Default Title
logo spatial highlights
Bisakah Memantau Sampah Antariksa dengan Teknologi Geospasial?

Bisakah Memantau Sampah Antariksa dengan Teknologi Geospasial?

Sampah antariksa adalah benda-benda buatan manusia yang telah ditinggalkan di luar angkasa dan sudah tidak lagi berfungsi. Ini bisa berupa satelit yang tidak aktif, roket yang telah mencapai tujuan, atau pecahan dari ledakan atau tabrakan di luar angkasa.

Sampah antariksa menjadi masalah karena dapat membahayakan satelit dan pesawat ruang angkasa yang aktif. Jika satelit atau pesawat ruang angkasa bertabrakan dengan sampah antariksa, dapat menyebabkan kerusakan atau bahkan kegagalan misi. Indonesia pernah mengalami kejatuhan sampah antariksa, seperti roket dari Rusia di Gorontalo (1981) dan Lampung (1988), roket China di Bengkulu (2003), dan roket SpaceX di Madura (2016).

Salah satu bahaya utama dari sampah antariksa adalah jatuhnya benda-benda asing ke bumi. Kecepatan tinggi objek yang mengorbit Bumi mencapai hingga 8 kilometer per detik, membuat bahaya tabrakan dengan puing-puing kecil. Bahkan serpihan yang lebih kecil dari 1 milimeter bisa merusak pesawat ruang angkasa. Sebagai contoh, jendela pesawat ulang-alik sering rusak akibat tabrakan dengan puing-puing kecil ini. Untuk melindungi kompartemen kru, pesawat ulang-alik terbang ke depan saat di orbit.

Bahaya dari sampah antariksa bisa diatasi dengan monitor dan pengawasan yang ketat. Untuk memonitor sampah antariksa, teknologi geospasial bisa dijadikan pilihan yang tepat. Teknologi geospasial adalah satu alat utama untuk memantau sampah luar angkasa. Meskipun geospasial awalnya identik dengan hal-hal di permukaan Bumi, perkembangannya kini sudah melebar ke luar angkasa, khususnya untuk pemantauan objek-objek yang mengorbit Bumi, termasuk sampah luar angkasa.

Cara Teknologi Geospasial Pantau Sampah Antariksa

1.Pelacakan Lokasi Orbit

Radar dan teleskop di Bumi digunakan untuk mendeteksi objek luar angkasa. Data orbit kemudian dikonversi menjadi koordinat spasial 3D (x, y, z). Kemudian, sistem geospasial digunakan untuk menyimpan, mengolah, dan memvisualisasikan lintasan orbit dan lokasi real-time sampah.

2.Sistem Visualisasi Orbit (Spasial 3D)

Dengan menggunakan platform seperti CesiumJS, AGI STK, atau sistem GIS 3D lainnya, kita bisa melihat posisi sampah luar angkasa secara real-time, melihat kepadatan di berbagai lapisan orbit: LEO, MEO, GEO, dan menganalisis potensi tabrakan. Contohnya adalah peta orbit interaktif dengan ribuan titik yang berupa sampah, mirip dengan visualisasi peta lalu lintas.

3.Pemantauan Lintas Waktu (Time Series Monitoring)

Teknologi geospasial memungkinkan tracking lintasan dari waktu ke waktu. Hal ini penting untuk menganalisis perubahan jalur orbit karena gaya gravitasi, gesekan atmosfer, atau tumbukan. Manfaat dari pemantauan ini adalah prediksi area yang berisiko dan deteksi anomali lintasan benda-benda luar angkasa.

4.Integrasi Data Global (Data Sharing & Fusion)

Data dari berbagai lembaga seperti NASA, ESA, NORAD, dan BIG dikumpulkan dan disatukan dalam basis data spasial global. Data tersebut bisa dianalisis dalam sistem geospasial untuk zonasi orbit, manajemen lalu lintas ruang angkasa, dan perencanaan misi satelit agar menghindari area penuh sampah.

sumber : TEMPO , BRIN, KOMPAS

+
+