Default Title
logo spatial highlights
FIT ISI 2025 Dorong Kolaborasi dan Inovasi AI di Bidang Geospasial

FIT ISI 2025 Dorong Kolaborasi dan Inovasi AI di Bidang Geospasial

Perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) dan data spasial kini menjadi salah satu kunci penting dalam pembangunan nasional. Untuk menjawab tantangan tersebut, Ikatan Surveyor Indonesia (ISI) menggelar Forum Ilmiah Tahunan (FIT) 2025 di Hotel Harris Malang pada 2–3 Oktober 2025. Acara ini mempertemukan ratusan akademisi, praktisi, dan pemangku kepentingan untuk mendiskusikan inovasi teknologi, memperkuat jejaring riset, sekaligus mencari solusi nyata bagi sektor survei dan pemetaan.

Ketua ISI, Muhammad Masykur, menjelaskan bahwa tahun ini forum menghadirkan terobosan baru dengan sistem yang lebih modern. “Di FIT ISI 2025, kita mulai sudah menggunakan aplikasi, bahkan sudah mulai masuk ke metaverse meski belum sempurna. Kali ini juga paperless, semua serba digital,” ujarnya.

Masykur menyebutkan bahwa terdapat 74 pemakalah dari 7 tema, ditambah 6 presentasi poster dengan total 423 peserta yang hadir. Ia menegaskan forum ini tidak hanya menghasilkan prosiding, tetapi juga mendorong publikasi di jurnal ilmiah. “Hasil yang diharapkan meliputi identifikasi inovasi teknologi terkini, temuan ilmiah yang mendukung teknologi nasional, serta membentuk kolaborasi riset berkelanjutan di berbagai institusi. Silakan berjejaring dan berkomunikasi,” tambahnya.

Rektor ITN Malang, Awan Uji Krismanto, menilai forum ini sebagai ruang strategis bagi dunia akademik dan industri. “Saya yakin kegiatan ini akan menjadi ruang produktif untuk berbagai pengetahuan, membangun jejaring, dan menyatukan visi misi menghadapi masa depan yang semakin kompleks,” ujarnya.

Menurut Awan, peluang AI di bidang survei dan pemetaan sangat besar, mulai dari otomatisasi hingga analisis data spasial yang lebih cepat dan akurat. Namun, ia mengingatkan adanya tantangan serius. “Kesenjangan kapasitas SDM dalam menguasai AI, keterbatasan infrastruktur, serta persoalan etika dan perlindungan privasi harus menjadi perhatian. Semua ini bisa diatasi dengan sinergi kuat antara praktisi, profesional, dan pendidikan tinggi,” tegasnya.

Sementara itu, Joko Irianto, Asisten Ekonomi dan Pembangunan Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Timur, menekankan relevansi forum ini terhadap isu global. “Kita hidup di era transformasi digital. Integrasi data spasial dan AI memungkinkan kita tidak hanya melihat apa yang terjadi, tetapi juga memprediksi apa yang akan terjadi sekaligus merumuskan langkah intervensi yang tepat,” katanya.

Joko menambahkan, teknologi geospasial dan AI berperan penting dalam mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), mulai dari mitigasi perubahan iklim, tata ruang perkotaan, ketahanan pangan, hingga sistem kebencanaan yang lebih adaptif. “AI membawa lompatan besar. Proses survei yang dulu memakan waktu panjang kini bisa dilakukan secara cepat, akurat, dan efisien. Teknologi ini bahkan dapat mendeteksi deforestasi, urbanisasi, atau kerusakan ekosistem secara detail,” jelasnya.

Acara ini diharapkan bukan sekadar wadah pertukaran pengetahuan, melainkan juga memperkuat sinergi antara akademisi, industri, dan pemerintah untuk membangun masa depan survei dan pemetaan yang lebih inovatif, berkelanjutan, serta relevan dengan kebutuhan bangsa.

+
+