

Gubernur Sulsel Tekankan Solusi Berbasis Data dan Pemetaan untuk Mitigasi Banjir
Gubernur Sulawesi Selatan, Andi Sudirman Sulaiman, menekankan bahwa kesiapsiagaan menghadapi musim hujan harus menjadi perhatian serius. Prediksi curah hujan yang lebih intens dalam beberapa bulan mendatang, menurutnya, berpotensi menimbulkan risiko besar jika tidak diantisipasi sejak awal.
Dalam arahannya kepada seluruh kepala daerah, Andi Sudirman mengingatkan agar tidak lengah menghadapi ancaman banjir, terutama di wilayah yang selama ini rawan terdampak. Ia menegaskan bahwa langkah pencegahan perlu dilakukan jauh hari sebelum bencana datang.
“Drainase harus bersih, saluran air tidak boleh tersumbat, dan strategi penanganan harus disiapkan sejak dini. Jangan tunggu banjir baru bergerak,” tegasnya dalam Rapat Forkopimda Sulsel yang digelar secara virtual pada Rabu, 20 Agustus 2025.
Andi menekankan bahwa banjir tidak boleh dianggap sebagai persoalan genangan sesaat. Dampak yang ditimbulkan bisa jauh lebih besar, mulai dari kerugian ekonomi, terganggunya aktivitas masyarakat, kerusakan infrastruktur, hingga melemahkan iklim investasi di daerah.
Untuk itu, ia mendorong adanya sinergi erat antara pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota. Menurutnya, koordinasi kebijakan mutlak dilakukan agar langkah yang diambil tidak berjalan sendiri-sendiri. “Kita tidak bisa bekerja sendiri. Masukan dari daerah sangat penting agar setiap kebijakan benar-benar menyentuh kebutuhan masyarakat,” ujarnya.
Lebih lanjut, Andi Sudirman menilai bahwa kesiapan menghadapi banjir harus ditempatkan sebagai isu strategis, apalagi di tengah fenomena perubahan iklim yang membuat pola hujan makin ekstrem, tidak menentu, dan lebih deras dari biasanya. “Kalau drainase tidak dibersihkan sejak sekarang, maka genangan kecil bisa berubah jadi banjir besar. Kita tidak mau masyarakat jadi korban hanya karena kita terlambat bergerak,” jelasnya.
Mitigasi Berbasis Data dan Pemetaan Wilayah Rawan
Selain menginstruksikan pembersihan drainase, ia juga meminta adanya langkah mitigasi berbasis data. Hal ini mencakup pemetaan wilayah rawan, penyusunan skenario evakuasi, serta kesiapan logistik di setiap daerah.
Mitigasi berbasis data berarti setiap keputusan tidak semata-mata didasarkan pada perkiraan, tetapi berlandaskan pada informasi ilmiah dan bukti lapangan. Data yang dikumpulkan mencakup curah hujan, kondisi topografi, aliran sungai, tingkat kerentanan infrastruktur, serta kepadatan penduduk di wilayah tertentu. Dengan cara ini, pemerintah Sulsel dapat menyusun prioritas penanganan misalnya menentukan daerah yang harus mendapat peringatan dini atau titik yang perlu disiapkan sebagai pusat evakuasi.
Tidak hanya pemerintah, masyarakat pun diingatkan untuk mengambil peran aktif. Menurut Andi Sudirman, perilaku sederhana seperti membuang sampah pada tempatnya sangat menentukan kelancaran saluran air. “Pemerintah sudah bekerja, tapi partisipasi masyarakat juga penting. Kalau masyarakat sadar menjaga drainase, kita bisa kurangi risiko banjir bersama-sama,” pungkasnya.
