Default Title
logo spatial highlights
Gandeng Bina Marga, BIG Pastikan Pembangunan Infrastruktur Bakal Berbasis Data Geospasial

Gandeng Bina Marga, BIG Pastikan Pembangunan Infrastruktur Bakal Berbasis Data Geospasial

Pembangunan infrastruktur di Indonesia makin gencar dalam beberapa tahun terakhir, mulai dari jalan tol, pelabuhan, jembatan, hingga kawasan industri. Namun, di balik percepatan itu, ada satu hal penting yang sering luput dari perhatian: ketepatan data geospasial. Tanpa informasi lokasi dan kondisi tanah yang akurat, proyek bisa meleset dari target sehingga menyebabkan pembengkakan biaya hingga potensi bahaya bagi masyarakat.

Isu ini menjadi pembahasan utama dalam pertemuan teknis antara Badan Informasi Geospasial (BIG) dan Direktorat Jenderal Bina Marga yang berlangsung di Jakarta pada 13 Juni 2025. Kedua lembaga sepakat bahwa pembangunan yang kuat harus dimulai dari data yang tepat.

Firman Permana Wandani selaku Ditjen Bina Marga mengatakan bahwa infrastruktur yang kokoh bukan hanya soal bahan bangunan, melainkan juga soal informasi yang tepat waktu dan akurat. Dengan data geospasial yang lengkap, mulai dari lokasi, pergerakan tanah, hingga kondisi laut, pembangunan bisa lebih efisien, aman, dan tahan lama.

Pada forum tersebut, BIG secara resmi memperkenalkan Sistem Referensi Geospasial Indonesia (SRGI) sebagai acuan posisi nasional. Sistem ini memastikan semua pekerjaan pembangunan, dari survei awal hingga perawatan jalan dan jembatan, menggunakan data lokasi yang sama dan akurat. Tanpa acuan ini, koordinat antara instansi berbeda bisa tidak cocok, yang mana sangat berisiko dalam proyek besar.

SRGI didukung oleh jaringan stasiun pemantau permanen (InaCORS) yang tersebar di berbagai wilayah. Namun, hingga kini, jaringan ini masih lebih banyak terpusat di Pulau Jawa dan perlu diperluas ke wilayah lain, seperti Kalimantan, Sumatra, dan Papua.

Masalah besar lain yang dihadapi pembangunan adalah penurunan permukaan tanah (subsidence) dan tanah longsor. Selama ini, hal tersebut hanya diketahui setelah kejadian terjadi. Dengan teknologi radar satelit, seperti InSAR (interferometric synthetic aperture radar), pergerakan tanah bisa dipantau dari luar angkasa secara rutin dan luas, bahkan hingga per milimeter per tahun.

Satelit Sentinel‑1, yang datanya bisa diakses secara gratis, menjadi alat penting dalam memantau tanah yang mulai amblas atau bergeser. Data ini kemudian bisa digabungkan dengan hasil pengamatan titik-titik tertentu dari sistem GNSS untuk meningkatkan akurasi. Dengan pendekatan ini, perencanaan pembangunan bisa dilakukan secara lebih cerdas dan antisipatif.

Selain kondisi tanah, pembangunan infrastruktur di pesisir juga sangat tergantung pada data pasang surut laut. Pelabuhan, jembatan laut, dan tol pesisir butuh informasi ini agar tidak keliru dalam desain ketinggian atau fondasi. BIG saat ini memiliki lebih dari 150 titik pemantauan pasang surut yang membantu membentuk model pasut nasional.

Nantinya, seluruh seluruh data dan layanan terkait SRGI dapat diakses melalui laman resmi https://srgi.big.go.id. Kolaborasi antara BIG dan instansi teknis seperti Bina Marga adalah langkah awal untuk memastikan bahwa informasi ini benar-benar digunakan dalam setiap proyek pembangunan nasional.

Sumber: Badan Informasi Geospasial

+
+