Default Title
logo spatial highlights
NAFAS Indonesia: Solusi Geospasial untuk Masalah Polusi

NAFAS Indonesia: Solusi Geospasial untuk Masalah Polusi

Polusi udara kini menjadi ancaman yang tak kasat mata, tetapi sangat nyata dalam kehidupan modern, terutama di kawasan perkotaan seperti Jakarta. Partikel mikroskopis berbahaya, khususnya PM2.5, telah diidentifikasi sebagai penyumbang terbesar beban penyakit global menurut State of Global Air 2023. Sebagian besar masyarakat tanpa sadar terpapar polusi ini saat berada di dalam ruangan, tempat yang justru paling banyak menyita waktu aktivitas harian. Lebih dari 90% waktu manusia modern dihabiskan di dalam gedung yang ventilasinya kerap buruk dan tidak memiliki sistem sirkulasi udara bersih yang memadai. Situasi ini membuat napas yang seharusnya menjadi fungsi dasar kehidupan berubah menjadi faktor risiko kesehatan.

Menjawab tantangan tersebut, startup teknologi lingkungan asal Indonesia, NAFAS, hadir sebagai solusi berbasis data dan teknologi geospasial untuk menjawab tantangan ini. Dengan mengedepankan pendekatan ilmiah dan teknologi sensor udara, NAFAS memberikan akses informasi kualitas udara secara real-time kepada publik melalui aplikasi mobile. Menurut CEO dan Co-Founder NAFAS, Nathan Roestandy, penyediaan data yang akurat dan tersebar merata merupakan langkah awal untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat serta mendorong kebijakan lingkungan yang berbasis bukti.

Bagaimana NAFAS Bekerja?

Sensor udara luar ruangan milik NAFAS bekerja dengan menangkap berbagai parameter, seperti partikel halus, gas, suhu, dan kelembapan. Setiap sensor dapat mengambil sampel hingga 20 kali per menit, yang kemudian dikalibrasi secara digital dan dikirimkan ke server berbasis cloud. Data yang telah diolah akan diperbarui setiap 10 hingga 20 menit dan ditampilkan secara visual melalui aplikasi NAFAS. Sistem ini bekerja layaknya jaringan internet of things (IoT) yang menyatu dengan pendekatan geospasial sehingga memungkinkan pengguna melihat kondisi udara berdasarkan lokasi tempat tinggal atau aktivitas mereka. Keunggulan ini menjadikan NAFAS sebagai platform pemantau udara yang tidak hanya informatif, tetapi juga kontekstual terhadap geografi kota.

Keberadaan data spasial yang konsisten dan komprehensif dapat memberikan manfaat besar dalam perencanaan kebijakan publik. Peta distribusi polusi udara dari NAFAS dapat dimanfaatkan oleh pemerintah daerah untuk menetapkan zona rawan, menyusun strategi transportasi rendah emisi, hingga menata ruang kota dengan mempertimbangkan dampak kualitas udara terhadap kesehatan warga. Analisis tren polusi pada jam-jam tertentu, seperti lonjakan PM2.5 pada pagi dan sore hari di jalur sibuk Jakarta, bisa menjadi dasar penerapan kebijakan, seperti hari bebas kendaraan bermotor atau penguatan sistem transportasi umum rendah karbon.

Teknologi pemantauan udara juga membuka peluang untuk pemodelan prediktif jangka panjang. Penggabungan data polusi dengan parameter cuaca dan data spasial lain, seperti vegetasi atau kepadatan bangunan, memungkinkan pemerintah ataupun lembaga riset mengantisipasi potensi lonjakan polusi di masa mendatang. Di tengah perubahan iklim yang makin ekstrem, kemampuan membaca pola lingkungan secara spasial dan dinamis menjadi alat vital dalam mitigasi risiko lingkungan perkotaan.

Bernafas Berbasis Bukti

Inisiatif NAFAS juga berkontribusi pada terbentuknya budaya sadar lingkungan di tengah masyarakat urban. Akses data udara yang mudah dan interaktif membantu individu dalam mengambil keputusan sehari-hari, mulai dari memilih waktu terbaik untuk berolahraga hingga memutuskan kapan harus menggunakan masker atau menyalakan purifier udara di rumah. Literasi publik terhadap kualitas udara menjadi bagian penting dalam gaya hidup sehat dan berkelanjutan, sebagaimana ditekankan oleh World Health Organization dalam laporan tahun 2022 mengenai polusi udara dan kesehatan masyarakat.

Inovasi seperti NAFAS membuktikan bahwa teknologi geospasial bukan lagi domain eksklusif lembaga riset atau pemerintah, melainkan sudah menjadi alat pemberdayaan warga. Ketika data dimanfaatkan secara terbuka dan cerdas, masyarakat memiliki kendali untuk memahami lingkungan mereka dan berkontribusi dalam menjaga kelestariannya. Udara bersih adalah hak dasar setiap manusia. Berkat teknologi dan visi yang dibawa NAFAS, kini kita bisa memperjuangkan hak itu langsung dari genggaman tangan.

Sumber: NAFAS, DBS

+
+