Default Title
logo spatial highlights
Manfaatkan Teknologi Satelit Tagging, KKP Petakan Perilaku Migrasi Hiu Paus

Manfaatkan Teknologi Satelit Tagging, KKP Petakan Perilaku Migrasi Hiu Paus

Di tengah tantangan perubahan iklim, eksploitasi laut, dan tekanan terhadap biodiversitas laut Indonesia, upaya pelestarian spesies laut langka, seperti hiu paus, penting untuk dilakukan. Salah satu pendekatan yang kini menjadi andalan dalam pelestarian ini adalah pemanfaatan teknologi berbasis geospasial, khususnya satelit tagging.

Terbaru, pada April 2025 yang lalu, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut (BPSPL) Makassar, berkolaborasi dengan Yayasan Konservasi Cakrawala Indonesia (YKCI), berhasil memasang alat satelit tagging pada dua ekor hiu paus di perairan Desa Botubarani, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo. Inisiatif pemasangan tagging ini merupakan bagian dari rencana aksi kerja sama antara KKP dan YKCI untuk pengelolaan ruang laut, konservasi kawasan, serta perlindungan keanekaragaman hayati perairan. Dengan penambahan ini, sudah ada lima individu hiu paus di kawasan tersebut yang dipantau pergerakannya menggunakan teknologi ini.

Satelit tagging adalah metode pelacakan menggunakan perangkat kecil yang ditempelkan pada tubuh hewan laut untuk memantau posisi dan pergerakannya melalui sinyal satelit. Dalam konteks geospasial, teknologi ini menjadi alat penting untuk memetakan pola pergerakan, wilayah jelajah, dan interaksi spesies dengan lingkungannya secara real-time. Data posisi dan kedalaman yang dikumpulkan secara berkala ini kemudian dianalisis dengan sistem informasi geografis (GIS) guna mendukung pengambilan keputusan berbasis spasial.

Teknologi tagging ini sangat penting dalam riset oseanografi dan konservasi spesies yang sulit dijangkau secara langsung. Di Indonesia, penggunaannya tidak hanya mendukung sains, tetapi juga mendorong penyusunan kebijakan kelautan yang berpihak pada kelestarian lingkungan.

Pemanfaatan teknologi satelit tagging oleh KKP dan YKCI di Botubarani merupakan bukti bahwa pendekatan ilmiah dan teknologi dapat berjalan seiring dengan konservasi laut. Melalui analisis geospasial, pergerakan hiu paus dapat dipetakan dengan presisi. Hal ini membuka peluang untuk strategi konservasi yang lebih adaptif dan tepat sasaran. Jika dikembangkan secara luas dan inklusif, Indonesia berpotensi menjadi pelopor dalam konservasi laut berbasis teknologi di kawasan Asia-Pasifik.

Sumber: KKP, Kompas

+
+