

Google Maps Jadi Aplikasi Navigasi yang Paling Banyak Ambil Data Pengguna
Kemajuan teknologi dewasa ini telah membawa kemudahan signifikan dalam berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk dalam hal mobilitas dan perjalanan. Salah satu inovasi yang paling berdampak adalah kehadiran teknologi navigasi berbasis Global Positioning System (GPS), satelit, dan internet, yang memungkinkan pengguna mengakses peta dan petunjuk arah langsung dari telepon genggam.
Di antara berbagai aplikasi navigasi yang tersedia, Google Maps menempati posisi teratas sebagai layanan paling populer. Hingga Kuartal I tahun 2025, aplikasi ini mencatatkan 2,2 miliar pengguna aktif bulanan. Tak hanya hadir sebagai aplikasi utama di lebih dari 70% perangkat Android, Google Maps juga terintegrasi dalam berbagai layanan pihak ketiga, seperti aplikasi transportasi online, layanan pesan-antar makanan, hingga platform pemesanan akomodasi, yang makin memperkuat posisinya sebagai pemimpin pasar.
Namun, popularitas Google Maps menyimpan sisi lain yang jarang disadari oleh pengguna, yaitu soal privasi data. Menurut laporan dari GoodStats, Google Maps merupakan aplikasi navigasi yang paling banyak mengakses data pribadi penggunanya dibandingkan kompetitor sejenis. Secara keseluruhan, Google Maps mengambil hingga 24 jenis data, meliputi 4 kategori informasi kontak pribadi, 1 data keuangan, 2 data lokasi, 1 data kontak tersimpan, 5 konten buatan pengguna, 2 riwayat aktivitas, 2 identifikasi pengguna, 3 data konsumsi internet, 3 diagnosis sistem, serta 1 jenis data lainnya.
Aplikasi navigasi lain, seperti Waze—yang juga dimiliki Google—mengumpulkan lebih sedikit data, yakni 21 jenis. Di posisi berikutnya, Maps.me mengakses 20 jenis data. Sementara itu, dua aplikasi yang relatif lebih ramah privasi adalah Sygic dan Apple Maps, masing-masing hanya mengumpulkan 12 dan 11 jenis data dari pengguna.

Fenomena ini menunjukkan bahwa di balik kemudahan dan kenyamanan dalam bernavigasi, terdapat konsekuensi yang tidak bisa diabaikan: potensi risiko terhadap privasi dan keamanan data pribadi. Oleh karena itu, pengguna diharapkan lebih bijak dalam memilih aplikasi serta memahami kebijakan privasi masing-masing platform yang digunakan.
Apa yang Harus Dilakukan?
Sebagai aplikasi yang mengandalkan pelacakan lokasi dan personalisasi layanan, Google Maps mengumpulkan informasi lokasi, kontak pribadi, riwayat penelusuran, data keuangan, bahkan konten buatan pengguna. Jika tidak dikelola dengan bijak, data-data ini berisiko disalahgunakan, baik oleh pihak ketiga maupun oleh sistem algoritma itu sendiri untuk kepentingan komersial.
Untuk itu, ada sejumlah langkah yang bisa dilakukan pengguna demi menjaga keamanan data pribadi saat menggunakan Google Maps. Langkah pertama yang bisa diambil adalah mengelola izin aplikasi secara manual melalui pengaturan ponsel. Pengguna disarankan hanya memberikan akses lokasi saat aplikasi sedang digunakan, dan menolak akses ke fitur lain, seperti kamera, mikrofon, atau kontak, apabila tidak diperlukan.
Selain itu, Google Maps juga menyediakan fitur mode penyamaran (incognito mode). Dengan mengaktifkan fitur ini, aktivitas pengguna tidak akan direkam dalam riwayat akun Google, termasuk pencarian lokasi dan navigasi. Meskipun tidak sepenuhnya bebas dari pelacakan, fitur ini membantu mengurangi jejak digital yang tersimpan.
Langkah penting lainnya adalah rutin menghapus riwayat lokasi dan aktivitas. Hal ini bisa dilakukan dengan masuk ke akun Google melalui laman myactivity.google.com, lalu menonaktifkan fitur penyimpanan riwayat atau mengatur penghapusan otomatis setiap beberapa bulan. Dengan begitu, data lama yang sudah tidak relevan tidak terus-menerus tersimpan dan berpotensi digunakan untuk hal-hal di luar kendali pengguna.
Bagi mereka yang mengutamakan privasi, menggunakan aplikasi alternatif juga bisa menjadi solusi. Beberapa aplikasi, seperti Apple Maps, Sygic, dan Maps.me, dikenal lebih hemat dalam mengumpulkan data pengguna. Bahkan, beberapa di antaranya bisa digunakan secara offline tanpa koneksi internet sehingga risiko pelacakan pun makin kecil.
Pengambilan data pribadi pengguna oleh aplikasi navigasi tidak dapat dipungkiri. Namun, dengan beberapa langkah sederhana, pengguna dapat tetap menikmati navigasi cerdas dan terlindungi dari penyalahgunaan data.
Sumber: GoodStats
