Default Title
logo spatial highlights
Pemugaran Situs Gunung Padang Hasilkan 3 Temuan Baru dengan Bantuan LiDAR

Pemugaran Situs Gunung Padang Hasilkan 3 Temuan Baru dengan Bantuan LiDAR

Situs Megalitikum Gunung Padang yang terletak di Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, kembali menjadi perhatian para peneliti arkeologi. Situs yang dikenal dengan susunan teras-teras batu ini selama puluhan tahun dianggap sebagai salah satu peninggalan budaya megalitik terbesar di Asia Tenggara. Namun, di balik keindahan susunan batunya, banyak misteri yang belum terpecahkan. Sejumlah penelitian bahkan menyebut bahwa usia Gunung Padang bisa lebih tua dari Piramida Giza di Mesir sehingga membuka ruang perdebatan panjang tentang asal-usul peradaban Nusantara.

Dalam upaya mengungkap tabir sejarah tersebut, tim peneliti dan pemugaran mengandalkan pendekatan interdisipliner yang memadukan arkeologi tradisional dengan teknologi modern. Salah satu teknologi kunci yang digunakan adalah LiDAR (light detection and ranging), sebuah metode pemetaan geospasial yang mampu menembus vegetasi dan merekam detail permukaan bumi secara akurat. Melalui pemanfaatan LiDAR, penelitian terbaru berhasil mengungkap tiga temuan penting yang menguatkan hipotesis bahwa Gunung Padang bukan sekadar tumpukan batu di lima teras utama, melainkan bagian dari struktur bangunan besar dan kompleks yang mungkin menyimpan rahasia peradaban kuno.

  1. Sumber Batuan Gunung Padang

Salah satu temuan penting adalah identifikasi kemungkinan sumber batuan penyusun situs. Selama ini, hipotesis menyebutkan bahwa bebatuan berbentuk batang panjang dengan penampang persegi lima berasal dari kawasan selatan, tepatnya Ciukir, yang berjarak sekitar dua kilometer dari situs. Namun, hasil pengamatan terbaru menunjukkan adanya gunung batu di sebelah utara situs bernama Pasir Pogor, berjarak lima kilometer dari Gunung Padang, yang bentuk batuannya identik dengan batuan situs.

Dikutip dari detik.com, Ketua Tim Peneliti sekaligus arkeolog Ali Akbar menyatakan bahwa aktivitas vulkanik jutaan tahun lalu di kawasan ini menghasilkan batuan padat yang kini digunakan dalam konstruksi situs. Temuan ini penting karena mempersempit dugaan mengenai asal material, serta menggeser peran Ciukir yang kini lebih diyakini sebagai lokasi pengukiran, bukan sumber utama batuan. Sampel dari Pasir Pogor telah diambil dan tengah diuji di laboratorium untuk dibandingkan dengan sampel situs. Jika hasil uji menunjukkan kesamaan, misteri sumber material Gunung Padang akan makin jelas.

  1. Struktur Bangunan Besar di Bawah Permukaan

Analisis geospasial berbasis LiDAR menunjukkan bahwa situs Gunung Padang bukan hanya lima teras utama yang terlihat di permukaan. Data spasial memperlihatkan adanya pola undakan di sisi kiri dan kanan tangga, yang mengindikasikan struktur bangunan yang jauh lebih besar. Bahkan, penelitian sebelumnya juga menemukan indikasi struktur yang terkubur di kedalaman puluhan meter.

Menurut Ali Akbar, pola ini menegaskan bahwa Gunung Padang kemungkinan merupakan konstruksi berlapis, dengan sistem bangunan yang terus ditambahkan atau diperluas seiring waktu. Pemanfaatan LiDAR sangat krusial karena mampu menembus vegetasi lebat dan merekam detail morfologi lahan dengan akurasi tinggi sehingga pola-pola geometri buatan manusia dapat dibedakan dari bentang alam alami.

  1. Pilar Penyangga Menuju Struktur Bawah Tanah

Temuan lain yang tidak kalah penting adalah keberadaan batuan tegak menyerupai pilar di sejumlah titik situs. Setidaknya, empat batu besar ditemukan tertanam dalam posisi vertikal hingga ke bawah tanah. Diduga, batu-batu ini berfungsi sebagai pilar penyangga struktur utama situs atau bahkan ruang bawah tanah yang masih terkubur.

Ali Akbar menegaskan bahwa dugaan adanya ruangan bawah tanah akan terus diteliti. Tim peneliti berencana memanfaatkan LiDAR serta teknologi geofisika lain, seperti georadar, untuk memetakan kemungkinan rongga atau konstruksi di bawah permukaan. Jika terbukti, maka situs Gunung Padang dapat digolongkan sebagai salah satu kompleks arsitektur prasejarah paling rumit di dunia, yang menggabungkan teknologi konstruksi batu dan pemanfaatan bentang alam vulkanik.

Mengungkap Kompleksitas Situs dengan Teknologi Geospasial

Penggunaan LiDAR dalam penelitian Gunung Padang menjadi bukti bahwa pendekatan geospasial kini menjadi bagian vital dalam arkeologi modern. Dengan citra spasial resolusi tinggi, peneliti dapat membangun model tiga dimensi situs, menafsirkan pola ruang, dan mengidentifikasi anomali geomorfologi yang mengarah pada konstruksi buatan manusia. Pendekatan ini bukan hanya mempercepat proses pemetaan, tetapi juga mengurangi kerusakan akibat ekskavasi manual yang terlalu invasif.

Gunung Padang dengan demikian tidak lagi dipandang sebagai sekadar situs megalitikum, melainkan lanskap arkeologi yang menyimpan peradaban kompleks. Tiga temuan terbaru, yang terdiri atas sumber batuan, indikasi struktur bawah tanah, dan pilar penyangga, makin menegaskan bahwa misteri Gunung Padang harus ditafsirkan dengan pendekatan interdisipliner, di mana teknologi geospasial memainkan peran sentral.

+
+