Default Title
logo spatial highlights
Pakar Ini Sebut Spatial Intelligence Jadi Kunci Evolusi AI

Pakar Ini Sebut Spatial Intelligence Jadi Kunci Evolusi AI

Pakar sekaligus Wakil Direktur Niantic Spatial, Bobby Parikh, menyebut bahwa spatial intelligence menjadi kunci evolusi kecerdasan buatan (AI). Dalam tulisannya yang dimuat di techradar.com, Parikh memang mengakui bahwa AI membawa perubahan besar dalam cara manusia berinteraksi dengan teknologi.

Namun, Parikh mengatakan bahwa sebagian besar kehidupan sehari-hari manusia berlangsung bukan di layar, melainkan di ruang fisik. Di sinilah muncul kebutuhan akan sebuah kemampuan baru: spatial intelligence, atau kecerdasan spasial, yang diyakini sebagai terobosan berikutnya dalam dunia AI.

Spatial intelligence memungkinkan mesin tidak hanya mengenali objek, tetapi juga memahami posisi, konteks, dan hubungan ruang antarobjek tersebut. Bayangkan sebuah gudang: kamera AI mungkin dapat mengenali forklif yang sedang diparkir, tetapi tanpa kecerdasan spasial, AI tidak akan tahu apakah forklif itu menghalangi jalur utama, apakah berada di zona aman, atau justru menimbulkan risiko keselamatan.

Parikh menyebutkan bahwa setidaknya ada beberapa sektor yang saat ini tengah merasakan kehadiran spatial intelligence. Pertama, logistik dan pergudangan. Di sektor ini, spatial intelligence membantu memastikan tata letak gudang efisien, jalur distribusi lancar, dan inventaris selalu akurat dengan ketelitian hingga sentimeter.

Kedua, konstruksi dan desain. Augmented reality (AR) kini digunakan untuk menampilkan model 3D secara langsung di lokasi proyek sehingga tim yang bekerja di berbagai tempat dapat berkolaborasi seolah-olah berada di satu ruang fisik yang sama.

Ketiga, Parikh menyebut pelatihan tenaga kerja. Parikh menganggap bahwa spatial intelligence simulasi berbasis AR dan VR menawarkan pengalaman imersif dengan umpan balik real-time sehingga mampu menggantikan metode pelatihan tradisional yang kurang interaktif.

Baca juga: Ketika Spatial Intelligence Mengubah Cara Kita Berinteraksi dengan Realitas

Perangkat Cerdas Butuh Peta Nyata

Selain itu, Parikh berargumen bahwa tren perangkat pintar makin mendukung kebutuhan spatial intelligence. Kacamata AR generasi baru dari perusahaan teknologi besar, seperti Meta atau Google, dirancang untuk menampilkan informasi digital langsung di dunia nyata, bukan lagi di layar terpisah. Untuk itu, dibutuhkan peta digital yang akurat agar konten virtual dapat diproyeksikan tepat pada tempatnya.

Di sisi lain, robot humanoid juga sedang berkembang pesat, dengan potensi pasar mencapai 38 miliar dolar AS pada 2035. Namun, robot hanya akan benar-benar bermanfaat jika mampu menavigasi ruang fisik secara aman, sesuatu yang menurut Parikh mustahil tanpa kehadiran spatial intelligence.

Parikh juga menggarisbawahi bahwa saat ini teknologi pendukung spatial intelligence bergerak cepat. Kini telah muncul Visual Positioning System (VPS) yang muncul sebagai jawaban atas keterbatasan GPS. Jika GPS bisa meleset hingga setengah blok, VPS menawarkan akurasi tingkat sentimeter. Kemampuan tersebut cukup untuk kebutuhan navigasi robot, kendaraan otonom, atau AR dalam ruangan.

Selain itu, ada pula Large Geospatial Models (LGMs) yang hadir sebagai padanan Large Language Models, tetapi fokus pada ruang fisik. Dilatih dari miliaran citra dunia nyata yang dikaitkan dengan lokasi, LGMs memungkinkan AI memahami struktur, fungsi ruang, bahkan mengisi informasi yang hilang.

Parikh kemudian memberi pesan penting untuk para pebisnis. Ia mengatakan bahwa saat ini pertanyaannya bukan lagi apakah spatial intelligence penting, melainkan kapan harus diadopsi. Perusahaan yang lebih dulu mengintegrasikan teknologi ini akan memperoleh keunggulan kompetitif, seperti efisiensi operasional lebih tinggi, keselamatan pekerja lebih terjamin, layanan pelanggan yang lebih memuaskan, dan otomatisasi yang jauh lebih andal.

+
+