kembali menunjukkan tren kenaikan, termasuk di Indonesia. PT Aneka Tambang Tbk (Antam) mencatat harga emas batangan telah menembus Rp2,234 juta per gram, sementara harga buyback juga ikut terkerek ke level Rp2,081 juta per gram pada 30 September 2025. Octopus.co.id menyebut lonjakan ini bukan semata-mata faktor teknis perdagangan, melainkan buah dari kegelisahan global yang kian dipicu oleh ketidakpastian geopolitik.

Setiap kali dunia dilanda ketegangan politik atau konflik bersenjata, pasar keuangan global selalu terguncang. Saham anjlok, nilai tukar mata uang melemah, dan arus perdagangan tidak menentu. Dalam suasana seperti ini, emas selalu kembali menjadi primadona. Menurut BeritaSatu.com, logam mulia tersebut dianggap sebagai safe haven, tempat pelarian yang aman bagi investor ketika ketidakpastian menghantui pasar.

Dampak geopolitik terhadap harga emas terlihat jelas dalam sejarah. Saat konflik pecah, para investor biasanya menarik dana dari instrumen berisiko seperti saham atau obligasi, lalu mengalihkannya ke emas. Permintaan yang meningkat secara drastis inilah yang membuat harga emas meroket. Tidak hanya itu, ketegangan antarnegara sering kali melemahkan mata uang negara yang terlibat, terutama jika disertai sanksi ekonomi atau embargo. Ketika mata uang kehilangan nilainya, emas justru makin dicari sebagai penyimpan nilai yang lebih stabil.

Perang juga identik dengan inflasi. Biaya militer yang besar membuat negara-negara yang terlibat konflik cenderung menambah utang atau mencetak uang baru. Situasi ini meningkatkan risiko kenaikan harga barang dan jasa, dan sekali lagi emas hadir sebagai benteng perlindungan daya beli. Bahkan, banyak bank sentral dunia memilih memperbesar cadangan emasnya setiap kali kondisi politik global memanas. Langkah ini menambah dorongan bagi kenaikan harga emas di pasar internasional.

Di sisi lain, konflik juga bisa langsung mengganggu rantai pasok logam mulia. Jika perang terjadi di wilayah tambang atau jalur logistik penting, produksi dan distribusi emas bisa terhambat. Ketika pasokan terbatas sementara permintaan meningkat, harga emas terdorong naik lebih tinggi.

Contoh nyata bisa dilihat pada invasi Rusia ke Ukraina pada 2022. Harga emas dunia melonjak tajam karena investor panik menghadapi ketidakpastian, sementara rubel Rusia melemah drastis. Begitu pula dengan konflik di Timur Tengah, seperti Israel–Hamas pada 2023 hingga ketegangan Iran–Israel pada 2025. Setiap kali eskalasi meningkat, harga emas dunia langsung terangkat karena kawasan tersebut memegang peran penting dalam stabilitas energi global.

Bagi masyarakat Indonesia, dampaknya terasa langsung pada harga emas Antam. Kenaikan harga emas tentu menjadi dilema. Di satu sisi, membeli emas terasa lebih berat. Namun di sisi lain, emas tetap dipandang sebagai tabungan aman di tengah kondisi global yang tak menentu.

Oleh karena itu, banyak pakar menyarankan strategi membeli emas secara bertahap, atau yang dikenal dengan dollar cost averaging. Dengan cara ini, masyarakat bisa tetap mengakumulasi emas tanpa terlalu terpengaruh oleh fluktuasi harga harian.

+
+