

RiME-X: Sistem Pemantauan Cuaca Terbaru dari BRIN untuk Ketahanan Iklim Indonesia
Indonesia, sebagai negara kepulauan tropis, menghadapi tantangan cuaca ekstrem yang semakin sering terjadi akibat perubahan iklim global. Wilayah barat Indonesia, termasuk Kalimantan Barat dan pesisir Sumatera, sering mengalami hujan lebat, angin kencang, dan badai lokal yang dapat mengancam sektor-sektor strategis nasional, seperti pertanian, perikanan, dan infrastruktur. Fenomena atmosfer tropis yang kompleks, seperti Borneo Vortex, sering kali luput dari sistem prediksi konvensional sehingga diperlukan pendekatan baru yang lebih adaptif dan berbasis data lokal.
Untuk memperkuat sistem prediksi cuaca ekstrem di wilayah barat Kepulauan Maritim Indonesia, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengembangkan sistem RiME-X (Risk Maps Extreme Weather). Sistem ini menggabungkan teknologi observasi atmosfer, pemodelan numerik resolusi tinggi, serta kecerdasan buatan (AI) untuk menghasilkan peta risiko kejadian ekstrem, seperti hujan lebat, angin kencang, dan badai lokal. Peta ini dirancang untuk menjadi alat bantu utama dalam sistem peringatan dini dan pengambilan keputusan kebijakan publik, khususnya di bidang penanggulangan bencana dan perencanaan pembangunan.
Cara kerja RiME-X sendiri mengintegrasikan berbagai jenis data, termasuk data observasi dari radar cuaca (X-Band), satelit (Himawari, GSMaP), dan stasiun cuaca permukaan. Data ini digunakan untuk menghasilkan peta bahaya (hazard maps) dan risiko cuaca ekstrem. Pendekatan ini memungkinkan identifikasi dini terhadap potensi cuaca ekstrem dan memberikan informasi yang lebih akurat untuk mitigasi risiko.
Ketua Kelompok Riset Interaksi Laut-Atmosfer dan Variabilitas Iklim, Pusat Riset Iklim dan Atmosfer (PRIMA) BRIN, Erma Yulihastin, mengungkapkan bahwa fokus utama riset ini adalah memahami dinamika atmosfer di sekitar Laut Cina Selatan. Interaksi antara laut dan atmosfer di wilayah ini menghasilkan fenomena Borneo Vortex, sebuah sistem siklonik berskala regional yang kerap menjadi pemicu hujan ekstrem di wilayah Kalimantan dan sekitarnya.
Salah satu lokasi penting dalam proyek RiME-X adalah Pontianak, Kalimantan Barat, yang menjadi titik pemasangan wind profiling radar untuk mendeteksi lapisan angin vertikal secara real-time. Data yang didapatkan digunakan untuk mengamati awal pembentukan awan konvektif dan pergerakan sistem badai tropis yang menjadi sumber hujan ekstrem. Implementasi ini menunjukkan bagaimana teknologi dapat digunakan secara langsung untuk memantau dan memprediksi cuaca ekstrem di wilayah tertentu.
Dalam pengembangnya, riset RiME-X melibatkan kolaborasi lintas lembaga dan internasional. Mitra dalam negeri, seperti BMKG, Universitas Tanjungpura, Universitas Sebelas Maret, dan ITB turut andil dalam pengumpulan data dan validasi model. Sementara itu, kerja sama internasional dengan institusi dari Malaysia dan Tiongkok mendukung peningkatan kapasitas ilmiah dan pertukaran teknologi.
Dengan hadirnya RiME-X, BRIN berkomitmen menjadi pusat unggulan riset cuaca dan iklim tropis di Asia Tenggara. Dengan dukungan fasilitas modern dan jaringan kolaboratif, hasil-hasil riset seperti RiME-X diharapkan mampu mendukung perencanaan nasional yang lebih adaptif terhadap risiko iklim dan memperkuat ketahanan masyarakat Indonesia di masa depan.
RiME-X merupakan langkah maju dalam upaya Indonesia menghadapi tantangan cuaca ekstrem yang semakin meningkat. Dengan menggabungkan teknologi canggih dan kolaborasi lintas sektor, sistem ini diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan dalam mitigasi risiko bencana dan perencanaan pembangunan yang lebih adaptif terhadap perubahan iklim. Keberhasilan RiME-X dapat menjadi model bagi negara-negara lain dalam menghadapi tantangan serupa di era perubahan iklim global.