Default Title
logo spatial highlights
Ini Top 5 Kota Hijau Berkelanjutan di Indonesia Versi UI GreenCityMetric 2025

Ini Top 5 Kota Hijau Berkelanjutan di Indonesia Versi UI GreenCityMetric 2025

Upaya pembangunan kota yang berkelanjutan kini bukan lagi sekadar wacana, melainkan telah menjadi salah satu hal yang terus diupayakan. Melalui UI GreenCityMetric 2025, Universitas Indonesia menegaskan pentingnya data spasial dan indikator keberlanjutan sebagai dasar dalam menilai sejauh mana kota dan kabupaten di Indonesia bertransformasi menuju masa depan yang hijau dan tangguh terhadap perubahan iklim.

Tahun ini, sebanyak 71 kota dan kabupaten dari 23 provinsi berpartisipasi dalam pemeringkatan nasional tersebut. Jumlah itu meningkat signifikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Lonjakan partisipasi itu menandakan bahwa makin banyak daerah mulai mengintegrasikan prinsip keberlanjutan ke dalam kebijakan pembangunan mereka.

UI GreenCityMetric merupakan pengembangan dari program UI GreenMetric, yang sebelumnya hanya berfokus pada kampus berkelanjutan. Inisiatif ini dirancang untuk membantu pemerintah daerah menilai sejauh mana kebijakan lingkungan mereka berjalan efektif, sekaligus mendorong transparansi data dan inovasi berbasis bukti.

Sistem pemeringkatan GreenCityMetric menggunakan enam kategori utama yang mencerminkan pilar keberlanjutan perkotaan, yakni penataan ruang dan infrastruktur, energi dan perubahan iklim, tata kelola sampah dan limbah, tata kelola air, akses dan mobilitas, serta tata pamong (governance). Melalui kombinasi indikator spasial, data teknis, dan kebijakan, setiap kota dinilai berdasarkan bagaimana mereka mengelola sumber daya alam, mengurangi emisi karbon, serta meningkatkan efisiensi energi dan kualitas hidup masyarakatnya.

5 Besar Kota/Kabupaten Berkelanjutan

Berdasarkan hasil penilaian UI GreenCityMetric 2025, berikut lima kota dan kabupaten dengan skor keberlanjutan tertinggi di Indonesia.

  1. Kota Surabaya

Dalam Ranking Keseluruhan 2025, Kota Surabaya kembali menempati posisi pertama dengan skor 8.122,5 poin. Surabaya unggul hampir di seluruh kategori, terutama dalam pengelolaan sampah dan limbah (1.675 poin) serta energi dan perubahan iklim (1.417,5 poin).

Langkah-langkah inovatif, seperti pengembangan taman kota, integrasi sistem transportasi ramah lingkungan, serta penerapan kebijakan zero waste menjadikan kota ini contoh nyata bagaimana tata ruang dan data spasial dapat diterjemahkan menjadi kebijakan publik yang efektif.

  1. Kota Madiun

Prestasi Surabaya disusul oleh Kota Madiun di peringkat kedua dengan skor 8.112,5 poin. Kota Madiun menunjukkan peningkatan signifikan dalam efisiensi energi dan tata kelola air Dengan ukuran wilayah yang lebih kecil, Madiun mampu menciptakan sistem pengelolaan lingkungan yang efisien, menjadikannya contoh kota menengah yang adaptif terhadap tantangan iklim.

  1. Kota Semarang

Kota Semarang menduduki peringkat ketiga dengan 7.972,5 poin. Kota Semarang tampil unggul dalam aspek tata pamong, terutama karena transparansi data dan partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan. Pemerintah kota dinilai aktif melibatkan warga dalam pelestarian lingkungan, termasuk program rehabilitasi daerah aliran sungai dan ruang terbuka hijau.

  1. Kota Medan

Di posisi keempat, Kota Medan dari Sumatera Utara berhasil menembus dominasi Pulau Jawa dengan capaian 7.895 poin. Kota Medan, yang kini masuk jajaran empat besar, mencatat kemajuan dalam penataan infrastruktur dan manajemen air. Upaya revitalisasi drainase kota serta peningkatan kapasitas pengelolaan limbah cair turut memperkuat posisi kota ini di tingkat nasional.

  1. Kota Kediri

Kota Kediri menduduki peringkat kelima dengan perolehan skor total 7.497,5. Kota ini unggul dalam aspek tata kelola sampah, tata pamong, dan akses dan mobilitas.

+
+