Default Title
logo spatial highlights
BIG Luncurkan Atlas Taktual sebagai Jawaban Mobilitas Penyandang Disabilitas di Ruang Publik

BIG Luncurkan Atlas Taktual sebagai Jawaban Mobilitas Penyandang Disabilitas di Ruang Publik

Di tengah perkembangan teknologi geospasial yang kian pesat, kebutuhan akan akses informasi yang inklusif menjadi makin mendesak. Ruang publik idealnya dapat diakses oleh semua kalangan, termasuk penyandang disabilitas netra yang sering menghadapi keterbatasan dalam memahami arah dan posisi di lingkungannya. Untuk menjawab tantangan tersebut, Badan Informasi Geospasial (BIG) meluncurkan atlas taktual sebagai inovasi yang mampu menghadirkan peta dalam bentuk yang dapat diraba sehingga membuka jalan bagi kemandirian penyandang disabilitas sekaligus mobilitas yang lebih adil di ruang publik.

BIG melalui Direktorat Atlas dan Penggunaan Informasi Geospasial menyelenggarakan Uji Pemaknaan dan Pembinaan Atlas Taktual Indonesia Wilayah Jawa Tengah pada 17–18 September 2025 di Panti Pelayanan Sosial Disabilitas Sensorik Netra (PPSDSN) Penganthi, Temanggung. Sebanyak 30 peserta terlibat, yang terdiri atas penerima manfaat PPSDSN serta guru dan siswa dari SLB Negeri Djojonegoro. Kegiatan ini menjadi simbol penting bahwa informasi geospasial tidak boleh eksklusif, melainkan harus dapat dinikmati oleh semua lapisan masyarakat.

Atlas taktual hadir sebagai media edukatif yang dapat diraba untuk membantu penyandang disabilitas netra memahami posisi, arah, dan informasi spasial lainnya. Kepala PPSDSN Penganthi, Adoniati Meyria Widaningtyas Haripangesti, menekankan bahwa media semacam ini sangat krusial bagi kemandirian penyandang netra. Dari perspektif geospasial, atlas taktual bukan hanya sarana pembelajaran, tetapi juga instrumen untuk menavigasi ruang secara mandiri.

Kepala Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah, Imam Maskur, menilai uji keterbacaan atlas taktual merupakan langkah yang mengajak penyandang disabilitas terlibat langsung dalam pengembangan peta. Dengan keterlibatan pengguna, atlas taktual menjadi produk geospasial yang berbasis pengalaman nyata, mengubah paradigma pemetaan dari sekadar visual menjadi inklusif. Hal ini memperkuat posisi penyandang disabilitas sebagai bagian penting dari proses penciptaan informasi spasial.

Bagi Adi Setia Purwanta, perwakilan Dria Manunggal Yogyakarta sekaligus penyandang disabilitas netra, atlas taktual memiliki dampak nyata dalam meningkatkan orientasi wilayah. Ia menegaskan bahwa makin tinggi orientasi mobilitas seseorang, makin besar pula peluang kesejahteraannya. Analisis geospasial menunjukkan bahwa akses informasi ruang yang lebih luas dapat berbanding lurus dengan peningkatan kualitas hidup, termasuk bagi komunitas penyandang disabilitas.

Atlas taktual juga memberi dampak signifikan di bidang pendidikan. Kepala Seksi SMA dan SLB Cabang Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Wilayah VIII Jawa Tengah, Aris Goetomo Danoewarsito, menyebut kegiatan ini berkesan sekaligus langka karena membuka pengalaman baru bagi guru dan siswa SLB. Atlas taktual di sini tidak hanya berfungsi sebagai alat bantu, tetapi juga simbol transformasi sosial yang memandang penyandang disabilitas sebagai potensi, bukan keterbatasan.

Komitmen ini meneguhkan peran BIG dalam menghadirkan informasi geospasial inklusif yang mendukung kemandirian, partisipasi sosial, serta mobilitas penyandang disabilitas di ruang publik. Dengan demikian, atlas taktual bukan sekadar produk, melainkan instrumen strategis untuk membangun ekosistem spasial yang setara dan berkeadilan.

+
+