

Data Geospasial Buktikan Serangan Israel Perburuk Krisis Kemanusiaan dan Kelaparan di Palestina
Konflik berkepanjangan antara Israel dan Palestina telah menciptakan krisis kemanusiaan yang semakin mendalam, dengan dampak yang meluas ke berbagai aspek kehidupan masyarakat Gaza. Serangan militer yang intensif tidak hanya menyebabkan korban jiwa dan kerusakan infrastruktur vital seperti rumah sakit, sekolah, dan tempat ibadah, tetapi juga menghancurkan sektor pertanian, peternakan, dan perikanan yang menjadi tulang punggung ketahanan pangan di wilayah tersebut.
Kerusakan Lahan Pertanian dan Krisis Pangan
Data terbaru dari Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) menunjukkan bahwa hingga 1 September 2024, sekitar 67,6% lahan pertanian di Gaza setara dengan 10.183 hektar, telah mengalami kerusakan akibat konflik. Kerusakan ini mencakup 71,2% kebun dan pohon-pohon, 67,1% tanaman lapangan, dan 58,5% sayuran. Kerusakan ini tidak hanya mengurangi produksi pangan lokal secara signifikan, tetapi juga memperburuk krisis kelaparan yang sudah parah di wilayah tersebut.
Sektor peternakan dan perikanan di Gaza juga mengalami dampak yang signifikan. Menurut laporan FAO dan UNOSAT (United Nations Satellite Centre), hingga akhir Desember 2024, sebanyak 206 kandang ternak, 172 peternakan ayam pedaging, dan 149 peternakan domba mengalami kerusakan. Selain itu, infrastruktur penting seperti sumur pertanian dan rumah kaca juga hancur, dengan 5.660 rumah kaca terdampak, di mana 4.578 di antaranya hancur total. Kerusakan ini menghambat produksi pangan dan memperparah ketergantungan masyarakat pada bantuan kemanusiaan.
Hancurnya Infrastruktur Pangan dan Lonjakan Kelaparan
Kerusakan pada infrastruktur penyedia pangan tersebut, membuat krisis di Gaza telah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan. Menurut analisis Integrated Food Security Classification (IPC), sekitar 96% populasi di Gaza menghadapi tingkat kerawanan pangan yang tinggi, dengan lebih dari 495.000 orang berada dalam kondisi kelaparan yang sangat parah. Situasi ini diperburuk oleh blokade yang diberlakukan oleh Israel, yang telah menghentikan masuknya makanan, air, bahan bakar, dan obat-obatan selama lebih dari enam minggu, menyebabkan ribuan anak-anak mengalami
Mengungkap Kebenaran dari Langit
Data-data tersebut membuktikan bahwa teknologi geospasial kini menjelma menjadi salah satu alat paling krusial dalam menganalisis dampak konflik bersenjata secara objektif dan terukur. Dalam konteks krisis kemanusiaan di Gaza, teknologi ini telah memberikan kontribusi signifikan dalam memetakan skala kerusakan yang terjadi, khususnya di sektor pertanian, peternakan, dan infrastruktur vital.
Melalui citra satelit resolusi tinggi yang diperoleh dari lembaga seperti UNOSAT dan didukung oleh FAO, para analis dapat mengamati perubahan lahan sebelum dan sesudah serangan. Dari data visual ini, terlihat dengan jelas bagaimana kawasan hijau yang dulunya aktif secara agrikultur berubah menjadi lahan mati akibat pemboman dan serangan darat. Contoh nyata lainnya, data dari FAO yang diolah menggunakan teknologi geospasial mencatat bahwa lebih dari 10.000 hektar lahan pertanian rusak.
Salah satu kekuatan besar dari teknologi geospasial adalah kemampuannya menghadirkan bukti yang tak terbantahkan. Bukti visual berbasis spasial ini dapat diakses oleh masyarakat internasional, jurnalis, LSM, dan lembaga internasional, menjadi alat ampuh untuk mendorong transparansi dan akuntabilitas terhadap tindakan-tindakan pelanggaran hak asasi manusia.
Dengan teknologi ini, dunia kini bisa melihat dengan data dan visual yang konkret bagaimana agresi militer bukan hanya menimbulkan korban jiwa, tetapi juga menghancurkan hak dasar untuk hidup layak seperti akses terhadap pangan dan air bersih. Dalam konteks ini, teknologi geospasial tidak hanya menjadi alat ilmiah, tapi juga alat advokasi kemanusiaan.
Manfaat lain dari penggunaan teknologi geospasial adalah dalam perencanaan distribusi bantuan secara spasial. Dengan mengetahui wilayah mana yang paling terdampak, bantuan makanan, air, dan alat pertanian dapat diarahkan secara lebih efisien. Ini meminimalkan pemborosan sumber daya dan mempercepat pemulihan di sektor-sektor kritis.
Misalnya, wilayah yang mengalami kerusakan paling parah terhadap lahan pertanian bisa diprioritaskan untuk menerima bantuan bibit tahan krisis atau sistem irigasi darurat. Sementara wilayah pesisir yang kehilangan akses nelayannya bisa dipasok makanan laut atau sumber protein alternatif sebagai solusi jangka pendek.
Teknologi Geospasial Sebagai alat Advokasi Kemanusiaan
Konflik antara Israel dan Palestina telah menyebabkan kerusakan yang luas pada sektor pertanian, peternakan, dan perikanan di Gaza, memperparah krisis kemanusiaan dan kelaparan di wilayah tersebut. Data geospasial telah membantu mengungkap dampak ini secara detail, memungkinkan respons yang lebih efektif dalam penanganan krisis.
Selain itu teknologi ini mampu memperlihatkan data-data aktual terkait dampak serangan yang terjadi, yang membuat mata dunia, bahwa agresi militer Israel di Gaza bukan hanya menimbulkan korban jiwa, tetapi juga menghancurkan hak dasar untuk hidup layak seperti akses terhadap pangan dan air bersih
Sumber: Food adn Agriculture Organization of the United Nations, UNITAR, IPC