Default Title
logo spatial highlights
BIG dan Badan Geologi Berkolaborasi dalam Pemetaan Sesar Citarik untuk Mitigasi Gempa di Bogor

BIG dan Badan Geologi Berkolaborasi dalam Pemetaan Sesar Citarik untuk Mitigasi Gempa di Bogor

Badan Informasi Geospasial (BIG) melalui Direktorat Sistem Referensi Geospasial (DSRG) bersama Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan langkah strategis dalam mitigasi gempa melalui kegiatan Sosialisasi dan Mitigasi Bencana Gempa Bumi Sesar Citarik Segmen Kota Bogor & Kabupaten Bogor pada 2 Oktober 2025. Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari survei lapangan yang dilakukan pada 24 Juni hingga 1 Juli 2025.

Fokus kegiatan ini adalah memetakan aktivitas Sesar Citarik dan menilai potensi dampaknya terhadap kawasan Bogor yang padat penduduk. Pemetaan geospasial menjadi instrumen penting dalam mengenali karakter sesar aktif agar kebijakan pembangunan daerah tidak bertabrakan dengan risiko geologi.

Menurut laporan situs resminya, BIG menegaskan perannya dalam menyediakan sistem referensi geospasial sebagai acuan utama pemetaan kebencanaan nasional. Kepala Biro Hukum, Humas, dan Kerja Sama BIG, Mone Iye Cornelia Marschiavelli, menyatakan bahwa sistem referensi ini menjadi fondasi penting untuk memastikan data spasial kebencanaan dapat digunakan lintas lembaga secara konsisten. Ia menekankan perlunya integrasi antara data kegempaan dan perencanaan tata ruang agar pembangunan tidak hanya adaptif terhadap potensi gempa, tetapi juga berlandaskan sains spasial. Dengan begitu, mitigasi bencana dapat menjadi bagian inheren dari kebijakan ruang wilayah, bukan sekadar respons pasca-bencana.

Koordinator Geosains dari Pusat Survei Geologi, Asep Kurnia Permana, menjelaskan bahwa lembaganya bertanggung jawab terhadap 13 peta tematik nasional, termasuk peta patahan aktif. “Dalam isu gempa bumi, kita tidak hanya bicara sumbernya, tetapi juga bagaimana dampaknya ketika bencana terjadi. Karena itu, kami terus mengembangkan metode identifikasi sumber patahan aktif,” terang Asep.

Pemodelan geospasial atas sesar aktif, seperti Citarik, menjadi kunci untuk mengidentifikasi zona bahaya dan menetapkan prioritas mitigasi berbasis wilayah. Dalam konteks ini, data geologi harus dikonversi menjadi data spasial operasional agar pemerintah daerah dapat menerjemahkannya ke dalam rencana kontingensi dan kebijakan tata ruang.

Dari sisi teknologi, BIG melalui Oktadi Prayoga memanfaatkan Global Navigation Satellite System (GNSS) untuk memantau deformasi tanah di 23 titik strategis di Kabupaten Bogor. Pengamatan selama 36 jam memungkinkan deteksi pergerakan sesar dengan presisi tinggi. Sementara itu, PT Oseanland Indonesia, melalui Andi Wiharyanto Wahyudi, menyoroti efektivitas teknologi LiDAR dalam menghasilkan model tiga dimensi permukaan bumi. LiDAR berperan penting dalam mengidentifikasi struktur minor yang sering luput dari pengamatan visual, menjadikannya alat esensial untuk pemetaan sesar aktif yang kompleks.

Sosialisasi ini menegaskan bahwa mitigasi bencana gempa tidak dapat berdiri sendiri. Kolaborasi antara lembaga pemerintah, akademisi, dan sektor swasta menjadi fondasi utama dalam membangun kesiapsiagaan masyarakat. Hasil sementara pemetaan skala 1:100.000 menunjukkan jaringan sesar aktif di wilayah Bogor, seperti Citarik, Cisadane, Jasinga, Ciomas, dan Baribis. Data ini berfungsi sebagai basis ilmiah dalam perencanaan pembangunan daerah yang aman secara geotektonik. Melalui pendekatan geospasial terpadu, Indonesia dapat bergerak menuju sistem mitigasi gempa yang tidak hanya reaktif, tetapi juga prediktif dan berorientasi pada keselamatan masyarakat.

+
+