Default Title
logo spatial highlights
Kepulauan Riau Berpotensi Dilanda Banjir Rob, Ini Analisis Geospasialnya

Kepulauan Riau Berpotensi Dilanda Banjir Rob, Ini Analisis Geospasialnya

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam memberikan peringatan dini potensi banjir pesisir atau rob di wilayah Kepulauan Riau mulai 10 April hingga 30 April 2025.

Prakirawan BMKG, Anisa Suryani, mengatakan potensi banjir pesisir karena adanya fenomena bulan purnama dan super new moon. Kondisi tersebut berpotensi meningkatkan ketinggian pasang air laut maksimum dan dapat menimbulkan banjir rob.

Beberapa wilayah diprediksi berpotensi terjadi banjir rob pada tanggal 10 sampai 30 April, yakni Kota Batam meliputi pesisir Kecamatan Batu Aji, Batu Ampar, Sekupang, Nongsa, dan sekitarnya. Kemudian Kabupaten Lingga meliputi pesisir Kecamatan Singkep Barat, Singkep Pesisir, Senayang dan Sekitarnya.

Selanjutnya Kabupaten Karimun meliputi pesisir Kecamatan Kundur Barat, Karimun, Meral dan sekitarnya. Lalu, Kabupaten Bintan meliputi pesisir Kecamatan Bintan Utara, Teluk Sebong, Bintan Timur dan sekitarnya.

Analisis Geospasial Banjir Rob

Banjir rob adalah banjir yang bisa disebabkan oleh banyak hal. Untuk melihat penyebabnya, bisa menggunakan analisis geospasial. Misalnya menggunakan data DEM (Digital Elevation Model) untuk mengetahui ketinggian permukaan tanah terhadap muka laut. Wilayah dengan ketinggian ±0 meter atau bahkan di bawah permukaan laut seperti pesisir Semarang dan Jakarta Utara sangat rentan terendam ketika air laut pasang.

Bisa juga menggunakan pengamatan jangka panjang dari citra satelit seperti Sentinel atau Landsat dan data tide gauge digunakan untuk melihat tren kenaikan muka laut. Pengamatan ini biasanya dilakukan ketika penyebab rob adalah perubahan iklim yang menyebabkan ekspansi air laut dan naiknya muka laut secara bertahap.

Jika salah satu penyebab banjir rob adalah hilangnya hutan mangrove, maka pemetaan tutupan lahan dengan citra satelit bisa digunakan untuk memantau hilangnya hutan mangrove yang berfungsi sebagai pelindung alami dari pasang laut. Peta perubahan tutupan mangrove dan frekuensi kejadian rob bisa menunjukkan korelasi spasial.

Selain itu, penyebab banjir rob lainnya ialah curah hujan dan sistem drainase yang buruk. Analisis geospasial seperti pemetaan curah hujan berdasarkan data spasial BMKG, jaringan saluran, air, dan kontur wilayah bisa dilakukan. Dengan data tersebut dimungkinkan juga untuk simulasi aliran air saat pasang dan hujan ekstrem sehingga dapat diperkirakan skala keparahan titik banjir di tiap wilayah.

Analisis geospasial memungkinkan untuk mengidentifikasi lokasi rawan banjir rob secara presisi, memahami interaksi berbagai faktor, membuat peta risiko, dan merancang solusi adaptif berbasis spasial seperti tanggul, restorasi mangrove, dan relokasi.

+
+