

Bantul Tambah 11 EWS Baru untuk Mitigasi Banjir, Begini Cara Kerjanya
Risiko banjir masih menjadi ancaman serius di Kabupaten Bantul, terutama bagi permukiman yang berada di sepanjang aliran sungai. Untuk mengantisipasi hal itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bantul menargetkan pemasangan 12 unit early warning system (EWS) atau sistem peringatan dini banjir di beberapa titik strategis, sebagaimana dilaporkan Harian Jogja.
Saat ini, Bantul baru memiliki satu unit EWS yang dipasang di Sungai Celeng sejak 2023. Lokasi tersebut dipilih sebagai proyek percontohan karena berdasarkan pengalaman banjir besar pada 2017, kawasan sekitar Sungai Celeng termasuk yang paling sering terdampak. Namun, dengan hanya satu perangkat, jangkauan pengawasan masih jauh dari cukup.
Oleh karena itu, BPBD berencana menambah 11 unit baru. Rencana distribusi EWS meliputi dua unit di Sungai Winongo, dua unit di Sungai Bedhog, dua unit di Sungai Gajah Wong, dua unit di Sungai Opak, satu unit tambahan di Sungai Celeng, serta dua unit di Sungai Code. Dari daftar tersebut, lima titik utama yang diprioritaskan berada di Sungai Bedhog, Sungai Celeng, Sungai Winongo, dan dua unit di Sungai Opak. Sungai-sungai itu dipilih karena riwayat banjir yang lebih sering terjadi.
Meski rencana sudah disusun sejak 2024, realisasinya baru bisa dilakukan pada 2026. Hal ini berkaitan dengan mekanisme pengajuan Dana Keistimewaan (Danais), yang memang harus diajukan dua tahun lebih awal sebelum dapat direalisasikan.
Cara Kerja Sistem
Early warning system bekerja dengan memanfaatkan sensor hujan dan sensor ketinggian air yang dipasang di hulu maupun badan sungai. Data yang dikumpulkan secara real-time dikirim ke pusat pemantauan. Jika debit air melampaui ambang batas, sistem akan otomatis mengaktifkan sirine peringatan atau mengirimkan notifikasi kepada petugas. Dengan cara ini, warga mendapat waktu tambahan untuk menyelamatkan diri maupun barang berharga sebelum banjir tiba.
Keberadaan EWS juga memberikan manfaat jangka panjang. Data yang terekam dari sensor dapat digunakan untuk menyusun peta risiko banjir, mengidentifikasi pola curah hujan, serta membantu perencanaan pembangunan yang lebih adaptif terhadap bencana.
Harapan ke Depan
Penambahan EWS merupakan salah satu upaya untuk membangun budaya kesiapsiagaan. Dengan sistem peringatan yang lebih luas, diharapkan masyarakat tidak hanya lebih waspada, tetapi juga terbiasa merespons cepat setiap kali ada potensi ancaman banjir.
Lebih jauh, sistem ini juga dapat diintegrasikan dengan teknologi spasial, seperti peta digital berbasis GIS, sehingga pemerintah daerah memiliki gambaran visual yang lebih akurat tentang wilayah rawan banjir. Integrasi inilah yang nantinya bisa memperkuat perencanaan tata ruang sekaligus memperkecil dampak bencana di masa depan.
