Default Title
logo spatial highlights
Melihat Distribusi Spasial Biota Laut di Raja Ampat yang Terancam Industrialisasi Nikel

Melihat Distribusi Spasial Biota Laut di Raja Ampat yang Terancam Industrialisasi Nikel

Raja Ampat adalah gugusan kepulauan yang terletak di ujung barat Pulau Papua, Indonesia, dan merupakan salah satu kawasan dengan keanekaragaman hayati laut tertinggi di dunia. Meski begitu, saat ini keanekaragaman tersebut sedang terancam akibat industrialisasi nikel yang terjadi di Raja Ampat.

Dengan posisi geografis yang strategis di dalam segitiga terumbu karang dunia atau Coral Triangle, wilayah ini menyimpan kekayaan biota laut yang beranekaragam. Bagaimana distribusi spasialnya?

1. Pulau Waigeo, Misool, Salawati, dan Batanta

Wilayah perairan dangkal di sekitar pulau-pulau besar, seperti Waigeo, Misool, Salawati, dan Batanta didominasi oleh ekosistem terumbu karang yang luas dan beragam. Di kawasan ini, terumbu karang keras dan lunak membentuk struktur kompleks yang menjadi rumah bagi ribuan spesies ikan, invertebrata, dan mikroorganisme laut. Karang-karang jenis Acropora, Montipora, dan Porites tumbuh subur di kedalaman 0–30 meter, terutama di daerah lereng karang yang menghadap laut terbuka.

2. Selat Dampier

Ribuan spesies ikan ditemukan tersebar di seluruh sistem terumbu karang Raja Ampat, menjadikan perairan ini sebagai salah satu wilayah paling produktif di dunia. Ikan-ikan karang, seperti butterflyfish, clownfish, kerapu, dan napoleon wrasse tersebar merata di zona karang, sementara spesies pelagis, seperti tuna, barakuda, dan jackfish dapat dijumpai di perairan terbuka yang lebih dalam, khususnya di Selat Dampier dan perairan antara Misool dan Waigeo.

3. Teluk Mayalibit

Padang lamun yang tersebar di teluk-teluk dangkal, seperti Teluk Mayalibit dan wilayah pesisir Pulau Salawati, merupakan habitat penting bagi mamalia laut seperti dugong. Di sinilah, dugong mencari makan dengan mengonsumsi lamun jenis Thalassia dan Halophila. Selain dugong, padang lamun juga menjadi tempat berkembang biak dan mencari makan bagi berbagai spesies ikan, penyu, dan moluska.

4. Teluk Kabui

Hutan mangrove tumbuh lebat di pesisir-pesisir tenang yang terlindung dari gelombang, seperti di bagian selatan Pulau Waigeo dan sekitar Teluk Kabui. Ekosistem mangrove menyediakan habitat penting bagi juvenil ikan, udang, dan kepiting, serta berperan sebagai benteng alami yang melindungi pesisir dari erosi dan intrusi air laut. Burung laut dan kelelawar buah juga memanfaatkan kawasan mangrove sebagai tempat tinggal.

5. Pulau Sayang dan Piai

Raja Ampat menjadi lokasi penting bagi beberapa spesies penyu yang dilindungi, seperti penyu hijau (Chelonia mydas), penyu sisik (Eretmochelys imbricata), dan penyu lekang (Lepidochelys olivacea). Pantai berpasir putih yang sepi, seperti di Pulau Sayang dan Pulau Piai, menjadi tempat bertelur bagi penyu-penyu ini. Setelah bertelur, penyu akan kembali ke laut dan sering kali bermigrasi jauh ke daerah lain, tetapi akan kembali ke pantai asalnya saat musim bertelur tiba.

Ekosistem yang ada di Raja Ampat menyimpan kekayaan hayati yang tak tertandingi. Di wilayah ini tercatat terdapat sekitar 2.500 jenis ikan laut, 47 jenis mamalia laut dan darat, serta 274 jenis burung. Raja Ampat menjadi habitat bagi berbagai makhluk laut, mulai dari ikan kerapu raksasa, penyu hijau, paus, pari manta karang, hingga ikan purba coelacanth yang langka. Kekayaan hayati yang luar biasa ini tidak hanya menarik perhatian para ilmuwan, tetapi juga menjadi daya tarik utama bagi penyelam dan peneliti dari seluruh dunia.

Sumber: Mongabay, BBKSD Papua Barat

+
+