

BMKG Kembangkan Sistem yang Mampu Deteksi Gelombang Gempa
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) kembali menegaskan komitmennya dalam memperkuat sistem mitigasi bencana nasional. Dalam peringatan Hari Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Nasional (HMKGN) ke-78 pada 21 Juli 2025, Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menyoroti pentingnya membangun sistem peringatan dini yang adaptif, inovatif, dan responsif terhadap tantangan zaman.
Menurutnya, peningkatan intensitas bencana serta perubahan iklim tidak seharusnya melemahkan arah pembangunan bangsa. Sebaliknya, kondisi ini menjadi momentum untuk memperkuat daya tahan nasional dan mendorong pembangunan berkelanjutan menuju Indonesia Emas 2045. Dwikorita menegaskan bahwa meskipun bencana hanya terjadi dalam sebagian kecil waktu, namun kesiapsiagaan harus dibangun terus-menerus. Di waktu lain yang lebih panjang, Indonesia justru dianugerahi kekayaan alam yang luar biasa, yang seharusnya menjadi dasar untuk membangun peradaban yang tangguh dan unggul.
Salah satu langkah konkret yang sedang dikembangkan BMKG adalah sistem peringatan dini gempa bumi berbasis countdown, yakni Earthquake Early Warning System (EEWS). Sistem ini memanfaatkan deteksi gelombang primer (P-wave) yang muncul lebih dahulu sebelum gelombang sekunder (S-wave) yang bersifat destruktif dan dirasakan masyarakat.
EEWS saat ini sedang diuji coba di empat provinsi yang rawan gempa, DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, dan Lampung. Sistem ini dirancang untuk memberikan waktu jeda antara lima hingga sepuluh detik sebelum guncangan utama terjadi. Waktu yang tampak singkat ini sangat krusial untuk menyelamatkan nyawa, terutama di lokasi-lokasi padat manusia, seperti sekolah, rumah sakit, stasiun, dan gedung-gedung publik lainnya. Direktur Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, menegaskan bahwa sistem ini dapat memberi masyarakat kesempatan untuk mengambil langkah perlindungan sebelum dampak gempa benar-benar terasa. “Lima detik pun sangat berharga untuk menghindari korban,” ujarnya.
Jepang Juga Gunakan Teknologi Serupa
Langkah inovatif BMKG ini juga sejalan dengan pendekatan teknologi mutakhir yang telah diterapkan oleh Jepang. Dalam sebuah studi terbaru yang diterbitkan di jurnal Earth, Planets and Space, tim ilmuwan dari Nagoya University berhasil menciptakan visualisasi tiga dimensi gangguan atmosfer yang dihasilkan oleh Gempa Semenanjung Noto pada awal 2024. Jepang, dengan lebih dari 4.500 receiver GNSS tersebar di seluruh wilayahnya, memanfaatkan data perubahan kepadatan elektron di ionosfer pascagempa dengan teknik tomografi.
Data ini membantu ilmuwan memahami bagaimana gelombang suara yang dipicu gempa bumi merambat ke atmosfer bagian atas dan membentuk pola seperti riak air. Teknik ini secara efektif memperluas cakupan deteksi dini dari bawah permukaan tanah hingga ke langit sehingga memberikan pandangan spasial dan temporal yang lebih holistik terhadap fenomena seismik tersebut.
Inovasi yang dilakukan BMKG melalui EEWS merupakan langkah awal yang strategis. Namun, untuk menciptakan sistem deteksi yang benar-benar menyeluruh dan presisi, diperlukan kolaborasi nasional dan internasional. Indonesia dapat mengambil pelajaran dari Jepang dalam pemanfaatan data spasial dan atmosferik secara integratif.
Dengan sinergi antara lembaga riset, pemerintah, dunia pendidikan, dan masyarakat, sistem peringatan dini dapat berkembang menjadi alat yang tak hanya mendeteksi, tetapi juga menyelamatkan. Dwikorita menekankan bahwa keberhasilan sistem ini bergantung pada kesadaran kolektif untuk membangun ketahanan berbasis sains.
Dengan adanya pengembangan sistem seperti EEWS, Indonesia menunjukkan keseriusannya dalam memprioritaskan keselamatan publik di tengah meningkatnya risiko bencana. Inovasi ini bukan sekadar pencapaian teknologi, melainkan wujud nyata investasi negara dalam melindungi kehidupan warganya. Dalam hitungan detik yang sangat berharga, teknologi dapat menjadi pembeda antara keselamatan dan bencana, antara harapan dan kehilangan. Melalui sains dan teknologi yang inklusif, Indonesia terus bergerak menuju masa depan yang lebih siap dan tangguh.
Sumber: TechnolgyIndonesia.id, GPS World
