Default Title
logo spatial highlights
BIG dan Kemlu Dorong Aksi Kolektif Hadapi Dampak Kenaikan Permukaan Laut

BIG dan Kemlu Dorong Aksi Kolektif Hadapi Dampak Kenaikan Permukaan Laut

Badan Informasi Geospasial (BIG) melalui Direktorat Sistem Referensi Geospasial (DSRG), bekerja sama dengan Badan Strategi Kebijakan Luar Negeri, Kementerian Luar Negeri (Kemlu), sukses menyelenggarakan Capacity Building Seminar: Responding to Sea Level Rise Hazard in Indonesia secara daring. Kegiatan ini menarik ratusan peserta dari enam negara peserta, yakni Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina, Tiongkok, dan Republik Tiongkok.

Seminar ini merupakan tindak lanjut dari usulan Indonesia dalam forum Workshop on Managing Potential Conflict in the South China Sea di Semarang. Fokus utama kegiatan ini adalah meningkatkan kesadaran terhadap kerentanan wilayah pesisir serta memperkuat kapasitas pengamatan berbasis teknologi satelit untuk mitigasi bencana perubahan iklim.

Dalam sambutannya, Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala Pusat Strategi Kebijakan Isu Khusus dan Analisis Data Kemlu, Made P. Sentanajaya, menyampaikan apresiasi atas inisiatif BIG. Ia menekankan urgensi kerja sama lintas sektor dalam menghadapi dampak kenaikan permukaan laut.

“Kenaikan muka laut memberikan dampak signifikan terhadap lingkungan, keamanan pesisir, hingga delimitasi batas maritim global. Inisiatif seperti ini menjadi landasan penting untuk memperkuat kolaborasi, memperdalam pemahaman, dan meningkatkan ketahanan kolektif,” ujarnya.

Sementara itu, Direktur SRG BIG, Moh. Fifik Syafiudin, menegaskan bahwa kegiatan ini menjadi ajang pertukaran pengetahuan seputar teknologi observasi bumi berbasis satelit. “Seminar ini merupakan komitmen nyata Indonesia dalam menjaga keberlanjutan lingkungan pesisir melalui penguatan kapasitas dan kolaborasi antarnegara,” jelasnya.

Dalam paparan ilmiahnya, Prof. Jonson Lumban Gaol dari Institut Pertanian Bogor (IPB) menekankan bahwa perubahan iklim merupakan tantangan utama abad ini. Ia mengingatkan bahwa permukaan laut Indonesia meningkat lebih cepat dibanding rata-rata global.

“Pemantauan, prediksi, dan adaptasi adalah kunci perlindungan masyarakat pesisir. Teknologi satelit menjadi alat penting dalam proses ini,” tegasnya.

Senada dengan hal tersebut, Deputi Infrastruktur Informasi Geospasial (IIG) BIG, Ibnu Sofian, menggarisbawahi pentingnya pemodelan laut yang akurat dalam mendukung kebijakan berbasis data. Ia menyebutkan model seperti HYCOM dan ROMS telah terbukti efektif untuk memprediksi perubahan tinggi muka laut, suhu, dan salinitas.

“Kita perlu melanjutkan pengembangan model penilaian kerentanan pesisir dengan pendekatan yang lebih canggih agar mendukung perencanaan adaptif dan kesiapsiagaan bencana secara berkelanjutan,” ujarnya.

Kemudian, ada dua narasumber lainnya dalam seminar ini, yakni Furqon Alfahmi dari BMKG dan Masita Dwi Mandini Manessa dari Universitas Indonesia. Mereka turut menekankan pentingnya data penginderaan jauh serta pemanfaatan cloud computing dalam pemantauan real-time dan sistem peringatan dini untuk wilayah pesisir.

Seminar ini ditutup dengan sesi diskusi interaktif yang mempertegas pentingnya sinergi teknologi, riset, dan kebijakan lintas sektor. BIG bersama para pemangku kepentingan regional berkomitmen untuk terus mendorong pemanfaatan teknologi geospasial dan penguatan kerja sama internasional dalam merespons dampak perubahan iklim, khususnya ancaman kenaikan muka laut terhadap kawasan pesisir Indonesia dan sekitarnya.

Sumber: Badan Informasi Geospasial

+
+