Default Title
logo spatial highlights
BRIN Kembangkan Baterai Penggerak Perahu Nelayan Ramah Lingkungan yang Dilengkapi GPS dan SCADA

BRIN Kembangkan Baterai Penggerak Perahu Nelayan Ramah Lingkungan yang Dilengkapi GPS dan SCADA

Lebih dari dua juta nelayan tradisional di Indonesia masih mengandalkan teknologi konvensional untuk melaut, menggunakan mesin berbahan bakar fosil yang mahal, bising, dan rentan rusak di laut lepas. Kondisi ini tidak hanya menekan pendapatan nelayan akibat tingginya biaya bahan bakar, tetapi juga menimbulkan ancaman lingkungan melalui emisi karbon yang terus meningkat. Untuk menjawab tantangan tersebut, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menghadirkan inovasi teknologi baterai kapal berbasis nikel mangan kobalt (NMC). Teknologi ini tak hanya ramah lingkungan, tetapi juga telah dilengkapi sistem navigasi GPS dan pemantauan real-time SCADA.

Inovasi ini dikembangkan melalui kerja sama dengan PT Teknologi Sirkular Biru dan telah mendapat perlindungan hukum dalam bentuk paten nasional dengan nomor P00202413647. Dari sisi teknis, baterai ini dilengkapi sistem manajemen baterai (battery management system/BMS) untuk menjaga kestabilan daya, serta fitur keamanan, seperti pembatas suhu dan pengendali arus. Desain tersebut dirancang secara khusus agar mampu menghadapi kondisi ekstrem di wilayah pesisir, termasuk potensi korosi akibat paparan air laut.

Lebih jauh, kehadiran GPS dan SCADA dalam sistem baterai ini memberikan nilai tambah melalui kemampuan pemantauan spasial dan operasional secara real time. Data spasial, seperti lintasan pelayaran, estimasi waktu tempuh, hingga pola konsumsi daya, dapat terekam dan dianalisis untuk mendukung optimalisasi perjalanan. Data ini juga bisa menjadi dasar perencanaan berbasis geospasial, terutama dalam menavigasi zona rawan cuaca buruk atau wilayah dengan sinyal komunikasi terbatas.

Efisiensi pun menjadi salah satu keunggulan utama. BRIN mencatat bahwa satu unit baterai 72V 55Ah mampu menggerakkan perahu dengan kapasitas dua hingga lima gross tonnage (GT), dengan potensi penghematan biaya operasional hingga 90 persen dibanding penggunaan bahan bakar minyak (BBM) harian. Hal ini membuka peluang besar bagi nelayan kecil untuk meningkatkan margin pendapatan dan mengurangi ketergantungan pada energi fosil, sembari mendorong penerapan energi terbarukan di sektor maritim.

Tak hanya dari sisi teknis, integrasi teknologi GPS dalam baterai kapal ini juga memainkan peran strategis dalam aspek keselamatan dan pengawasan. Posisi kapal yang dapat dilacak secara langsung oleh otoritas atau anggota keluarga nelayan memungkinkan respons cepat dalam kondisi darurat. Dalam skala nasional, pelacakan ini dapat membantu pemerintah memetakan pergerakan armada nelayan untuk pengelolaan laut yang lebih tertib dan terkontrol.

Selain itu, sistem GPS ini dapat diintegrasikan lebih lanjut dengan platform sistem informasi geospasial (SIG). Melalui integrasi tersebut, nelayan dapat menerima peringatan dini cuaca ekstrem berdasarkan lokasi mereka serta mengakses peta zona tangkap lestari yang didasarkan pada data oseanografi dan keberlanjutan stok ikan. Fitur ini sangat krusial di tengah ancaman perubahan iklim dan tekanan ekologis terhadap sumber daya laut.

Dengan menggabungkan sumber energi bersih, sistem penggerak elektrik, serta teknologi navigasi geospasial canggih, BRIN membuka era baru bagi modernisasi perikanan kecil di Indonesia. Jika mendapat dukungan penuh dari pemerintah melalui insentif investasi dan kebijakan afirmatif, inovasi ini berpotensi menjadi tonggak digitalisasi sektor kelautan berbasis teknologi dalam negeri yang inklusif, efisien, dan berkelanjutan.

Sumber: TechnologyIndonesia.id

+
+