Default Title
logo spatial highlights
Sinar Api di Gunung Lokon Tunjukkan Pentingnya Teknologi Spasial dalam Memantau Aktivitas Vulkanik

Sinar Api di Gunung Lokon Tunjukkan Pentingnya Teknologi Spasial dalam Memantau Aktivitas Vulkanik

Ketua Pos Pengamanan Gunung Api (PGA) Tomohon, Armando Manguleh, melaporkan adanya kemunculan sinar api dari kawah Tompaluan Gunung Lokon di Kota Tomohon, Sulawesi Utara. Fenomena ini telah terpantau sejak 4 September 2025 dan terus menarik perhatian karena mengindikasikan adanya aktivitas vulkanik yang signifikan. Laporan tersebut disampaikan untuk memberikan informasi terkini mengenai kondisi Gunung Lokon.

Munculnya sinar api bukan sekadar pemandangan visual, melainkan pertanda adanya pergerakan magma yang menuju ke permukaan. Proses ini memicu peningkatan suhu tanah di sekitar kawah, termasuk di area solfatara yang mengeluarkan uap belerang. Pemanasan internal gunung yang terus berlangsung inilah yang menimbulkan cahaya kemerahan di kawah.

Peningkatan suhu tanah dan tingginya aktivitas kegempaan menandakan potensi erupsi. Keberlangsungan sinar api bergantung pada suplai magma dan intensitas gempa yang terjadi. Kondisi ini mendorong Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap status Gunung Lokon.

Image 1

Armando Manguleh menjelaskan bahwa kemunculan sinar api di kawah Tompaluan merupakan cerminan langsung dari pergerakan magma di bawah permukaan. "Kemunculan sinar api tersebut sejak tanggal 4 September 2025," kata Armando dikutip dari Merdeka.com.

Fenomena ini menjadi pengingat bahwa pemantauan gunung berapi sangat penting untuk mengurangi risiko bencana. Pada titik inilah teknologi geospasial berperan, membantu memantau aktivitas gunung vulkanik secara lebih akurat dan meningkatkan kemampuan prediksi.

Peran Teknologi Spasial dalam Pemantauan Gunung Berapi

Gunung meletus merupakan bencana alam yang menakutkan sekaligus sering terjadi. Namun, berkat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia kini memiliki kemampuan lebih baik dalam menelusuri, memantau, bahkan memprediksi aktivitas gunung berapi. Teknologi informasi dan komunikasi berperan besar dalam mengurangi dampak bencana, mulai dari prediksi hingga penyebaran peringatan dini.

Metode Pemantauan Gunung Api

Ada beberapa metode yang digunakan untuk memantau aktivitas vulkanik:

  1. Metode seismik untuk mengukur getaran gempa.
  2. Metode deformasi untuk memantau perubahan bentuk dan posisi tanah.
  3. Metode kimia gas untuk menganalisis emisi gas vulkanik.
  4. Metode termal untuk memantau peningkatan suhu di sekitar kawah.

Dari keempat metode tersebut, metode deformasi menjadi salah satu yang paling banyak digunakan. Metode ini berfokus pada perubahan posisi, bentuk, dan ukuran suatu titik di permukaan bumi. Perubahan tersebut dapat dianalisis baik secara absolut maupun relatif terhadap titik lain.

Teknologi DInSAR dan Satelit Sentinel-1A

Metode deformasi sering diterapkan menggunakan teknologi citra satelit melalui pendekatan Differential Interferometric Synthetic Aperture Radar (DInSAR). Teknik ini memanfaatkan dua citra radar satelit yang diambil pada posisi berbeda, lalu diproses untuk menghasilkan Model Elevasi Digital (DEM) atau peta pergeseran permukaan bumi.

Salah satu satelit yang kerap digunakan adalah Sentinel-1A, bagian dari program Copernicus yang dikembangkan European Space Agency (ESA). Sentinel-1A dilengkapi dengan radar beresolusi tinggi yang mampu memantau perubahan permukaan bumi kapan pun, baik siang maupun malam, serta dalam segala kondisi cuaca. Teknologi ini memungkinkan pemantauan deformasi tanah, pemetaan lahan, hingga pemantauan aktivitas vulkanik secara lebih akurat.

Sensor dan Peringatan Dini

Selain teknologi satelit, sensor khusus gunung berapi juga berperan penting. Sensor ini dapat merekam aktivitas gempa, pergeseran tanah, hingga emisi gas beracun. Data yang terkumpul digunakan untuk memprediksi kemungkinan erupsi dan menyebarkan peringatan dini.

Peringatan dini menjadi faktor penyelamat utama. Dengan adanya informasi lebih awal, masyarakat di sekitar gunung berapi memiliki waktu untuk mengungsi dan menyelamatkan diri. Selain menyelamatkan nyawa, sistem ini juga membantu mengurangi kerugian material karena masyarakat dapat lebih siap melindungi infrastruktur dan harta benda mereka sebelum erupsi terjadi.

+
+