Default Title
logo spatial highlights
Teknologi 3D Geospasial Bantu Industri Melihat Apa yang Tersembunyi di Laut

Teknologi 3D Geospasial Bantu Industri Melihat Apa yang Tersembunyi di Laut

Pernahkah Anda membayangkan apa yang sebenarnya ada di bawah permukaan laut? Bagi sebagian orang, laut hanya terlihat sebagai hamparan air biru yang luas. Namun, bagi dunia industri, seperti penambangan minyak dan gas, pembangunan ladang angin lepas pantai, hingga pemasangan kabel internet antarbenua, jawaban atas pertanyaan itu sangat penting.

Masalahnya, laut menyimpan banyak misteri. Di balik permukaan yang tenang, bisa saja ada lapisan lumpur yang rapuh, batu besar yang menghalangi, atau bahkan sisa-sisa amunisi perang. Semua itu dapat menjadi penghalang serius bagi proyek-proyek bernilai miliaran rupiah. Kesalahan dalam membaca kondisi dasar laut bisa berakibat fatal. Proyek bisa tertunda, biaya membengkak, bahkan membahayakan keselamatan pekerja.

Teknologi yang Membuka Pandangan Baru

Di sinilah peran Seequent, perusahaan teknologi yang bergerak di bidang pemodelan bawah permukaan laut. Seequent mengembangkan perangkat lunak yang mampu mengubah data survei dasar laut menjadi model tiga dimensi yang lebih mudah dipahami. Teknologi ini disebut oleh Offshore Enginer sebagai “subsea intelligence” atau kecerdasan bawah laut.

Prosesnya sederhana untuk dijelaskan, meski kompleks di lapangan. Pertama, tim survei mengumpulkan data dengan berbagai alat, seperti sonar untuk memetakan kedalaman laut, sensor magnetik untuk mendeteksi benda logam, hingga robot bawah laut untuk mengambil gambar dan sampel sedimen. Data mentah ini kemudian diolah menggunakan perangkat lunak Seequent, seperti Leapfrog dan Oasis montaj, lalu digabungkan di dalam platform kolaborasi bernama Evo. Hasil akhirnya adalah gambaran tiga dimensi yang menunjukkan kondisi dasar laut secara jelas, lengkap dengan risiko, lapisan tanah, dan potensi hambatan.

Teknologi ini sudah mulai digunakan di banyak sektor. Dalam pembangunan ladang angin lepas pantai, misalnya, model dasar laut membantu insinyur memilih jenis fondasi turbin yang tepat, sekaligus mendeteksi area berbahaya yang harus dihindari. Untuk pemasangan kabel bawah laut, pemodelan membantu menentukan rute terbaik sehingga kabel lebih aman dari kerusakan.

Selain itu, teknologi ini juga bermanfaat dalam proyek pengerukan, di mana pemahaman tentang kondisi sedimen dapat menghindarkan kontraktor dari kejutan yang bisa menambah biaya. Bahkan, dalam proyek penyimpanan karbon (CCUS), model bawah laut digunakan untuk mencari formasi geologi yang cocok sebagai tempat menyimpan CO₂ dalam jangka panjang.

Keunggulan dan Kekurangan

Keunggulan utama dari pendekatan ini adalah mengurangi ketidakpastian. Dengan model 3D, tim proyek bisa memprediksi lebih awal apa saja yang berpotensi menjadi masalah. Setiap informasi visual disertai dengan tingkat keyakinan tertentu sehingga keputusan yang diambil lebih terukur.

Namun, teknologi ini bukan berarti tanpa batasan. Model hanya sebaik data yang digunakan. Jika survei tidak lengkap atau data kurang berkualitas, hasilnya tetap menyisakan celah. Oleh karena itu, verifikasi di lapangan, seperti pengeboran atau inspeksi dengan robot bawah laut, tetap diperlukan.

Meskipun ada tantangan, arah perkembangan industri sudah jelas. Mengandalkan peta kedalaman atau catatan manual saja tidak lagi cukup. Dengan teknologi seperti yang ditawarkan Seequent, industri kini bisa melihat laut dengan cara baru: lebih transparan, lebih akurat, dan jauh lebih aman. Dari turbin angin yang berdiri kokoh di laut, kabel internet yang menghubungkan benua, hingga upaya mengurangi emisi karbon, semua itu kini bisa berjalan lebih lancar berkat pemahaman yang lebih baik tentang apa yang sebenarnya tersembunyi di bawah permukaan laut.

+
+